Download App

Chapter 2: Bagian 2. Halo Batu Tujuh

Pagi hari. Di depan gerbang Ibukota Batu Tujuh. Kami bertiga mengantri masuk ke ibukota.

"Tidak biasanya antrian sepanjang ini" Kevin mengerutkan wajahnya. "Mereka pasti takut akan penyusup dari dua pangeran" Dia mulai mengira-ngira.

"Apa yang terjadi dengan dua pangeran" Aku hanya mengetahui kalo Raja Tano sudah meninggal dan akan digantikan oleh Putra Mahkota Pangeran Roni.

"Kau tidak tahu?!" Kevin terkejut. "Pangeran Hakim melakukan pemberontakan untuk mengambil alih tahta dari Pangeran Roni. Negara ini terbelah menjadi 2 dan hanya ibukota yang aman!"

"Kenapa ibukota aman?" Aku semakin tidak mengerti. Kevin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memegang keningnya.

"Mereka berdua sangat menghormati sosok ayah mereka. Jadi mereka setuju untuk tidak melibatkan ibukota"

Ira menepuk belakang Kevin sambil menunjuk ke arah gerbang. "Ayo ini sudah bagian kita" Kedataran dan sedih masih belum hilang di wajahnya.

Kami bertiga masuk ke ibukota. Sebuah pemandangan yang ramai sesak menyambut kami. Banyak kios-kios dan rumah-rumah yang di ubah menjadi tempat usaha. Bermacam-macam ras ada di satu tempat. Hal yang sangat jarang terjadi di kota-kota bagian. Kevin menyarankan untuk saling berdekatan agar tidak tersesat.

Kami mengikuti Kevin sampai di sebuah tavern. Banyak orang yang duduk di sana hanya untuk sekedar minum dan bercerita petualangan mereka. Kevin yang datang mengalihkan perhatian mereka. Wajah senang mereka berubah menjadi tegang. Mereka seakan melihat sesuatu yang mengerikan akan terjadi.

"Kevin kenapa kau ke sini? Wajah sedihmu... Apakah sesuatu terjadi?" Seorang pemilik tavern menanyai Kevin. Mereka terlihat akrab. Bisa dibilang semua orang di tavern ini tahu Kevin.

Semua pengunjung tavern terdiam menunggu apa yang akan diberitakan oleh Kevin. Kevin meletakkan tangan kirinya di dadanya dan sedikit membungkuk.

"Aku, Kevin membawa kabar bahwa Desa Suryajana telah hancur diserang bandit" Semua pengunjung terkejut dan bertanya-tanya.

"Bagaimana bisa?"

"Orang tuaku ada di sana... Itu bohongkan"

"Jika Desa Suryajana hancur bagaimana kita bisa dapat kebutuhan pangan murah?"

"Apakah kita akan mengalami kenaikan harga pangan?" Kegaduhan terjadi di dalam tavern. Tapi apa tujuan Kevin memberitahukan mereka. Bukannya itu malah mengundang musuh?

Mataku terbelalak. Sadar apa rencana Kevin. Aku melihat ke arah Ira yang hanya diam saja dari tadi. Mereka sengaja mengundang musuh. Tapi bila di sini akan banyak ada saksi.

"Ini pasti sukit bagi kalian bertiga. Ambillah ini(memberikan sebuah kunci kamar). Aku akan menyewakan kamar ini untuk kalian sampai kalian pergi atau mendapat pekerjaan" Pemilik tavern berbaik hati menyewakannya untuk kami.

"Aku masuk ke kamar duluan" Ira mengambil kunci dari Kevin dan pergi menuju kamar sesuai nomor yang tertulis di kunci.

Aku mau memarahinya karena secara tidak sopan mengambil barang namun Kevin menghentikanku. "Biarkanlah, dia masih terpukul". Aku mengurungkan niatku.

Sore hari. Di kamar berkasur satu. Ira tertidur di atasnya. Kami berdua menyiapkan jerami dengan dilapisi kulit hewan di atasnya untuk kami gunakan tidur. Kevin melepas topinya namun membiarkan kacamatanya terpasang.

"Apa rencanamu, Kevin"

"Jadi kau sudah mengetahuinya ya?"

"Mudah sekali ditebak"

"Kau misterius sekali Jafar. Pertama aku bisa melihat skill bertarungmu hanya dengan caramu memegang pisau dan sekarang kau mengetahui rencanaku hanya dengan melihat" Kevin tertawa nyaring melihat kemampuanku.

