Download App

Chapter 3: Bab 3 : Pacaran

***

Setelah berhasil meninggalkan di kelab malam. Rayen tidak langsung kembali ke rumah. Lelaki itu merasa bersalah terhadap Eva. Dia telah mendorong Eva dalam sebuah masalah. Rayen mengajak Eva ke sebuah danau tempat beberapa pasangan nongkrong. "Kita akan pulang setelah kau merasa tenang," ujar Rayen.

"Baiklah," Eva mencoba untuk tidak gelisah. Dia melirik Rayen dan berharap dia berteman seperti saat ini sampai akhir. Eva menyukai karakter Rayen. Walaupun terlahir sebagai anak kaya--bergelimang harta, Rayen sungkan berteman dengan Eva.

"Apa yang kaulihat?" Rayen menyadari tatapan Eva. Dia penasaran apa yang dipikirkan Eva mengenai dirinya. "Aku kagum padamu," jawab Eva mengakui. Semua orang senang memiliki teman sebaik Rayen. Lelaki itu tidak pernah memandang status sosial saat memilih teman.

Rayen menyeringai--tidak menyangka ada orang yang mengagumi dirinya. "Aku bukan idola," kata Rayen, " mengapa kau mengidolakan sesorang yang membuat dirimu dalam masalah? Kau semestinya membenci diriku." Rayen menyadari kesalahan yang dia perbuat. Dia mengajak Eva ke tempat di mana semua orang dewasa berkumpul di sana.

"Kau bertanggung jawab. Kau pria yang baik." Eva melihat ke arah danau tempat mereka berada. Danau itu cukup luas, ada banyak gazebo di keliling danau itu. Ada lampu dan juga di tengah danau terdapat air mancur. Pemerintah setempat telah mengeluarkan banyak dana untuk segala fasilitas di tempat itu. "Ngomong-ngomong, Maafkan aku," ucap Rayen tulus.

Eva menoleh ke arah lelaki itu. Rayen terlihat semakin menawan di bawah sinar lampu. Eva tidak pernah bicara ke Rayen sebelumnya dan kini mereka seperti teman yang sangat akrab. Mereka seakan sudah saling kenal sejak lama. "Aku cukup menikmati pengalaman di klub." Eva membayangkan kejadian di klub seraya bertutur, "Seandainya saja tidak ada lelaki yang merekam aku itu. Mungkin aku akan lebih bahagia."

"Apa menurutmu orang itu akan menyebar video-ku di klub itu? Aku sangat takut kalau ibuku tahu aku berada di klub malam ini," gumam Eva. Setiap kali mengingat kejadian di kelab tersebut, Eva merasa sangat takut. "Jangan cemas. Mereka tidak mungkin menyebarkan video -mu. Lagipula dia tidak mengenal dirimu. Kau tenang saja."

Eva menghiraukan Rayen. Pandangan mata Rayen membuat Eva percaya akan lelaki itu. Mustahil orang tak dikenal mau menyebar video-nya. Rayen benar akan semua ucapan lelaki itu. "Lihatlah, ada perahu di sana!" seru Rayen. Dia manarik tangan Eva mendekati perahu itu.

Danau itu tampaknya memang digunakan sebagai tempat berkencan. Perahu itu tidak terlalu besar, hanya muat untuk dua orang. "Apa kau pandai naik perahu?" tanya Eva ketika dua insan itu telah berhasil duduk manis di atas perahu. Gadis itu menoleh ke atas. Cahaya rembulan malam menyinari hamparan bumi tempat mereka berada. Bintang malam berkumpul menyaksikan dua orang teman sedang bersama.

"Tidak," kata Rayen, "namun aku anak pandai. Aku cepat dalam memahami sesuatu. Aku selalu juara." Eva termenung--menyadari betapa sempurna anak lelaki di hadapan dirinya ini. Bukan cuma rupawan, Rayen pun sangat pandai. Eva bahkan tidak terlalu pintar di sekolah. Nilai sekolah yang dia dapatkan biasa saja. Dan gadis itu mulai meragukan masa depan cerah akan mampir di hidupnya.

Rayen mendayung perahu. Ini pertama kalinya pangeran itu melakukan hal itu. Namun dia laksana nelayan profesional. Rayen menjalankan perahu mereka dengan sangat baik. "Kau sangat luar biasa," komentar Eva. Dia memejamkan mata--menikmati terpaan angin malam.

