Download App

Chapter 26: Kota Kelahiran (2)

Tepat pukul 6 pagi Tama, kakek Wira dan Aira beserta sopir keluarga Wiratama tiba dirumah Aira. Lidya yang sebelumnya sudah diberitahu Aira mengenai kedatangan tamu dari Jakarta segera menyambut mereka, bahkan Lidya sudah menyiapkan sarapan dengan berbagai macam menu

" Assalamu'alaikum mama " salam Aira sambil mencium punggung tangan Lidya dan memeluknya erat melepas semua rindu yang Aira pendam selama ini. Lidya membalas pelukan Aira sambil membelai lembut punggungnya

kakek Wira, Tama dan juga pak bagus saling bergantian mengulurkan tangan pada Lidya untuk saling berkenalan dengan menyebut nama masing - masing, begitu juga dengan Lidya tak lupa juga menyebutkan namanya. Lidya segera mempersilahkan tamunya untuk duduk diruang tamu sambil minum teh hangat yang sudah Lidya sediakan

Lidya menatap Tama dengan intens seolah wajahnya tidak asing, Tama yang melihat reaksi Lidya merasa canggung. demi mengobati rasa penasarannya Lidya akhirnya bertanya langsung

" maaf nak Tama apa sebelumnya kita pernah bertemu, saya merasa tidak asing ? " tanya Lidya to the poin

" benar Tante, saya yang dulu tinggal di depan rumah Tante " jawab Tama sopan

" jadi kamu nak Pratama kecil itu putra dari pak Pramono dan nyonya Celine " seru Lidya

" iya Tante "

" bagaimana kabar papa dan mamamu nak ?"

" emmm...papa dan mama sudah meninggal Tan "

" ohh maaf nak, Tante tidak bermaksud...." ucap Lidya terhenti seolah - olah tercekat di tenggorokannya

" iya tidak apa - apa Tante " jawab Tama sambil tersenyum ramah

" ih mama tamunya diajak ngobrol terus sih, kan capek baru datang " celetuk Aira

" oh iya, habisnya mama penasaran sama nak Tama, Ra...ternyata dia teman masa kecilmu " jelas lidya

setelah ngobrol panjang lebar Lidya mempersilahkan tamunya menuju ruang makan untuk sarapan bersama. pasti mereka sudah sangat lapar dan lelah karena harus menempuh sekitar 4 jam perjalanan

Aira duduk disebelah mamanya, sementara kakek Wira bersebelahan dengan Tama duduk dihadapan Aira dan lidya, kemudian pak sopir duduk disebelah kanan kakek wira. kakek Wira tidak membedakan status dari sopir pribadinya, ia menganggapnya seperti saudara karena selama ini kakek Wira hanya hidup dengan Tama, cucu satu - satunya dan ketika Tama kuliah diluar negri hanya pelayan, asisten dan sopir pribadinya lah yang senantiasa mendampingi selama ini.

" mari tuan Wira, nak Tama, dan pak Bagus silahkan dinikmati sarapannya jangan sungkan - sungkan anggap dirumah sendiri"

mereka bertiga menganggukkan kepala sebagai jawaban dan segera mengambil piring dan mengisinya dengan hidangan yang tersedia

mereka semua menikmati sarapan dengan tenang tanpa ada obrolan sedikitpun, selesai makan Lidya dan Aira mempersilahkan tamunya untuk istirahat dikamar tamu yang sudah disediakan. kebetulan rumah Lidya cukup luas karena habis direnovasi tak jarang saudara dari Lidya menginap dirumahnya ketika anaknya libur sekolah sehingga Lidya khusus menyediakan 3 kamar tamu, 2 kamar dilantai bawah dan 1 kamar tamu dilantai dua

Tama masuk kekamar tamu dilantai dua bersebelahan dengan kamar Aira, kakek Wira dan bagus supirnya dilantai satu sedangkan Lidya sendiri kamarnya berada dilantai satu tak jauh dari dapur, ia sengaja memilih kamar dilantai satu karena biar lebih mudah untuk pergi ke toko rotinya sewaktu - waktu tidak harus capek - capek naik turun tangga, hanya sesekali saja Lidya membersihkan kamar anaknya karena dia tidak ingin pembantu rumah tangganya masuk kedalam kamar anaknya.

****

Tama bergegas membersihkan diri setelah masuk kamar dan berganti pakaian santai kemudian dia merebahkan diri dikasur dan tak lama langsung terlelap. begitu juga dengan kakek dan bagus yang berada dikamar mereka masing - masing.

setelah mandi dan berganti pakaian Aira turun menemui mamanya yang sedang membuat beberapa kue untuk tamunya

" ma buat kue apa, Aira bantu ya ?"

" kamu gak capek sayang kog gak istirahat "

" capek sih cuma gak bisa tidur "

" kenapa ?" tanya sang mama

" emmmzzz kangen kue mama kaleee " jawab Aira sambil tersenyum lebar

" yaudah sini bantuin mama "

" siap bos " balas Aira sambil menaruh telapak tangannya didahi seperti sedang hormat pada saat upacara bendera

butuh waktu 1 jam untuk membuat beberapa kue kesukaan Aira

" gimana usaha toko roti mama sekarang?"

