Download App
100% Pembalasan ; Lu Main Bawah, Gue Main Atas / Chapter 9: Jangan bersedih, Ra.

Chapter 9: Jangan bersedih, Ra.

"Dimas, bagai mana perkembangan hubunganmu dengan Carisa?" Tanya Pak Angkasa pada Dimas putra sulungnya.

"Baik Pah."

"Bukan itu maksud papah.."

"kapan kau akan melamar Carisa, kamu jangan lupa apa tujuan awal kita mendekati Carisa, atau jangan -jangan kamu sudah jatuh cinta sungguhan dengan Carisa?"

Dimas menarik nafas panjang, "Tentu saja tidak, papah tahu aku sangat mencintai Clara."

"tapi Clara tak pantas untukmu, dia wanita biasa bukan seperti Carisa yang mempunyai banyak aset."

"tapi it semua juga milik kakak carisa, pah. Kita bahkan tidak tahu dimana kakak carisa saat ini."

"Itu tugasmu untuk mencari, dia kunci dari keberhasilan kita."

"Maaf ayah, Dimas mau istirahat dulu." Ujar Dimas dan segera berlalu dari hadapan sang ayah.

"Awas saja kau Dimas jika sampai mengacaukan rencana papah."

Dimas masuk ke dalam kamarnya, entah mengapa membicarakan tentang Carisa membuat ia makin galau, dia tidak mencintai carisa. Satu – satunya perempuan yang Ia cintai adalah Clara namun sayang Ia terganjal restu sang ayah.

*****

"Ra, ada yang mau gue omongin sama elo, Lo juga sam." Ucap Anton saat mereka menikmati sarapan pagi di apartemen Anton.

"Tentang apa?" tanya Clara.

"Tentang Elo lah.."

"Iya emang kita salah, ganggu elo malam – malam." Ucap Clara yang membuat Anton terbengong karena bukan hal itu yang ingin dia katakan.

"Maksud lo apaan sih Ra? Pusing gue." Ujar Anton.

"Lha, Elo marah kan karena gue semalam ganggu waktu istirahat Lo, gue datang tengah malam, bahkan hampir pagi." Ucap Clara sambil menunduk.

"Ya Ampun! Ternyata jenius dan idiot itu beda tipis, dan gue sekarang ga bisa bedain sebenarnya lo beneran jenius apa beneran idiot yang beruntung dapat cumlod." Kata Anton jengekel, sementara Samudera hampir menyemburkan tawa nya jika tidak melihat Clara mendelik galak.

"Terus apa?" Tanya Clara.

"Hah! Gue kemarin lihat adik lo lagi ngomong serius sama paman Lo."

"Paman gue yang mana? Paman gue kan banyak, bokapnya dia aja gue panggil paman." Ujar Clara sambil menoleh menatap Samudera.

Lagi – lagi Anton berdecak kesal dn harus benar – benar bersabar menghadapi sikap Clara yang kadang terlampau...Ughh banget.

"Paman Lo yang masih muda itu Lo, yang ga pernah pulang, kayaknya kita pernah berkunjung ke rumah beliau deh, di mana ya ? Selandia Baru."

Clara mengangguk – anggukkan kepalanya, "Ow... paman Oscar."

"Nah ya itu..."

"ketemu dimana Lo?" Tanya samudera.

"Di parkiran cafe kemarin sore itu Lho."

"Terus mereka ngomongin apa?" Tanya Clara

"mereka lagi nyari Elo, karena perusahaan ayah Lo, perlu bantuan dari elo."

"Maksudnya?" Tanya Clara tak mengerti karena setahu dirinya perusahaan sang ayah baik – baik saja.

"Perusahaan ayah Lo buth suntikan dana besar, jika tidak perusahaan ayah Lo bakal bangkrut." Ujar Anton.

Clara terdiam, lalu menatap Samudera.

"Perasaan gue tiba – tiba jadi ga enak ya?" Kata Samudera saat melihat Clara menatap dirinya.

"Sam, bantuin gue."

"Nah kannn... apa gue bilang." Ujar samudera lalu menarik nafas panjang.

"Kok gitu sih? Kan Lo dah janji waktu itu." Rajuk Clara, kini Anton yang menjadi penonton drama rengekan pagi Clara.

"Iya iya, Clara sayang... gue bakal bantu elo, tapi ada saratnya." Ucap Samudera tersenyum licik.

"Apaan? Cilok? Somay? Apa gado – gado?" Clara menyebutkan makanan kesukaan mereka.

