Download App
92.85% PISANG HALAL

Chapter 3: Pisang Halal 02

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA KISAH SAMUDRA DAN AUDREY.

SELAMAT MENIKMATI CERITA MEREKA BERDUA!

#NB : Jangan lupa memberikan bintang, komentar, review, dan dukungan untuk cerita ini ya.

_____

BAB 02 - PRIA GILA

---

Audrey men-scroll media sosial instagram. Melihat-lihat cara plating Koki Samudra Halilintar menyajikan berbagai macam makanan. Cantik, bahkan Audrey sudah sering kali makan di restoran Halilintar. Tak hanya cantik penyajiannya tetapi rasanya memang tidak diragukan lagi.

Orang-orang di Jakarta kadang aneh, jauh-jauh ke Hotel Halilintar hanya untuk mencoba merasakan bagaimana sedapnya makanan Halilintar. Bahkan orang-orang borjuis sering menjadikan Ballroom hotel disewa untuk acara menembak pasangan atau acara resepsi pernikahan.

Tapi, sayang. Dari Hampir tiga ratus foto plating masakan, tak ada satu pun foto yang menampilkan wajah Samudra. Bahkan di pencarian google, wajah laki-laki itu juga tidak ada.

Samudra seperti ada namun tak ada. Audrey dulu seperti lainnya, mengira jika akun Samudra palsu, bukan Samudra asli. Namun berhubung ada tanda centang biru beserta difollow oleh instagram Hotel Halilintar dan juga Restoran Halilintar, Audrey tidak berpikir dua kali untuk menekan tombol follow.

"Lo jadi mau masak kue sendiri di restoran Halilintar?"

Audrey mengangguki pertanyaan Grace. Gadis itu tentu mengantar Audrey kemana saja, sahabatnya yang satu itu amat-sangat kekanakan dan juga manja. Wajar saja, kedua orang tuanya bisa membelikan apa saja untuk Audrey. Terebih Audrey satu-satunya harta mereka.

Berbeda dengan Grace, gadis itu hanya hidup berdua dengan Sang kakak. Semua yang telah kakaknya kerjakan terlalu sayang untuk Grace buang. Grace merupakan sosok yang hemat. Bahkan, kemarin ketika Grace pergi Pranciss merupakan perintah kakaknya yang mutlak--sebab kakaknya yang tak kalah gila dengan Audrey dan Dominic itu bingung harus membuang uang kemana katanya.

Dan, terpaksalah Grace terbang ke Pranciss untuk bersenang-senang.

"Tahu, nggak, Gracea?"

"Nggak."

"Ih, belum selesai!" Audrey memberenggut sebal! Membuat Grace menyembunyikan senyum. Sungguh, tak ada hal lain yang ingin Grace lakukan selain tertawa.

Bertemu Audrey, Grace seperti memiliki keluarga baru. Ia seperti memiliki adik yang lucu. Perasaan Grace hangat tiap kali ada di dekat Audrey.

Audrey itu perempuan yang baik, polos, dan apa adanya. Tetapi, seumur hidup Grace setelah mengenal Audrey sejak duduk di bangku Sekolah Dasar--Grace baru menyadari jika kelemahan Audrey hanya satu, Dominic Regal.

Audrey terlalu buta akan cintanya pada Dominic. Audery sangat bucin terhadap laki-laki yang pada akhirnya hanya akan menyakiti dirinya. Karena Grace tahu apa yang Dominic rahasiakan. Bahwa sekeras apa laki-laki itu bertahan, semesta tidak mungkin merestui keduanya begitu saja.

"Gue mau masak di sana! Gue bakal belajar dan diajarin bikin kue pakai resepnya sana."

Nah, kan. Demi ulang tahun Dominic, Audrey rela membuang uangnya sembarangan untuk hal yang tidak penting. Belajar membuat kue di sana, pasti sangat mahal.

"Apa nggak berlebihan, Drey? Itu akan sangat mahal. Kenapa lo nggak beli kuenya aja terus lo hias sendiri di sana. Itu lebih hemat."

