Download App

Chapter 3: - 2 -

Xavier mengecup sekilas rambut Felica, disandarkannya tubuh Felica ke sisi lain. Dilihatnya pandangannya ke belakang dan mendapatkan beberapa mobil sedan hitam mengikuti mobil yang dinaikinya.

"Xavier, jika kita tidak membereskannya sekarang, tujuan kepergian kita akan diketahui mereka." Deto mengingatkan.

"Mereka sangat mengganggu, cepat buka atap mobil ini," jawab Xavier, Deto menggangguk dan memencet tombol di sekitarnya untuk membuka atap mobil. Sedangkan Xavier mengambil MP5 yang berada di bawah jok di hadapan Felica.

Xavier berdiri lalu memutar tubuhnya ke belakang sehingga melihat beberapa orang yang di dalam mobil sudah menodongkan senjata api mereka. Xavier menyeringai, ia tidak perlu susah payah menembak lawannya kali ini. Xavier menyadarinya, ia tidak sehebat Alucard yang tanpa melihat pun dapat membunuh lawannya sekali tembak meski matanya tertutup.

"Xavier, kau tetap tidak ingin memakai mata kananmu?" tanya Deto tanpa menoleh.

"Untuk tikus kecil seperti mereka tidak perlu memakainya," jawab Xavier dingin.

Xavier mulai melihat peluang sekitarnya untuk menembak para tikus yang mengejarnya.

"Ohh ... I love your car, Bitch! Tapi sayang mobil cantik itu harus aku hancurkan!" sembari tersenyum lebar Xavier yang berdiri dengan senapan mesin di tangannya mulai membabi buta menembakan senjata itu.

DOR DOR DOR DOR

"Hahaha ... Hahaha ...." Ekspresi wajahnya sungguh menyeramkan dengan wajah yang terlihat bergembira di atas kematian musuhnya itu membuat Xavier yang terbahak-bahak terlihat semakin menakutkan seperti orang gila yang sulit untuk dikendalikan.

DUMMM

Satu buah mobil berhasil dia ledakkan, api berkobar tinggi dengan asap tebal hitam pekat yang membumbung menusuk langit. Mobil-mobil lain masih mengikuti mobil Chrysler hitam yang ditunggangi Felica dan Xavier. Mereka mengeluarkan senapan otomatis dan mulai membalas tembakan Xavier.

DOR DOR DORR

Mobil yang dikemudikan oleh Deto itu meliuk-liuk seperti menghindari tembakan peluru, sesekali wajahnya berpaling ke arah Felica dari pandangannya yang tertuju ke arah jalan untuk memastikan jika kondisi gadis itu baik-baik saja.

"Deto, jangan sampai Lica terluka karena kau mengemudi dengan kasar." Xavier memperingati.

"Fokus saja pada lawanmu," jawab Deto lalu mendengkus kasar.

Saat menemui persimpangan Menice, Deto membanting kemudinya ke arah kanan dan berjalan lurus ke arah Pantai Santa Monica dengan melalui jalan Neilson Way. Xavier kembali masuk ke dalam mobil dari sunrooft tempatnya menampakkan diri. Tubuh Felica terpental ke samping, untung saja Xavier dengan sigap menangkap tubuh Felica agar kepalanya tidak terbentur kaca mobil.

"Deto!"

"Aku tidak memiliki waktu untuk mengemudi dengan lembut, jika kau ingin aku mengemudi dengan aman habisi mereka semua dengan cepat," jawab Deto kesal, Xavier hanya bisa berdecih.

Pengejaran masih terus berlanjut dengan tembakan pistol yang sedikit berkurang karena Xavier menghindari jika akan ada korban warga sipil yang terkena akibat dari tindakannya.

Gesekan antara dua buah mobil terjadi saat Deto mencoba menghadang dan melawan mobil yang menabrak dan terus mencoba menyeret mobil yang dikemudikan Deto ke badan jalan.

Seketika Deto membelokkan arah mobilnya masuk ke jalan Heart Eve dan mengebut lurus ke arah bibir pantai Santa Monica. Debu pasir pantai bertebaran, gemuruh ombak tenang dan teriakan para warga sipil memekakkan telinga.

