Download App
Pendekar Sihir Legenda Kesepuluh Pendekar Sihir Legenda Kesepuluh original

Pendekar Sihir Legenda Kesepuluh

Author: royan_tata

© WebNovel

Chapter 1: Chapter 1: Kelahiran kembali

DING-DONG DING-DONG (suara bel sekolah)

Bel sekolah berderang tanda sekolah sudah usai. Para siswa mulai keluar dari kelas mereka masing-masing.

Meskipun bel sudah berhenti berdering, sekolah masih ramai dengan suara para siswa yang berbicara dengan kenalan mereka atau teman-teman mereka. Diantara siswa-siswa tersebut, ada seorang siswa yang sudah membawa sepedanya keluar pagar sekolah. Dia Benjamin.

Benjamin tidak memiliki kenalan ataupun memiliki kegiatan setelah sekolah seperti ekskul atau semacamnya. Jikalau memang ada, dia akan masuk dalam ekskul straight-to-go-home. Hanya jika memang ada.

Dia mengayuh sepeda balapnya dengan kecepatan yang bisa dibilang termasuk cepat, seperti terburu-buru mengejar sesuatu.

Dia sampai ke rumahnya sekitar 5 menit dari sekolahnya. Rumahnya seperti rumah yang ada di komplek atau perumahan biasa. Rumah 3br/2ba dua lantai yang tidak terlalu besar. Benjamin kemudian memasukan sepedanya kedalam garasi.

"Aku pulang," dia masuk ke rumahnya, naik ke lantai atas, menuju kamarnya, masuk, dan menutup pintunya. Dia menghela napas panjang seperti melepas bebannya seharian. Dia meletakan tasnya, melepas baju seragamnya, dan langsung berbaring di kasurnya.

"Ujian sudah selesai. Yang tersisa sekarang hanyalah menunggu nilainya keluar, rekreasi untuk perpisahan, dan selesai. Membosankan," Benjamin terdiam untuk sesaat.

"Oh, iya. Karena ujian sudah selesai, yang tersisa sekarang hanyalah liburan. Sebaiknya menamatkan game ku saja," Benjamin dengan semangat bangun dan mengambil dompetnya yang ada di laci, lalu pergi dengan sepedanya yang memiliki keranjang.

Dia mengayuh sepedanya menuju sebuah minimarket yang berada tidak jauh dari rumahnya, hanya sekitar 200m dari rumahnya. Setelah melewati perempatan, dia sudah sampai.

Dia memilih makanan ringan yang dia suka, minuman ringan dan minuman energi, juga beberapa es krim. Dia kemudian pergi ke kasir dan menscan barangnya.

"Totalnya 5400¥," ucap sang gadis kasir itu dengan malas. Tatapannya yang seperti menatap orang aneh gadis itu membuat Benjamin kurang nyaman.

Dengan gugup Benjamin memeriksa dompetnya. "Huh?! Dimana?!" Benjamin membongkar isi dompetnya yang hanya berisi uang koin dan beberapa kertas belanja di dalamnya.

Si gadis kasir sudah mulai kesal. "Ma-maaf, apa saya boleh keluar sebentar? Kartu ATM saya tertinggal di rumah, tidak jauh dari sini. Uang yang saya pegang tidak cukup bahkan untuk setengah dari ini," Benjamin mencoba sesopan mungkin.

Si kasir mendecak kesal dan membiarkan Benjamin pergi mengambil uangnya. "Palingan cuma bohong saja," gumaman si gadis kasir tersebut terdengar oleh Benjamin.

Benjamin kemudian bergegas pergi, mengayuh sepedanya secepat mungkin untuk kembali ke rumahnya dan kembali lagi ke minimarket tersebut. Namun ditengah jalan saat dia hampir sampai minimarket itu, Benjamin harus berhenti karena lampu hijau di perempatan.

Sebenarnya itu cukup sepi untuk dia bisa melanggar, tapi dia merasa lebih baik mematuhi rambu lalulintas.

Dari sisi kanan, dia merasa silau karena lampu sorot dari kejauhan. Itu adalah truk. Perlahan-lahan mulai mendekat dan meskipun sudah dekat, dia masih tetap laju. Benjamin sedikit khawatir karena ukurannya yang 'massive' itu bergerak dengan kecepatan seperti itu. Perasaan Benjamin semakin tidak enak saat kendaraan tersebut tiba-tiba berjalan di jalur yang berlawanan dan mengarah ke dia.

Menyadari itu, dengan sepenuh jiwa dan raga dia meninggalkan sepedanya dan langsung menyeberang untuk menghindar.

"Sial, apaan tadi?" Tepat setelah dia sampai ke seberang jalan, dia tertabrak truk tersebut. Truk tersebut terus menabrak sebuah toko kecil yang berada tepat di sebelah minimarket tersebut.

'Huh?! Apa yang terjadi?! Bukankah aku sudah menyeberang? Tunggu, aku masih hidup? Tidak, apa aku sekarat? Apa yang terjadi? Aku tidak bisa merasakan tubuhku, punggungku dingin, mataku rabun, apa yang terjadi?' Benjamin terus memikirkan apa yang terjadi.