Audrey mengibaskan rambut ke belakang. "Cheff Samudra itu mau pindah ke Jakarta. Ya kan siapa tahu sebelum gue bisa bikin kue, gue bisa ketemu dan lihat setampan apa Cheff Samudra itu."

Grace memutar dua bola mata jengah. "Ya deh, semoga aja dengan melihat ketampanan Cheff Samudra, lo jadi pindah haluan dari roti Regal-Regal itu. Biar nggak bucin-bucin banget."

"Gue suka sama Cheff Samudra itu cuma kagum, ya, Grace. Beda kalau sama Dominic Regal. Dia itu cinta mati gue, separuh napas gue, belahan jiwa gue."

Tuh, kan. Berada di dekat Audrey dalam radius dekat membuat Grace yakin jika Audrey benar-benar gila akan Dominic. Tapi, Audrey tidak bisa melihat keseriusan Grace ketika gadis itu bilang sebaiknya Grace mencintai Samudra saja.

*

"Oke, jadi ini yang namanya Audrey Liliana Justin?" Audrey mengangguk dengan senyum kikuk. Grace tentu memilih nongkrong di depan sesekali memesan makanan kesukaannya. Tidak seperti Audrey yang harus masuk ke dalam dapur bertemu dengan satu koki saja dengan dua atau tiga pelayan yang mondar-mandir menyiapkan makanan untuk disajikan.

"Oke kalau gitu kamu belajar dengan Cheff Joshua ya." Pak Fathur berjalan menjauh untuk memanggil Cheff Joshua. Setelah itu Pak Fathur menggantikan Cheff Joshua untuk memasak makanan para customer.

"Hallo. Yuk, belajar bikin kue 'kan?"

Audrey mengangguk senang. Cheff Joshua sangat-sangat ramah. Ia mengajari Audrey dari nol untuk tahap-tahap membuat kue sementara Audrey sesekali mencatat dalam ponselnya agar tidak lupa--meski dengan sekali menulis, sebenarnya Audrey mudah mengingat.

"Kenapa nggak boleh banyak-banyak telurnya?"

"Nanti teksturnya terlalu lunak. Ambilkan tepung itu lagi." Cheff Joshua memberikan arahan pada Audrey. Audrey berjalan cepat-cepat untuk mengambil tepung yang dimaksud.

Sayangnya, saat berbalik, tubuh Audrey membentur sesuatu yang sangat besar--membuat tepung di tangan Audrey terbang dan mengotori tubuh Audrey beserta laki-laki yang kini ada di hadapan gadis itu.

Ah, shit... Benar-benar sial.

"Heh, Mumi. Kalau jalan itu yang benar, dong, menyusahkan!"

Audrey hampir membuka mulut untuk menyuarakan pendapatnya bahwa jika laki-laki tadi tidak tiba-tiba muncul di hadapannya, Audrey sudah pasti tidak akan menabraknya.

Karena bukan hanya laki-laki saja korban di sini, lihatlah, tubuh Audrey putih penuh dengan tepung.

"Heh, lo 'kan yang tiba-tiba nongol di depan gue! Hak apa yang lo punya sampai nggak ada sopan-sopannya untuk inisiatif minta maaf?"

Teriakan Audrey membuat laki-laki tadi terpaksa menghentikan langkah kakinya. Ia tersenyum sombong sembari menoleh ke belakang--licik sekali senyumannya, benar-benar membuat kesabaran Audrey ada di ujung tanduk.

"Gue? Cheff di sini. Lo siapa? kenapa tiba-tiba di sini? Mau melamar pekerjaan menjadi koki? Anak magang dari sekolah?" Pria itu mengamati tubuh Audrey dari atas hingga bawah. Gadis itu memiliki postur tubuh kecil dari usia yang seharusnya. Tak mengherankan pertanyaan itu muncul dari bibir Cheff menyebalkan ini.

"Gue bayar untuk private di sini, dasar Cheff tak tahu sopan santun!"

Audrey berjalan mendekati Cheff Joshua. "Kenapa orang tak punya attittude seperti itu bisa bekerja di sini?"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login