DOR DOR DORR

"Oh God! Cepat sekali mereka merindukan senjataku!" Xavier yang terkekeh kecil, dia kembali bangkit dengan mata yang menyipit tajam.

Balapan liar terjadi saat itu di tepi pantai Santa Monica, anggota mafia yang memburu Felica pun kesulitan saat akan menembak Xavier karena posisi mereka tepat berada di belakang mobil Xavier yang menyemburkan pasir pantai dari roda belakangnya. Hal itu akan memudahkan Xavier menghabisi lawannya tanpa perlawanan.

"Wohoo ... Kiss my ass, Pusy!!!"

DOR DOR DORR

Seseorang dengan berani menampakan setengah badannya keluar dari sunrooft sama seperti Xavier.

"Ohh yang benar saja! Kau ingin bermain denganku?" desis Xavier dengan aksen dan bahasa tubuh seperti orang gila.

Belum sempat pria itu menekan pelatuk senjatanya Xavier sudah terlebih dahulu menembak pria itu kali ini dengan senapan otomatis MP5-nya.

"Sepuluh ... dua puluh ... tiga puluh ...." Xavier menghitung jumlah peluru yang sudah bersarang di tubuh pria yang sudah mati itu. Namun, Xavier dengan kebiasaannya yang terlalu menikmati pertunjukan yang dia buat, dia menghabiskan seluruh isi peluru pada senapan mesin itu.

"Empat puluh ... li–" mulutnya berhenti tersenyum dengan mulut yang tiba-tiba tertutup Xavier menaikan satu alisnya dan melirik senapan MP5 di genggamannya.

"Sial! Padahal dia belum mati dengan 100 peluru di dadanya!" dengkus Xavier.

Mobil mereka terus berjalan dengan cepat hingga menuju pantai Malibu. Xavier yang menghadap ke belakang mobil tiba-tiba memalingkan pandangannya dan menghadap ke depan.

"Huuaaa!" teriakan Xavier saat melihat mobil ini harus masuk ke sebuah jembatan yang melengkung dengan lebar yang tidak kurang hanya cukup untuk satu mobil ini saja. Dengan cepat Xavier kembali duduk manis sambil memeluk Felica. Sisi kiri dan kanan jembatan itu adalah tembok beton yang cukup tinggi hingga membuat Deto harus benar-benar bertanggung jawab atas apa yang dia pilih.

"Deto! Akan kubunuh kau nanti!" dengkus Xavier saat mobil itu semakin menambah kecepatannya.

Hanya dua kemungkinan yang akan diterima Deto, Felica, dan Xavier saat itu. Mati menabrak tembok beton atau mati terhimpit badan jembatan dan menerima tabrakan beruntun dari musuh yang mengejar mereka. Tanpa menjawab ancaman xavier, Deto memacu laju kendaraan itu.

WUUSSSH

KKREEETTTTTT

Sulit dipercaya, mobil itu masuk sempurna dan berjalan di atas jembatan yang sangat pas dengan ukuran mobil yang dikendarai Deto.

BOOOOMMB

DUUMM

Dua mobil terakhir yang mengejar Felica, Deto dan Xavier itu hancur meledak dengan serpihan mobil yang terpental ke segala arah.

"Shit!" dengkus Deto yang berhasil keluar dari jembatan dan mulai mengemudi santai tanpa kejaran musuh, Deto membelokkan mobil itu keluar dari bibir pantai Malibu dan mengemudi lurus menuju tempat tujuannya.

"Gara-gara mereka, kita harus berputar jauh untuk kembali menuju Las Vegas," desis Deto.

"Ah, sudahlah!" ucap Xavier yang terlihat letih, tangannya meraba halus wajah Felica yang tertidur pulas karena obat.

"Maafkan aku, Lica ku sayang. Perjalananmu sedikit terganggu," bisik Xavier sambil mengelus-elus rambut Felica.

