Download App

Chapter 65: Plang

Kami memutuskan datang ke lokasi lomba robotik lebih pagi karena mendapat informasi bahwa robot sekolah kami mendapatkan kesempatan diuji pertama kali. Tasya yang memimpin pencarian booth sekolah kami di antara semua booth yang ada dengan sebuah aplikasi khusus yang dipasang di handphone saat memasuki gedung.

Aplikasi itu memberikan semua informasi tentang acara hari ini. Mulai dari peta lokasi berbagai booth, pameran futuristik, hingga berbagai lokasi berbagai kategori lomba diadakan. Lengkap dengan jadwal setiap acara. Aplikasi yang bagus sekali.

Kami sampai di booth sekolah kami untuk mengambil bendera kecil dengan logo sekolah. Ada berbagai aksesoris yang juga dijual di sana. Topi dengan desain khusus, kaos dengan sablon khusus, notebook dengan bahan kertas daur ulang yang dibuat khusus, semuanya dengan logo sekolah kami.

Lomba robotik ini adalah lomba khusus untuk SMA sederajat. Kategori lomba kali ini adalah applicative robot dengan beberapa modifikasi, yang berarti akan ada banyak aspek yang dinilai untuk menentukan pemenangnya dan bukan hanya dari segi tampilan robotnya saja.

Kami berkeliling untuk menikmati apa saja yang disajikan. Ada banyak desain robot yang berbentuk lucu, aneh, hingga yang terlihat menyeramkan dengan berbagai ukuran. Kami mengambil banyak sekali foto dengan robot-robot itu.

Ruangan yang padat tak menjadi penghalang bagi pengunjung yang sepertinya semakin siang semakin bertambah. Karena lomba kali ini dibuka untuk umum, ada banyak orang berbagai usia dengan berbagai gaya pakaian yang mereka kenakan. Bahkan kami sempat melihat beberapa orang datang dengan kostum tokoh anime yang aku tak tahu apa saja karena aku bukan penggemar anime, tapi aku cukup yakin Astro akan tahu jika dia melihatnya.

"Wah gila ini sih. Rame banget!" pekik Donna.

"Bakal lebih rame nanti. Jangan ada yang misah ya. Nanti pusing nyari kalian kalau mau pulang." ujar Zen.

"Eh itu bukannya robot sekolah kita?" Toro menunjuk sebuah tempat pameran robot yang dikelilingi banyak orang, tapi aku tak dapat melihat jelas dari tempatku berdiri.

"Ke sana yuk. Udah rame banget tuh." ujar Tasya.

Kami menghampiri tempat pameran robot sekolah kami yang sengaja dipajang sebelum diuji. Ada Astro dan teman-temannya, juga pembimbing mereka. Ternyata ada beberapa murid dari sekolah kami yang berbeda kelas denganku berkeliling di sekitarnya.

Astro tersenyum lebar saat melihatku datang. Harus kuakui suasana hatinya terlihat bagus sekali. Aku membalas senyumannya, karena aku tahu dia tak mungkin menghampiriku saat ini.

Aku mengalihkan tatapan pada robot yang diletakkan tepat di tengah. Dengan tinggi sekitar 45 sentimeter, berbentuk mirip dengan Gatot Kaca versi lego. Aku benar-benar tak tahu harus mengatakan apa saat melihatnya. Robot itu terlihat luar biasa untukku. Walau tentu saja saat penilaian lomba nanti yang diberi nilai bukan hanya tentang tampilan robotnya, tapi juga mencakup semua fungsi robot itu sendiri. Aku bangga karena tahu ada peran Astro di sana.

Aku menatap Astro dan bicara dengan suara pelan, "I'm proud of you (Aku bangga sama kamu). Robotnya bagus."

Aku tak tahu apakah Astro mampu mendengarku, tapi cukup yakin Astro bisa membacanya dari gerak bibirku. Astro tersenyum semakin lebar setelah aku mengatakannya

"Thank you." ujarnya tanpa suara.

Tersiar pengumuman agar semua pengunjung berpindah ke area penonton yang sudah disediakan agar semua robot bisa leluasa dipindahkan ke tempat pengujian untuk diambil nilainya. Kami mengikuti arahan yang disarankan dan segera berpindah tempat ke area penonton.

"Aku mau ke toilet dulu sebentar. Ada yang mau ikut?" Tasya bertanya.

"Aku ikut." ujarku.

"Nanti langsung ke area ya. Kita ketemu di sana." ujar Zen.

Tasya mengangguk dan kami berlalu. Dengan aplikasi yang terpasang di handphone, kami tak perlu khawatir saat mencari di mana tempat area penonton berada.

"Ayo, Za. Aku ga mau ketinggalan liat apa aja yang bisa dilakuin robot kita. Keren banget ga sih, pakai desain Gatot Kaca loh? Kok kamu ga pernah bilang sih kalau desainnya Gatot Kaca?" ujar Tasya dengan bersemangat.

"Aku juga ga tau kalau desain robotnya Gatot Kaca." ujarku yang masih mengingat dengan jelas desain robot itu di mataku.

