PEPROMENO
CHAP 1
•
•
•
•
Suara musik yang memekakan telinga, serta lampu remang-remang yang menyulitkan penglihatan orang-orang menjadi bagian dari pesta penutupan akhir tahun yang diadakan oleh Juna dan teman-temannya.
Bertempat di salah satu rumah mewah di kawasan elit, pesta itu digelar secara terbuka dan dihadiri lebih dari 20 orang. Hampir seluruh teman-teman Juna hadir di dalam pesta tersebut. Pesta tahun baru yang dimaksud oleh teman-teman Juna adalah pesta alkohol dan sex bebas.
Taman belakang rumah dan kolam renang dipenuhi oleh puluhan perempuan dengan pakaian sexy dan laki-laki yang sedang bercumbu. Mereka bergerak bebas mengikuti aluran musik dari DJ terkenal.
Dan dimana Juna sekarang? Ia sedang duduk santai di ruang tengah sembari menikmati sekaleng bir.
"Lo ngajak Nadia, Jun?" Teriak Bima pada Juna yang sedang duduk di atas sofa dengan rokok terselip di jari tangan.
Juna hanya mengangguk sembari menghembuskan asap rokoknya menjauh. Kepalanya bergerak-gerak mengikuti alunan musik.
"Dasar abang gila lo!" Bima ikut menghempaskan tubuhnya di sebelah Juna. "Kalo dia bilang sama nyokap bokap lo gimana? Lagian ini pesta dewasa, men! Banyak alkohol, kalo dia sampe minum bahaya!"
"Gak bakal ... dia sama si Tita kok, mana mau itu anak minum minuman kayak gitu."
Bima menggeleng heran. "Pea! Adek lo cewek gila, di sini banyak anak-anak cowok yang mabok. Sinting nih abang!"
"Nyantai aja sih, Bim, gak akan kenapa-kenapa dia." Juna mematikan rokoknya ke atas asbak, lalu menatap Bima nyeleneh. "Lagian si Nadia sendiri yang minta ikut, katanya mau ngerasaain pesta orang dewasa."
"Terus lo iyain gitu aja?"
"Gak ada salahnya kan?"
"Biar kata dia yang mau juga di sini bukan tempat mereka." Bima mendengkus. Tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. "Jun, pokoknya lo ha—"
"Woiiiii, Juna..."
Belum sempat Bima menyelesaikan kalimatnya. Bobby dan teman-teman mereka datang menghampiri. Juna tertawa menyambut mereka.
"Berduan aja lo kayak homo." Celetuk Marcell yang membawa beberapa kaleng bir di tangan.
"Idih najis, homo juga milih-milih gue." Balas Juna sembari menggeser tubuhnya menjauhi Bima.
Ketiga temannya langsung tergelak. Sementara Bima hanya mendengkus tanpa mau ikut menyahuti.
"Bima sih seneng-seneng aja yee..." ledek Bobby yang langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
Bima benar-benar tidak ingin menyahuti ledekan teman-temannya. Kepala Bima sudah terlalu pusing untuk memikirkan hal lain karena sekarang otaknya sudah dipenuhi oleh dua anak gadis yang Juna bawa ke dalam pesta ini.
"Gimana? Keren gak pestanya?" Bobby bertanya sambil membuka sekaleng bir. "DJ di kolam renang katanya lagi terkenal tuh gara-gara dilecehin Yutuber."
"Elo banget ye, suka ngelecehin cewek-cewek." Timpal Bima dengan sedikit menambahkan nada sinis.
Bobby mendengkus. "Gue gak nanya lo, homo!" Lalu beralih lagi menatap Juna. "Suka gak lo?"
Juna mengangguk dengan bibir menipis. Tangannya lalu meraih sekaleng bir yang tadi di bawa oleh Marcell dan membukanya. "Lumayan lah..." jawabnya seraya meneguk minuman itu. Rasa panas langsung menjalar turun melewati tenggorokannya.