Kini Deto memberhentikan mobilnya di sebuah bengkel, ia keluar mobil dan langsung menemui si pemilik bengkel. Berbicara beberapa menit beberapa mekanik pun langsung membenahi penampilan luar mobil yang ditumpangi Xavier dan Felica. Deto kembali masuk dan menunggu goresan-goresan mobil menghilang dari pandangannya.

"Kau memberinya obat tidur?" tanya Deto yang kini sedang menyalahkan rokoknya.

"Tidak ada pilihan lain, jika tidak Lica sudah terbangun sejak pertama suara sunrooft terbuka," jawab Xavier sambil menatap keluar jendela.

"Apa pendengarannya setajam itu?" Kini Deto membalikkan tubuhnya dan menatap Xavier.

"Sangat, pintu terbuka saja ia akan terbangun dari tidur pulasnya. Karena itu ia suka sekali marah jika aku, Vicente ataupun Nero mendobrak pintu kamarnya atau bahkan berteriak di dekatnya," jawab Xavier.

"Pantas saja ia tidak suka suara tembakan, bagaimana jika tadi Felica terbangun?" Deto bergidik ngeri jika mengingat Felica sedang marah.

"Kejadian seperti dulu akan terulang kembali," jawab Xavier sambil menyentuh eyepatch miliknya dan menatap sendu ke luar jendela.

***

Di sisi lain, Ace, Shizuku, dan Noah sedang dalam pengejaran para mafia lainnya. Dikejar atau mengejar, sama saja dengan dibunuh atau membunuh bagi Ace, dan hal itu yang terjadi saat ini, hukum rimba mulai menguasai perkotaan.

Keluarga Roulette yang sedang dalam pengungsian dari mansion milik mereka rupanya sedang dibuntuti oleh sejumlah mobil SUV hitam yang mengekori mereka.

"Papa!" desis Noah yang sedang mengemudikan Mitshubishi GC-PHEV.

"Ya!" jawab Ace.

"Sepertinya kita sedang diikuti!" tukas Noah.

Shizuku dan Ace pun menolehkan pandangannya ke belakang mobil dan mendapati 4 buah mobil SUV hitam sedang mengikuti mereka.

"Hmm ...." Ace dengan santai membuka bagasi di balik tempat duduk yang ada di hadapannya.

BUGHH

Hantaman SUV hitam itu membuat Ace dan istrinya sedikit terpental mengikuti arah guncangan pada mobil.

"Mereka merepotkan saja!"

Ace kembali berusaha meraih senjata yang ada di dalam jok mobil.

Saat jok itu terbuka, terlihat berbagai macam senjata berada di dalam jok itu.

"Biar aku membantumu!" ucap Shizuku dengan berani.

"Tidak, Sayang. Aku tidak ingin kau mengotori tanganmu," ucap Ace seraya menggenggam tangan istrinya. "Noah, biarkan Mama yang mengemudi!"

DORRR

Para anggota mafia yang mengejar mereka nampaknya memberikan salam perkenalan dengan sebuah tembakan Shotgun.

"Shit!" Dengkus Ace. "Noah, cepatlah!"

"Tapi, Papa!" Noah bergidik takut saat mendengar Shizuku akan mengambil alih kemudi, bukan peperanganan yang dia takutkan, tapi cara mengemudi Shizuku yang arogan dan seperti pembalap liar itu yang dia takutkan.

"Sudah! Bantu saja aku di belakang sini!" ucap Ace.

"Apa yang kau takutkan, Noah?" desis Shizuku.

"Ti-tidak, Mama!" jawab Noah gugup, "Baiklah ...."

Ucapan itu langsung membuat Shizuku yang berada di belakang kursi pengemudi bertolak bangkit dari duduknya dan menggantikan posisi Noah yang sedang mengemudi tanpa menghentikan laju mobil itu.

"Noah, pakai ini!" Ace memberikan Noah sebuah riotgun, dia menyadari jika mobil SUV yang mengejarnya dilengkapi Bulletproof seperti mobil miliknya, untuk itu Ace memberikan senjata berat pada Noah.

Noah yang sudah siap menyerang dengan membuka jendela pintu mobil itu diikuti Ace yang menggunakan senjata serupa dengan Noah dan berdiri muncul di celah sunrooft mobil itu.