Tok..tok...tok

Suara pintu di kamar berbunyi. Ada orang yang mencoba bertamu. "Dia datang. Bukakan pintunya" Kevin tersenyum seakan umpannya dimakan oleh korban.

Aku membuka pintu dan melihat pria dengan rambut putih tampan dan muda berdiri di depanku. Pakaian formal yang dia kenakan menjelaskan kalau dia adalah orang-orang penting di ibukota. Bersama pengawalnya dia berdiri di depan pintu.

"Selamat sore menjelang malam tuan" pemuda itu tersenyum ke arahku. Ada aliran sihir dari senyumnya. Itu sihir pengendali pikiran. Aku menghancurkan koneksi sihirnya. Dia terkejut dan mencoba menormalkan posisinya. Dia sadar kalau orang-orang di kamar ini bukanlah orang yang mudah diserang dengan sihir.

"Aku dengar dari penduduk sini. Katanya Desa Suryajana hancur diserang oleh bandit. Aku turut berduka cita" Dia membungkukan badannya untuk berbela sungkawa.

"Sudahlah tidak usah berakting lebih jauh... Kau sudah ketahuan" Ira yang masih terbaring berbicara di atas kasur tanpa mengubah posisinya.

"Ternyata tidak berguna ya.... Yah lagipula ini karena kesalahanku yang berjalan ke desa itu karena mengira kalian semua sudah mati" Wajahnya yang penuh senyum kebaikan berubah menjadi penuh kedengkian.

"Kalian terperangkap di sini. Kalian tidak bisa kabur. Hanya kematian yang berada di dekat kalian" Dia melanjutkannya.

Aku menatap Kevin meminta saran. Kevin melihatku dan hanya melambaikan tangannya. Pria itu melihatku karena lambaian Kevin.

"Lama tidak berjumpa Kuri" Kevin tiba-tiba sudah ada di sampingnya. Pengawalnya langsung mengeluarkan pedangnya dan menyuruhnya mundur.

"Apa yang kau inginkan Orc jelek" Kuri dengan optimis mengejek Kevin. Pengawal Kuri merupakan pengawal yang berpengalaman terbukti dari bagaimana dia tidak takut sama sekali oleh Kevin.

Suara ngorok menghentikan kami. Ira tertidur melupakan kalau dia ada dalam masalah. "Dia bahkan tidak peduli dengan kalian" Kuri menertawakannya.

Sebuah cahaya muncul dari tangan kanannya Kevin. Royal Tatoo diaktifkan. Gambar singa terlihat jelas. Tiba-tiba perasaan takut ada di dalam diriku. Kuri dan penjaganya ikut mundur. Kekuatannya melebihi sebuah sihir bahkan penolakanku saja tidak berfungsi.

"Kau tahu yang terjebak di sini adalah kau, Kuri" Kevin mendekatkan wajahnya ke Kuri. Pengawalnya langsung mencoba menebas Kevin. Aku reflek melempar pisauku mengenai leher pengawal tersebut. Aku langsung lari mengambil pisau itu dan menusukkannya ke pengawal satunya.

Aku secara tidak sengaja memperlihatkan kemampuanku. Bila dua pengawal tidak ketakuan mungkin akan kesulitan bagiku untuk menghabisinya.

Kuri yang melihat dua pengawalnya yang sudah kubunuh menjadi sangat ketakutan. Senyum optimisnya hilang.

"Tolong hentikan. Aku akan membayarmu berapa saja" Kuri memohon ketakutan. Kevin tetap mendekatinya dan mencoba menyekeknya. "Kau anggap saat ini tidak ada, bawa dua mayat pengawalmu bersamamu". Kuri mengangguk lari dari tavern membawa dua pengawalnya yang sudah mati.

Aku yang melihat itu hanya bisa terdiam. Bibirku mencoba bergerak. Namun seperti tertahan. Aku memaksa lebih keras lagi. "Apa sebenarnya rencanamu?". Akhirnya aku bisa bicara.

Kevin tersenyum lagi ke arahku. "Hebat sekali kau bisa melawan kekuatan intimidasi dari tatoku" Dia memujiku lagi.

"AKU BERTANYA APA TUJUANMU?!" Aku kesal karena dia menutupinya. Kevin membenarkan kacamatanya. "Besok kau akan tahu jawabannya".

Masih banyak yang harus kutanyakan. Kenapa Kuri menyerang desa? Kenapa Kevin bisa mendapatkan 3 Royal Tatoo sekaligus. Seberapa dahsyat kekuatan itu.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login