" Alhamdulillah berjalan dengan lancar dan makin laris sayang" jawab Lidya sambil menata kue dipiring saji

" Alhamdulillah kalau begitu ma, mama jangan terlalu capek ya... serahkan pada karyawan kepercayaan mama, mama cukup memantau saja "

" iya, kamu tenang saja nak...oh iya gimana mengenai nak Tama ?" tanya Lidya pada anak semata wayangnya

" emmm...dia baik kog ma, aku gak nyangka ma bisa ketemu lagi sama kak Tama setelah lama berpisah " jawab Aira, dia menceritakan semuanya pada mamanya tentang awal pertemuannya kembali dengan Tama dan mengenai kebaikan Tama mencarikan dokter spesialis diluar negeri untuk mengobati Aira agar bisa mengingat kembali masa lalunya.

" mama bersyukur sayang kamu mendapatkan orang yang tulus mencintaimu dan merawatmu dengan sepenuh hati " ucap Lidya sambil membelai lembut wajah anaknya

" iya ma... semoga kami berjodoh ma sampai maut memisahkan kami "

" Aamiin, jangan lupa berdoa terus ya nak...mama bahagia jika kamu hidup bahagia dan mendapat jodoh yang tepat "

" Aamiin, makasih ma " jawab Aira sambil memeluk mama tercinta, Lidya balik memeluk putrinya dengan erat seolah tak mau pisah dari putri kecilnya yang kini sudah dewasa dan sebentar lagi akan menjadi seorang istri

percakapan antara ibu dan anak terhenti ketika mendengar langkah kaki menuju dapur, langkah itu makin dekat dan tepat didepan pintu suara langkah tersebut berhenti membuat mama Lidya dan Aira menoleh seketika dan ternyata Tama sudah berdiri didepan pintu dapur, dia merasa kehausan dan bermaksud mengambil air putih karena tadi lupa tidak membawanya ketika masuk kamar

" nak Tama, sini masuk Tante buatin kue ...ayo dicoba "

" iya Tante " Tama yang awalnya canggung tiba - tiba langsung masuk seolah - olah mamanya sendiri yang menyuruhnya mencoba kue

Tama segera duduk dimeja makan, Aira segera menaruh kue yang tadi ditata oleh mamanya kehadapan Tama. melihat tekstur kue yang sangat menggiurkan membuat Tama jadi ingin melahap habis kue itu apalagi bangun tidur gini perut udah mulai nendang minta di isi

Tama mengambil satu kue memasukkannya kedalam mulut dan mengunyahnya perlahan sambil merasakan sensasi lezat dari kue yang dia makan

" enak banget Tan kuenya, makasih Tan " celetuk Tama

" iya ,dihabisin ya nak...untuk kakek sama pak bagus sudah ada sendiri kog, nanti kalau kurang Tante buatin lagi "

Tama mengangguk malu. Aira tersenyum bahagia melihat interaksi antara namanya dan Tama yang lucu

" yaudah kalian terusin ngobrolnya mama mau ke toko roti dulu ya, nanti waktu mau makan siang mama akan pulang untuk memasak hidangan spesial "

" iya ma " jawab Aira, sementara Tama menganggukkan kepalanya karena masih merasa malu pada Lidya

Aira mengambilkan air putih untuk Tama yang langsung diteguk habis oleh Tama karena merasa sangat kehausan dan kemudian melanjutkan menikmati kue bersama Aira sambil ngobrol ringan

****

Lidya sudah menyiapkan beberapa menu spesial diatas meja makan, semua sudah berkumpul untuk menikmati makan siang bersama. seperti tadi pagi mereka makan dengan hening tak ada yang berbicara hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar samar. setelah makan mereka berkumpul diruang keluarga karena ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh kakek Wira yang sebelumnya sudah diberitahukan pada Lidya sebelum acara makan siang

" begini Bu Lidya kedatangan saya kemari yang pertama adalah untuk bersilaturahmi dan yang kedua saya ingin meminta ijin pada Bu Lidya untuk merestui hubungan cucu saya dengan putri Bu Lidya mereka saling mencintai dan untuk lamaran resminya kita musyawarahkan bersama " ucap kakek Wira to the poin

" iya pak Wira, saya merestui hubungan mereka karena saya lihat mereka membutuhkan satu sama lain dan saya harap nak Tama menjaga Aira dengan baik dan untuk acara lamaran resminya saya serahkan pada kalian berdua, mama siap kapanpun kalian mau mengadakan acara lamaran " jawab Lidya sambil memperhatikan kakek Wira kemudian berganti memandang Tama dan Aira

" terimakasih Tante, pasti tan...saya akan menjaga, mencintai dan menyayangi Aira sepenuh hati saya, baik lah Tan nanti akan saya bicarakan berdua dengan Aira " balas Tama sopan

" baiklah kalian bahas berdua kakek mau jalan - jalan disekitar sini Bu dengan pak bagus " ucap kakek Wira yang segera bangkit diikuti oleh pak bagus dibelakangnya

sementara Lidya, Aira dan Tama mengiyakan perkataan kakek. Lidya pun juga pamit dari hadapan Tama dan Aira karena harus segera kembali ke toko roti


CREATORS' THOUGHTS
RennaQ RennaQ

Happy reading

jangan lupa beri komen, review serta ulasannya yaaakk

Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C26
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login