"Come to Papa!" ucapnya seraya menembakan Riotgun itu bertubi-tubi.

DOORR

DOORR

DOORR

Memang terlihat keras, mobil itu bahkan tidak terhentak sedikit pun saat pecahan peluru riotgun itu mencabik mobil itu. Noah yang muncul di celah jendela mobil itu pun dengan sangat akurat menembaki mobil yang mengejar mereka.

Sebuah mobil yang paling depan mencoba menyusul laju mobil yang ditumpangi Ace. Seketika Shizuku pun menambah kecepatan laju mobil itu dengan tiba-tiba hingga membuat Ace dan Noah terhentak.

"Ahh, sepertinya kebiasaan Mama kembali lagi!" dengkus Noah.

"Ace, hujani roda mobil mereka dengan tembakanmu!" tukas Shizuku.

"Baiklah!"

Shizuku membawa mobilnya keluar jalur dan mengendarai mobil itu di jalur yang berlawanan, dengan lihai dia berkelok-kelok menghindari tabrakan dengan mobil yang tertuju ke arahnya. Dan hal itu membuat Ace sulit membidik tembakannya.

Tubuhnya yang berayun mengikuti ayunan mobil yang dikendalikan istrinya itu membuat beberapa tembakan Ace melesat tanpa arah.

Namun sepertinya hal itu tidak menjadi masalah, peluru miliknya tepat bersarang di mobil musuh. Hanya satu dua buah mobil yang mengejar mereka di jalur yang berlawanan, dengan sisanya yang mengebut di jalur yang seharusnya. Ace tidak berani gegabah dalam menembakan senapannya ke arah yang tidak menentu, menghindari jika ada warga sipil yang tidak bersalah menjadi korban.

Saat mereka tiba di persimpangan Santa Ana street, Shizuku terkejut saat melihat sebuah truk sampah melintang di hadapannya. Seketika mobil itu dibelokan ke arah California Eve. Mereka hampir saja menabrak truk itu beberapa saat yang lalu jika Shizuku salah mengambil keputusan.

DUUMM

Satu buah mobil meledak di hadapan Ace yang masih fokus memerhatikan mobil musuh mereka yang mengejar. Asap hitam tebal mengepul di sekitar lokasi tabrakan itu. Sebuah mobil lain terlihat berhasil meloloskan diri dan terus mengejar mereka.

Seorang penjahat muncul di celah sunrooft mobil mereka dengan membawa sebuah senapan mesin (Machine Gun) yang mampu mengeluarkan ratusan peluru sekali tembak.

"Papa!" dengkus Noah.

"Shit!" Ace terbelalak saat melihat senapan itu.

"Sayang! Gunakan senjatamu!" ucap Shizuku yang sesaat lalu melihat musuh di belakangnya dari kaca spion mobilnya.

"Belum saatnya!" jawab Ace sembari mengokang kembali senapan miliknya dan membidik lekat-lekat musuh yang memegang senjata itu.

DOOR DOOR DORR

Rentetan peluru tajam melesat ke segala arah tanpa mengenai Ace meski mengenai beberapa bagian mobil yang dikemudikan Shizuku.

DOOR

Satu kali tembakan itu melesat dari senapan yang digenggam Ace. Peluru yang bertebaran itu tepat mengenai tubuh si penembak senapan mesin. Noah nampaknya mendapatkan tamu baru, dua orang musuh dengan mengendarai motor trail menghampirinya dari sisi kiri mobil.

Pengemudi motor itu mendekati pintu dan menembakan beberapa tembakan pada Noah. Namun, Noah sangat cekatan hingga bisa menghindari tembakan itu. Shizuku yang menyadari kondisi itu membawa mobilnya semakin mendekati arah laju motor itu. Saat mobil yang dikendarinya berada di depan sang pemotor Shizuku menginjak rem dengan tiba-tiba.

"Noah! Sekarang!" teriak Shizuku.