"Memang," sahut Rayen lalu terkekeh pelan. Lelaki itu memfokuskan perhatian ke arah Eva. Dia memerhatikan Eva tampak menyukai situasi malam ini. Rayen berhasil membuat Eva melupakan kejadian di klub--saat orang dewasa memergoki mereka berada di kelab malam.

Eva masih menutup mata ketika Rayen berbisik, "Kau sangat cantik." Bisikan itu membuat mata Eva terbuka lebar. Dia menghiraukan perkataan Rayen. Gadis itu tidak bisa bergeming saat seseorang menyebutnya cantik.

"Tadi kau bilang apa?" tanya Eva memastikan. Dia tidak percaya sosok lelaki yang sempurna menyebut Eva cantik? Apakah itu nyata? Eva merasa seperti sedang bermimpi mendengar lelaki setampan Rayen bicara begitu.

"Kau sangat cantik," ulang Rayen. Eva merasakan rona merah muda kini muncul dalam pipinya. Dia membalas, "Sangat cantik merupakan kata yang sangat kuat. Aku tidak sangat cantik," sangkal Eva. Kendati menyangkal, dia pun tetap bahagia mendapat pujian dari Rayen.

Eva masih tersipu malu di atas perahu saat Rayen menghentikan perahu mereka. Lelaki itu mendekati Eva dan menggenggam tangan Eva. Jantung Eva berdetak dengan sangat kencangnya mendapatkan perlakuan tak biasa itu. Eva tidak pernah dekat dengan cowok sebelumnya. Dia pun baru seminggu mengenal Rayen. Dan...

Apa yang sedang lelaki itu lakukan kepada dirinya? Rayen menggenggam tangan gadis itu seolah Eva adalah orang yang spesial, seakan Eva merupakan kekasih lelaki itu. "Apa yang sedang kaupikirkan? Maksudku, kau memegang tanganku," gumam Eva. Gadis itu berusaha mengatur detak jantung yang tengah bekerja lebih cepat dari biasanya.

"Aku sedang berpikir kalau--," ujar Rayen, "kalau kita mungkin bisa menjadi pasangan." Apa Rayen barusan mengatakan cinta? Eva belum pernah didekati cowok sebelumnya dan kali ini dia mendapatkan harta karun--seorang pangeran tampan yang memiliki segalanya.

"Kau sedang bercanda? Oh lucunya." Eva memaksakan sebuah tawa. Dia curiga Rayen hanya menjebak dia untuk mengatakan kalimat cinta. Eva menunggu Rayen terbahak, namun lelaki itu tidak tergelak sama sekali. Rayen tetap mematung seakan dia memang serius mengatakan cinta.

"Aku serius, Eva. Aku mulai berpikir kalau kau adalah satu-satunya orang yang peduli padaku." Rayen kesepian. Dia memiliki segalanya dalam hidup tetapi tak mampu memiliki cinta orang tuanya secara penuh. Orang tuanya mendambakan uang ketimbang Rayen.

"Aku hanya anak pelayan." Eva ingat perkataan ibunya yang menegaskan status sosial mereka. Zaenab sudah menegaskan kepada Eva agar tidak jatuh hati kepada Rayen. Dan apa yang mesti dia lakukan ketika Rayen sendirilah yang mengungkapkan cinta kepada dia? Eva tidak bisa menolak semua keberuntungan itu.

"Aku tidak peduli kau adalah anak seorang pelayan," tegas Rayen. Eva diam--memandang serius menuju mata indah milik Rayen. Ini bukan mimpi, Rayen serius mengatakan ingin menjadi pasangannya. "Jadi--, apa kau mu mengisi kekosongan hatiku?"

Mereka masih sangat muda. Eva berpikir kalau Rayen tidak akan serius kepada dia. Ini bukanlah hubungan jangka panjang. Ini hanya main-main. Eva mengusir peringatan dari ibunya. Jadi tanpa berpikir panjang, Eva berseru, "Aku dengan senang hati akan mengisi kekosongan hatimu." Rayen tersenyum bahagia. Dia memeluk Eva begitu erat. Dia berhasil mendapatkan cinta gadis itu. Rayen perlahan mengecup kening Eva saat gadis itu memejamkan mata.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login