"Bukan itu."

"lalu?"

"Sini gue bisikin." Ucap Samudera lalu Clara menurut saja mendekatkan telingganya ke bibir Samudera namun dengan konyolnya...

"HA!" Samudera sengaja berteriak kencang tepat di telingga Clara dan segera berlari meninggalkan meja makan.

"Kurang ajar Lo." Pekik Clara.

"Sudah gue duga, dasar tikus sama kucing, kapan akur kalian?" Kata Anton lalu menyesap kopinya.

"Ton, gimana keadaan adik gue?"

"Lihat sendiri sono, balik ke rumah Lo, doyan banget sih hidup kayak orang susah, padahal duit Lo segambreng – gambreng."

"Ye, Lo dah di ceritain sama Paman ya?"

"Kenapa memangnya?"

"Kok lo tahu?"

"Lo lupa siapa bokap gue?" Kata Anton menatap Clara.

Clara tersenyum keki, "Iya lupa, bokap Lo kan asistennya bokap e Samudera yak?"

"Clara – Clara, gue beneran bingung deh, otak pikun kayak elo gimana bisa memutar uang dengan sangat lihai di bursa saham, terus dapat comloud di kampus. Bener – bener ye Lo itu idiot yang mujur."

"idiot lagi, Untung Lo Anton coba kalau Samudera."

"Emang kalau gue Samudera Lo mau apa?"

"Pingin gue gantung di pohon toge noh di kebon Mpok Ipah yang punya kosan gue."

"kejem banget Lo, entar keilangan baru tahu rasa kalau orangnya ga ada."

"Samudera ga akan ninggalin gue, Lo juga."

"pede banget Lo, suatu saat kita pasti berkeluarga kan, kita akan hidup dengan pasangan kita masing – masing Clara, ga mungkin Lo tiba – tiba nylonong ke apartemen gue kalau gue udah merid. Kita akan jarang bertemu pas saat itu."

Clara menunduk sedih, "Kamu bener, suatu saat Lo bakalan nikah, Samudera pun juga, dan gue sendiri, Dimas aja udah selingkuhin gue." Clara terisak sedih, miris memang kehidupan Clara.

Samudera datang lalu memeluk Clara dari belakang kursi yang Clara duduki.

"Gue ga akan ninggalin Lo, apa lagi kalau elo jadi istri gue ra." Ucap Samudera masih memeluk Clara yang duduk di kursi makan.

"Ntar nunggu lebaran monyet ge baru nikah ama Elo." Jawab Clara.

"Asikkk.." Ucap Samudera membuat Clara menoleh ke belakang.

"Kok Asik, emang ada lebaran monyet."

"Paling enggak elo udah kasih jawaban plus waktunya, tentang ada apa enggak itu lebaran monyet kan bisa di atur.."

"Gimana ngaturnya dodol."

"Gampang aja, bilang aja sama th monyet kalau hari ini mereka lebaranm toh merek ga tahu kalender ga tahu hari...ahhahahahah.." Samudera tertawa terbahak, dan Clara pun ikut tersenyum.

"terus, Om gue bilang apa sama adik gue Ton?"

Samudera masih setia memeluk Clara sambil menarik kursi untuk Ia duduk di belakang Clara.

"Dia minta Carisa buat terus cari Elo, Om Lo tahu kalau Elo punya dana yang besar dan bisa di gunakan untuk memback up kekurangan dana perusahaan."

"sam..." Clara melirik Samudera yang duduk di belakangnya.

"Hm."

"Serius.."

"Iya Clara jelek... nanti siang kita ada pertemuan dengan perusahaan ayah Lo, makanya Anton ngomong demikian, karena kita juga perlu persetujuan dari elo, kalau yang akan berinfestasi di perusahaan bokap lo adalah perusahaan elo yang saat ini dipegang ayah." Terang Samudera.

"Jadi gitu.." lanjut Anton.

"Ow, ya udah ok ok aja kalau gitu mah..."

"Sip! Nanti kita akan atur supaya perusahaan ayah Lo ga curiga kalau yang bekerja sama adalah perusahaan milik elo."

"makasih ya guys.., sayang banyak banyak sama kalian.." Ucap Clara dengan memegang tanagn Anton dan Samudera.

"Satu yang kami pinta, Ra." Ucap Anton.

"Apa?"

"Jangan pernah bersedih, karena kami akan selalu ada buat elo."


next chapter
Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login