'ah... Aku ingat sekarang. Sesaat setelah aku sampai di seberang, truk itu langsung bermanuver seperti mengejarku,' Dia mengutuk truk yang menabraknya dengan sengaja. 'Tunggu, apa ini? Ini...memori ku selama aku hidup? Heh. Aku lumayan sendirian yah. Aku tidak punya teman, saudara, apalagi pacar. Aah, aku ingin punya pacar. Orang tua ku tidak peduli padaku. Mereka hanya peduli pada pekerjaan mereka. Aku bahkan sering mencari uang sendiri saat sepertinya mereka lupa untuk memberiku uang bulanan. Haa... Tidak ada gunanya menyesali ini sekarang. Jikalau memang ada, itu adalah karena aku mati perjaka. Aku bahkan tidak terlalu mengkhawatirkan koleksi "blue archive" ku, saking tidak ada yang peduli padaku. Sungguh sia-sia. Benar-benar sungguh sia-sia.' Ingatannya diputar ulang saat ajal mendekatinya.

Benjamin yang tubuhnya sudah rusak parah, sekarat. Rusuk beserta organ dalamnya yang hancur menyebabkan tidak ada lagi yang bisa menopang otaknya untuk terus bekerja. Otaknya sekarang berada diambang kematian dan hanya ada sedikit aktifitas terakhir disana. Setelah beberapa saat, Benjamin tewas di tempat kejadian. Dari matanya, setetes air mata jatuh.

Benjamin mati dalam kesendirian. Tidak ada orang yang dia kenal yang menghadiri pemakamannya. Orang tua nya bahkan hanya datang beberapa hari setelahnya hanya untuk formalitas. Hidupnya benar-benar berakhir sendiri. Atau, seperti itulah yang dia pikirkan.

'huh?! Apa ini? Dimana ini? Gelap. Tunggu, bukankah aku sudah mati? Apa ini akhirat? Hangat. Tidakkah ini terlalu nyaman jika disebut akhirat. Huh? Aku bisa meraba? Ini...kulit? Lembut. Apa ini kulit manusia? Ini bundar? Huh? Apa ini yang menonjol? Tunggu, apa ini...tetek?!' tubuh Benjamin langsung mencoba memasukan benda seperti tetek itu ke dalam mulutnya.

'Tunggu, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku?! Tubuhku bergerak dengan sendirinya!! Ah, apa ini benar-benar tetek? Wah, sangat besar. Sebesar pelukanku. Air susunya hangat dan nikmat,' Benjamin menyedot dengan lahap cairan yang keluar dari tetek itu.

Dia menyedotnya sampai ke titik sepertinya tidak bisa disedot lagi. Kemudian sesuatu seperti tangan raksasa mengarahkannya ke sisi satunya yang memiliki benda serupa. Benjamin dengan tanpa ragu melahap tetek baru tersebut, meskipun tidak se-agresif sebelumnya.

Benjamin meminum air ASI tersebut hingga 2 kali lagi sebelum akhirnya terlelap. Dalam lelapnya, satu kata yang paling banyak dia dengar adalah "Kurtis".

***

5 bulan kemudian.

"Sekarang pake ini, Kurtis!" Seorang wanita cantik dengan matanya yang merah seperti api hangat mengajak Benjamin, atau sekarang Kurtis bermain.

"Ibu!" Kurtis mencoba sebaik mungkin untuk membatasi kata-kata yang dia ucapkan.

Sekarang, mereka berdua sedang bermain menyusun balok kayu membentuk bangunan. Mungkin karena Kurtis ingin membuktikan dirinya, dia mencoba membangun bangunan sebesar mungkin, tentu saja dengan bantuan ibunya karena dia sendiri agak kesulitan bergerak dengan tubuhnya yang belum berkembang.

Setelah selesai, Kurtis merangkak menjauhi tempat dia membangun bangunannya. Dari jauh, karena tidak bisa menahan rasa senangnya sendiri, dia tertawa riang sambil bertepuk tangan. Ibunya sendiri juga bertepuk tangan disampingnya.

"Waah, hebat sekali anak ibunda!" Suara mereka berdua mengisi ruang bermain tersebut.

Para pelayan yang bertugas disana juga tidak bisa menahan senyum mereka melihat momen bahagia seperti ini.

Kurtis lalu mencoba berdiri dan kali ini berhasil dalam sekali coba. "Ibu!" Kurtis mengangkat tangannya sebagai isyarat untuk minta digendong. Ibunya tentu saja langsung menggendongnya. Ibu nya langsung memeluknya dengan erat karena gemas. "Ibu!" Kurtis lalu menunjuk-nunjuk mulutnya sebagai isyarat jika ia ingin minum.

"Oh, kamu lapar?" Ibunya lalu berjalan ke arah sebuah ruangan meninggalkan tempat bermain tersebut untuk kemudian mengeluarkan puting susunya dan memberikannya pada Kurtis. Kurtis meminumnya dengan lahap.

'ini adalah ibuku. Elyse Xiomar. Dan disini aku adalah Kurtis Xiomar. Anak tertua dari keluarga bangsawan, calon penerus keluarga Duke dari kerajaan Sterlyn. Dan ini adalah dunia lain. Dunia fantasi yang hanya ada di cerita-cerita fiksi. Kukira aku sudah mati. Tapi ternyata aku mendapatkan kesempatan kedua untuk membuat hidupku lebih baik. Dan di kehidupan ini, aku akan bertarung sekuat mungkin untuk memenuhi keinginanku.'


CREATORS' THOUGHTS
royan_tata royan_tata

Cuma sekedar cerita biasa yang isinya tentang karakter OP yg bakalan punya harem dan bakal ada beberapa scene 18+. Tapi gk ada sistem, cuma beladiri dan sihir. Baru nulis jadi mungkin kurang bagus, tapi masih gampang dibaca soalnya biasa dimarahin sama guru bahasa pas nulis pake bahasa yg gk jelas dan gk tertata. Sudah itu aja sih. Semoga kalian suka!!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login