"No way (Ga mungkin). Emang kamu ga pernah nanya ke Astro?"

Aku hanya menggeleng. Aku tak pernah bertanya tentang apapun yang Astro lakukan karena aku percaya dia akan melakukan yang terbaik. Sepertinya aku bisa mengerti saat dia membiarkanku melakukan apapun dengan desain kelasku bulan agustus lalu.

Aku mengikuti langkah kaki Tasya yang bergerak cepat. Kami mencari toilet yang paling dekat dengan kami melalui aplikasi. Karena pengunjung yang lain sedang menuju ke arah arena pengujian yang berlawanan arah, di sini lengang sekali.

Kami dihadang oleh seorang petugas kebersihan perempuan saat akan memasuki toilet, "Maaf, toiletnya yang ini ga bisa dipakai dulu. Lagi ada perbaikan soalnya tadi ada anak-anak masukin boneka ke lubang toilet. Kalian bisa pakai toilet yang di sebelah barat ya."

"Sebentar aja kok. Toiletnya ga cuma satu kan di dalem?" Tasya bertanya.

"Ada dua lagi sih, tapi lantainya kotor. Kalian ke toilet sebelah barat aja."

Tasya menatapku untuk meminta pendapat. Jika kami ke toilet di sayap barat gedung ini, mungkin kami akan melewatkan aksi robot sekolah kami.

"Ga pa-pa kotor sedikit, sebentar aja kok." ujarku.

"Ya udah kalau kalian mau, tapi nanti ditutup lagi ya pintunya sama plang ini biar ga ada pengunjung lain yang masuk. Harusnya toilet ini ga boleh dipakai dulu." ujarnya sambil menunjuk plang dari alumunium tebal bertuliskan 'Sedang Dalam Perbaikan'.

Kami mengangguk dan segera masuk. Ada tiga kubikal toilet di sini. Satu yang di tengah mungkin adalah yang dimaksud rusak oleh petugas karena ada plang bertuliskan "rusak" di pintunya. Area toilet ini becek dan kotor karena sepertinya memang sengaja akan dibersihkan saat toilet kubikal tengah selesai diperbaiki, tapi kami masih bisa memakai toilet yang lain yang cukup bersih.

Aku dan Tasya selesai bersamaan. Kami harus bergegas ke area penonton jika tak ingin tertinggal momen penting. Kami keluar dari toilet dengan hati-hati dan menutup pintu dengan plang.

Kami baru saja akan mengambil langkah cepat saat melihat Angel mendekat dari ujung koridor menuju toilet, bersama dengan seorang laki-laki. Laki-laki yang kukenali sebagai anak Abidzar Pranoto. Aku ingat wajahnya saat dia berbincang dengan Astro di belakang mobil di parkiran resort.

"Toiletnya rusak. Kamu bisa pake toilet yang di sayap barat." ujarku pada Angel. Aku berniat memberitahunya karena mengingat ucapan Astro di sawah beberapa hari lalu. Astro berkata Angel berjanji tak akan membuat ulah padaku lagi.

"Ga usah sok baik kamu. Gara-gara kamu aku jadi dikeluarin dari tim." ujar Angel ketus. Tatapan benci di matanya terlihat jelas sekali.

"Oh, ini pacarnya Astro? Kenalin, aku Donny Pranoto. Pacarnya Angel." ujar Donny dengan senyum yang entah kenapa aku tak suka saat melihatnya. Dia menyodorkan tangan padaku untuk meminta berkenalan.

"Sorry, tapi aku bukan pacar Astro." ujarku yang menolak uluran tangannya. Faktanya aku dan Astro memang tidak pernah menjalin hubungan kekasih, maka secara harfiah aku mengatakan yang sejujurnya. Aku mengamit tangan Tasya karena kami harus bergegas, "Kita duluan ya."

Donny menarik lenganku saat kami lewat. Membuatku melepas tangan Tasya karena aku tak ingin Tasya ikut tertarik.

"Heei!!" teriak Tasya dengan tatapan tajam pada Donny.

"Kalau emang bukan pacar Astro, jangan sombong kamu." ujar Donny padaku, dengan tangan menggenggam lenganku kencang sekali.

Aku menyentakkan lenganku agar lepas dari genggamannya. Lenganku memang terlepas, tapi Donny mendorong bahuku ke belakang. Terasa ada sesuatu menyayat lengan kiriku dan ada banyak darah merembes keluar dari kemeja yang kupakai. Kemejaku bahkan sobek sekitar sepuluh senti. Aku menoleh dan mendapati darah mengalir di sudut plang yang tajam di depan pintu toilet.

Tasya berteriak panik dan menghampiriku. Dia membantu memegang lenganku yang mengalirkan banyak darah dan sepertinya terluka cukup dalam. Terasa perih dan nyeri sekali.

Donny maju beberapa langkah ke arah kami dan menjambak rambutku, "Jaga sikap kamu lain kali."

Kepalaku terasa terbentur dengan keras dan yang kuingat terakhir kali adalah teriakan Tasya memanggil namaku.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C65
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login