"Tayi lo! Udah keren kayak gini masih lo bilang lumayan." Sahut Dery dengan sebatang rokok terselip di antara dua jarinya. "Elo lihat tuh Bima, enjoy banget dia."
"Enjoy dari mana?" Bima menjawab sambil sibuk mengotak-atik hapenya. Bagaimana bisa ia enjoy dengan pesta ini kalau sejak tadi ia duduk dengan perasaan cemas dan takut karena sulit menghubungi Nadia? Bima takut terjadi sesuatu pada gadis itu.
"Bima enjoy karena gak pernah ikut beginian, dikasih cewek juga gak bakalan mau dia." Sambar Bobby yang langsung membuat semuanya tergelak.
"Makanya Bim, insyaf lo jangan doyan sama cowok." Tambah Dery.
Mereka semua lalu tergelak kencang, menertawakan Bima yang selalu menjadi bahan ledekan.
Sejujurnya Bima tidak terlalu suka dengan Bobby dan kedua temannya. Bima mengenal mereka bertiga dari Juna. Di kampus, Juna pernah masuk ke dalam komunitas pecinta alam. Tapi hanya sebentar, lalu ia mengundurkan diri. Dari sanalah Juna mengenal Bobby dan yang lainnya.
Bima dan Juna sendiri berteman sudah sangat lama, sejak mereka duduk di bangku SMP. Dulu mereka bertetangga, tapi Bima pindah karena ayahnya mendapatkan pekerjaan baru. Masih di daerah Jakarta, hanya beda kawasan.
Bobby dan yang lainnya masih asik tertawa, dan sesekali terlibat percakapan seru yang hanya dimengerti oleh mereka berlima. Juna kembali meneguk minuman haram itu. Menikmati detik demi detik pergantian tahun dengan cara paling keren menurut dirinya. Hingga kemudian suara Marcell kembali terdengar.
"Bobby bawa cewek buat lo, Jun."
Kedua alis Juna terangkat, lalu tidak lama bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah seringai. "Gak minat."
"Mana minat dia, hatinya masih nyantol sama si Arin." Sahut Dery.
Air wajah Juna seketika berubah. Arin adalah mantan pacar Juna, mereka putus karena Arin berselingkuh dengan Jerry. Padahal Juna cinta mati sama gadis itu. Bahkan ia rela meminta Arin kembali padanya walaupun telah diselingkuhi.
Salah satu contoh budak cinta, kalau kata anak sekarang bilang.
"Makanya, Jun, jangan kebanyak maen sama Bima. Lo jadi lupakan kalo lo punya burung." Marcell berujar meledek.
"Maen pedang mereka." Dery menimpali.
Baik Bima ataupun Juna tidak ada yang ingin membalas ledekan itu. Pertama : karena bagi mereka tidak penting. Kedua : menyahuti ledekan itu hanya buang-buang tenaga. Ketiga : membicarakan Arin sama saja membunuh Juna secara perlahan.
"Move on, Jun. Arin udah bahagia sama cowoknya yang baru." Ujar Marcell lagi.
Juna memicik tajam, lalu mendengkus. "Gak usah bawa-bawa Arin, njir ... emang kapan sih gue pernah mau kalo Bobby nyodorin cewek."
"Widih ... gak usah marah gitu dong, bro." Bobby menenangkan, sedikit menyeringai. "Nyantai aja. Mending lo nikmatin pestanya. Gak masalah kalo lo gak mau, Marcell siap menerima buangan dari lo kok."
Ketiga cowok itu lantas tertawa kembali, hampir terlihat seperti meledeknya. Sementara Bima hanya terdiam tanpa mau ikut campur.
"Nih ..." Dery menggeser satu kaleng bir ke arah Juna. "Minum dulu, Jun. Siapa tau lo berubah pikiran." Ujarnya di selingi oleh tawa meledek.
Dengan decakan malas yang keluar dari bibirnya, Juna menegak minuman itu dalam sekali teguk. Tanpa ia tahu, Dery telah mencampurkan sesuatu di dalamnya.
****