Teriakan itu disambut oleh Noah dengan membuka pintu mobil itu hingga membuat satu pemotor terjatuh karena menabrak pintu mobil yang dibuka. Satu motor lain yang berhasil menghindari mobil itu mendekat, dan secara tidak disangka Noah melompat dari mobil menuju motor itu. Seketika dia melompat dan berhasil duduk di belakang pengemudi. Beberapa pukulan berhasil menjatuhkan pengemudi motor itu dan membuat Noah mengambil alih kemudi.

Mobil pengejar yang sempat terpisah sesaat yang lalu kembali terlihat dan jaraknya sangat dekat dengan mobil Ace. Ace yang masih berdiri memunculkan badannya di celah sunrooft itu mengganti senjatanya dengan pelontar granat (Granade Launcher).

Senjata yang cukup besar dan mampu meledakan mobil biasa. Tiga buah mobil di hadapannya seketika ditembaki dengan senapan itu. Mobil yang nampaknya berlapis baja itu tidak hancur meledak saat granat yang ditembakan Ace menyentuhnya.

Satu buah mobil paling belakang dibuntuti oleh Noah. Saat posisi Noah sangat rapat dengan mobil itu seketika dirinya menempelkan sebuah bom waktu tepat di tangki bensin mobil SUV hitam itu tanpa disadari oleh pengemudinya.

Saat ia pergi menjauh sebuah ledakan langsung terdengar dan membuat mobil itu meledak dan terpental hingga menindih beberapa mobil yang terparkir di bahu jalan. Ace yang sudah muak dengan musuh yang mengejarnya membuatnya terpaksa mengeluarkan senjata kesayangannya.

Sebuah pelontar roket bazoka yang dia pakai membuat pengemudi mobil pengejar Ace itu bergidik ngeri, kedua mobil itu menginjak remnya tiba-tiba hingga terdengar suara decitan roda dengan asap putih yang mengepul.

"Say hi to my lady!!" dengus Ace dengan senyuman yang menyeringai.

BOOMMMMB

Kedua mobil itu meledak seketika, Ace kembali duduk lalu membuka pintu mobilnya. Noah segera memasuki mobil dengan meloncat dan membuang motornya begitu saja.

Lalu Noah mengganti Shizuku untuk mengemudi kembali. Noah mendengkus kesal, pasalnya sebelum berangkat pergi, Noah mengusulkan untuk membawa beberapa anak buah untuk melindungi Papa dan Mama. Tetapi si pemimpin Mafia itu menolak dengan alasan tidak leluasa jika di keramaian membawa banyak anak buah.

"Jantungku nyaris berhenti ketika Mama sudah mulai mengemudi," gerutu Noah dan hanya mendapat kekehan dari Shizuku.

"Aku hanya terlalu bersemangat,"jawab Shizuku enteng.

"Entah mengapa aku sedikit menyesal telah membiarkannya mengemudi," gumam Ace lalu mendapat cubitan panas di pinggangnya.

"Aw ... Sayang, hentikan itu." Ace mencoba melepaskan tangan Shizuku dari pinggangnya.

"Kau menyebalkan,"jawab Shizuku sambil tersenyum, Noah hanya terkekeh lalu wajahnya seperti mengingat sesuatu.

"Jika kita dikejar, Felica dan Xavier juga pasti dikejar, bukan?" tanya Noah.

"Itu sudah pasti, tapi pasti Xavier dapat membereskan mereka. Jangan lupa jika Xavier adalah salah satu Eksekutif tertinggi di keluarga Roulette," jawab Shizuku bangga.

"Aku hanya khawatir jika Felica bersama Xavier," gumam Noah, Ace tertawa.

"Hahaha ... tenang saja, Xavier sangat menyayangi Felica. Meskipun ia seorang psikopat gila, Xavier hanya akan membunuh orang yang ingin menyelakai Felica," jawab Ace sambil melihat keluar jendela dengan senyum miringnya.

"Anda benar-benar kejam pada anak-anak Anda, Papa." Noah tersenyum kecut.

"Demi Felica aku akan melakukan apa pun," jawab Ace sambil menyeringai Shizuku hanya diam menatap tidak suka pada Ace.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login