Download App

Chapter 78: Pasti akan kembali

Varun dan para pengawalnya telah menemukan mobil yang di kendarai Arjun.Akan tetapi mereka tak menemukan keberadaan Arjun.

Hingga Varun menyuruh para pengawalnya untuk menyusuri semua hutan berharap Arjun bisa di temukan.Kalau sampai Arjun tak di temukan dia tak tau apa yang harus dia katakan kepada kiran dan juga tantenya ialah mami Arjun.

"Maaf tuan muda,,,,kami tak menemukan keberadaan tuan Arjun."Lapor salah satu pengawal Varun.

Varun hanya diam,Dia sendiri sudah tidak tau harus mencari kemana lagi karna semua hutan sudah mereka susuri.

"Mungkinkah tuan Arjun terbawah Arus sungai tuan,,!?? ucap pengawal Varun.

Varun memandangi pengawal yang berbicara tadi hingga membuat pengawal itu menunduk takut.

Namun Varun berpikir perkataan pengawalnya itu ada benarnya.Melihat kondisi sekitar mereka yang longsor di tambah dengan banjir yang begitu besar karna mobil yang di kendarai Arjun mereka temukan tepat berada di tepi sungai.

"Kalau begitu kalian susuri tepian sungainya,,!! Varun membentak semua pengawalnya.Dia sudah begitu panik jika memang benar Arjun terbawa arus sungai.

"Ya Tuhan,,,,aku harus apa..?? ucap Varun sambil mendongakan kepalanya ke atas dengan kedua tangannya memegang wajahnya.

*****

Sudah tiga hari namun Arjun belum juga di temukan.Sementara itu selama tiga hari itu pun Kiran terus saja di suntikan penenang.

Setiap Kali kiran tersadar,dia terus saja meronta histeris sambil berteriak memanggil-manggil nama Arjun.

Aris selalu setia menunggui kiran,bahkan dia pulang kerumah hanya untuk makan dan berganti pakaian setelahnya dia kembali lagi ke rumah sakit.Orang tuanya pun juga sudah mengetahui apa yang terjadi bahkan mereka juga sering menengok kiran.

Zia,Varun dan juga orang tua Varun selalu berkunjung melihat kondisi Kiran.Bahkan Varun dan Zia juga selalu menemani kiran bergantian dengan Aris.

Mami Arjun pun sudah di beri tau yang membuat mami Arjun segera ke indonesia di hari dia di beri tahukan.Awalnya mami Arjun begitu shock mendengar kabar anaknya,Namun dia mencoba kuat demi anak mantu kesayangannya yang kini sudah seperti orang tidak waras.

Kini mereka semua berkumpul di ruangan rawat Kiran.Zia,Varun,Aris dan juga mami Arjun.Mereka mengobrol mengenai perkembangan pencarian Arjun yang tak kunjung membuahkan hasil.

Mereka tak mengetahui bahwa Kiran tersadar dan mendengar percakapan mereka.Air matanya mengalir begitu saja.Dia membuka matanya perlahan dan mencoba untuk tenang.

"Mami,,,"Panggil Kiran dengan suara parau.

Mereka semua langsung menengok ke arah tempat tidur kiran.

Mami Arjun segera menghampiri anak mantunya itu dan segera memeluknya penuh sayang.Sudah dua hari kepulangannya dari luar negri namun dia tak pernah melihat kondisi kiran yang baik.Hanya meronta dan saat kiran tertidur yang di lihatnya.

"Sayang,,,Kamu baik-baik saja nak,,? mami sangat merindukanmu."Ucap mami Arjun yang sudah melepaskan pelukannya.Dia memegang pipi kiran dengan lembut.

Air mata mami Arjun tertahan di kelopak matanya.Dia tak ingin menangis di hadapan anak mantunya itu.

"Aku baik-baik saja mi,,,Mami ga usah khawatir." ucap Kiran mencoba tersenyum dengan bibirnya yang terlihat begitu pucat.

Aris,Varun dan Zia juga sudah berada di dekat tempat tidur Kiran.Mereka harap-harap cemas jangan sampai Kiran meronta histeris lagi.

"Apa kamu tidak akan,,,," pertanyaan mami Arjun terhenti.

"Mami tenang aja,,,kia ga akan kabur ko.Kia ga mau di suntik penenang lagi.Kia juga sudah dengar percakapan kalian tadi mengenai mas Arjun yang belum di temukan sampai sekarang.Kia mencoba untuk terima kenyataan.Kalau memang mas Arjun masih hidup,mas Arjun pasti akan kembali."Kata Kiran dengan mata berkaca-kaca.Dia harus mencoba untuk menerima semuanya walaupun berat.

Mami Arjun tak bisa menahan air matanya hingga akhirnya air matanya keluar juga.Begitu juga dengan Zia yang memang dari sononya sudah cengeng menangis sambil memegang lengan Varun.

Varun menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Zia yang menangis sesegukan.Dan mengusap kepala Zia.

sedangkan Aris memandang Kiran dengan penuh rasa kasian.

Sementara itu mami Arjun kembali memeluk Kiran dengan air mata yang mengalir deras.Mami Arjun menangis sesegukan sambil terus memeluk kiran.

Kiran mengelus punggung mertuanya itu.Air matanya pun sudah tak bisa dia bendung lagi.Kini mereka saling melepaskan kesedihan satu sama lain.

"Sudah mi,,,mami jangan nangis..!! mami harus kuat biar kia bisa kuat juga mi.Kita berdoa saja,semoga mas Arjun baik-baik saja.Ini semua takdir dari Tuhan,kita hanya harus menjalaninya saja."Kata kiran masih dalam pelukan mertuanya.

Mami Arjun mengangguk dan melepaskan pelukannya kemudian menyeka air matanya dengan telapak tangannya.Dia tak mengira anak mantunya itu bisa setegar sekarang ini.

"Makasi ya bang varun dan juga untuk mba zia karna sudah membantu mencari mas Arjun dan selalu jagain kia selama di rumah sakit."Ucap Kiran melihat Varun dan zia.

Varun mengangguk begitu juga dengan zia sambil tersenyum.

"Kamu harus kuat,,,,aku tau,kamu bisa buat lewatin ini semua."Kata Varun sambil mengelus puncak kepala Kiran.

Kiran hanya menganggukan kepalanya saja.Kemudian matanya melihat ke Arah Aris yang berdiri di samping Zia.

"Makasih juga buat kamu Ris karna selalu ada untuk aku di saat seperti ini."Kiran tersenyum melihat Aris yang di balas Aris dengan tersenyum juga.

Aris merasa senang akhirnya sahabatnya itu bisa menerima kenyataan karna dengan begitu kiran tak harus di suntikan penenang lagi.

😊😊😊😊😊

Jangan lupa tinggalkan komentarnya buat ceritaq yang masi abal-abal ini😊😊 trima kasih.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C78
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login