Download App

Chapter 4: Chat Dengan Si Bodoh

Seharian mengelilingi taman burung, di mulai dengan kebodohan sebuah pemilihan kelompok dan cara yang tidak etis untuk bolos sekolah, Najwa akhirnya bisa merebahkan dirinya di ranjang empuk miliknya. Wallpaper pink bergambar hello kitty menghiasi dinding kamar Najwa, serta aksesoris seperti selimut, bed cover, dan bahkan boneka semuanya memiliki gambar dan bentuk hello kitty.

"Capek …."

Malas dan pegal, sekujur tubuh rasanya sakit semua. Ia tidak menyangka harus melakukan jalan sehat dari gerbang utama Taman Mini sampai ke taman burung, lalu balik lagi ke gerbang utama. Najwa coba memegang betisnya, ternyata masih kenyal dan tidak mengeras. Ia berpikir bila betisnya sudah membesar dan keras layaknya binaragawati.

"Dia sudah pulang atau belum?"

Sekilas, rasa khawatir Najwa datang. Ia memikirkan Revanza, sampai sekarang ia belum menanyakan kabarnya.

"Gue takut dia malah diculik, dikarungi, lalu diperkosa, dan dibuang ke selokan!"

Najwa segera bangun, ia langsung mengambil ponselnya. Menekan kontak, ia memilih opsi chat.

[Lo masih hidup, 'kan?] Terkirim.

Centang dua ...

Centang biru ...

[Kenapa? Lo kira gue bakal diculik, dikarungi, diperkosa dan dibuang di selokan?] balas Revanza.

"Kenapa dia bisa tahu! Ngeri! Dia punya six sense?" Bulu kuduk Najwa berdiri karena merinding.

[Nggak, gue cuma takut lo nyasar.] Najwa membalasnya.

[Lo kira gue anak SD yang gak tahu jalan pulang?] Centang biru.

[Badan boleh anak SMA, tapi otak masih seperti sekolah dasar.] Najwa menyindir halus.

[Cih!] Revanza membalas singkat.

[Ya, sudah, bye. Gue cuma mau tanya itu saja.] Najwa mengakhiri chatnya.

"Ini cewek kenapa? Antara khawatir atau terlalu meremehkan gue agak beda tipis."

Revanza yang baru saja mandi langsung duduk di depan notebook miliknya. Ia memindahkan beberapa foto penting selama seharian di taman burung ke file di notebook. Tanpa mengenakan baju, ia asyik memilah beberapa foto dengan AC menyala.

Najwa tidak bisa tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia justru memilih mengambil diary miliknya dari brankas besi di lemari bajunya. Beberapa angka berkombinasi 6 angka menjadi kode rahasianya. Najwa menjadikan buku diary-nya sebagai barang penting dan berharga.

"Mau nulis apa, yah?" pikir Najwa.

Pikirannya terasa buntu. Ia selalu saja membayangkan wajah Revanza yang agak bodoh dan datar. Bukan sebuah rasa kagum atau terpesona dengan ketampanan Revanza, justru Najwa tertarik dengan betapa bodohnya Revanza melihat suatu masalah. Perkataannya yang aneh dan cara ia berekspresi serta peduli, hal itu yang membuat Najwa berpikir bila sang pangeran satu ini lebih mirip dengan si the beast di dongeng beauty and the beast. Kaku, dingin, dan ceroboh.

Akhirnya Najwa justru menulis seadanya tentang perasaannya di hari itu. Mulai dari acara ulang tahun Revanza hingga ia harus bolos dan ke taman burung.

"Gue lupa! Hari ini dia ulang tahun! Sial!"

Najwa langsung mengambil ponselnya yang berada tidak jauh darinya. Ia merasa bingung, ucapan seperti apa yang harus diketik olehnya.

[Selamat ulang tahun, semoga panjang umur, kalau pendek umur, tolong hubungi pengacara agar segera bisa dibuat wasiat, bye ….] Terkirim.

Centang satu …

Centang dua …

Centang biru …

"Bastard! Ini cewek mau dikuliti!"

Rahangnya mengeras, chat masuk dari Najwa membuatnya kesal. Ia sedang main game online bersama temannya dan chat Najwa mengganggu sekali. Ditambah, isinya membuat Revanza naik darah.

[Belum pernah lihat cewek panggang rica-rica!] Terkirim.

"Di-dia marah? Perasaan bahasa gue sudah benar?" Najwa merasa bingung.

[Tolong buatkan cewek bakar sambal matah.] Najwa membalas dengan menambah emoji kucing berkedip.

Revanza kalah dalam game yang ia mainkan. Notifikasi chat Najwa mengganggunya.

"Di-dia benar-benar mau dibakar ternyata!"

[Besok gue bakar lo! Awas kabur! Gue santet nanti!] Pesan terkirim kembali.

Najwa merasa chat balasan dari Revanza mengandung begitu banyak kutukan. Ia segera keluar dari aplikasi chatting. Najwa memilih untuk melanjutkan menulis diary miliknya.

"Dear Diary, hari ini gue bertemu dengan pangeran. Tapi sayangnya kelakuannya seperti tokoh utama cowok yang bodoh di anime. Menyebalkan dan membuat kesal. Ingin rasanya mengambil otaknya dan menggantinya dengan OS Android!"

Najwa melirik ke arah jam dinding. Ternyata waktu sudah berlalu sangat cepat. Padahal baru tadi ia melihat jam yang menunjukkan pukul 21.00 malam, lalu sekarang sudah pukul 21.05. Benar-benar waktu berlalu sangat cepat. Ia memutuskan untuk kembali merebahkan diri di ranjang.

"Nasib gue besok bagaimana, yah? Gue takut harus berhadapan dengan para pemuja si bodoh, Revanza. Apa dia nggak stress? Selalu dipuja layaknya patung arca?"

Matanya sudah sangat berat. Lelah yang ia rasa membuatnya sangat mengantuk. Najwa memejamkan matanya dan tertidur.

"Revan? Kamu sudah makan?"

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Bibi Ningsih masuk saat Revanza sedang bertelanjang dada sambil membawa sebuah nampan.

"Bibi!"

Revanza langsung melempar ponselnya dan segera menyelimuti dirinya.

"Oops, maaf. Bibi kira kamu lagi tidur." Bi Ningsih tertawa geli.

"Tolong ketuk pintunya, kalau Revan lagi telanjang bagaimana!" Revan sangat malu.

Bibi Ningsih, asisten rumah tangga yang usil. Hobinya sangat kreatif, yaitu mengintip Revanza di kamarnya. Agak psiko memang, tapi ia punya cita-cita untuk menikahi Revanza suatu hari nanti.

Note : semoga tidak terjadi!

"Kalau kamu lagi telanjang … itu bonus untuk bibi." ia tertawa lagi.

"Dasar! Mesum!" gumam Revanza dalam hati.

Revanza segera memakai kaos putih. Bi Ningsih mengantarkan makan malam dan meletakkannya di atas meja belajar Revanza. Ia selalu makan di atas jam 9 malam. Kebiasaannya sejak ia masuk SMA tidak mudah diubah.

"Mama dan Papah akan pulang weekend nanti, mereka sedang menghadiri acara pernikahan klien dan sekaligus liburan." Bi Ningsih segera keluar dan menutup pintu kamar kembali.

Revanza segera menyantap menu sederhana dari Bi Ningsih. Sepiring daging steak dengan saus barbeque dan kentang goreng panjang, serta susu coklat hangat dan camilan.

Ditemani dengan anime bergenre romance comedy favoritnya, Revanza menyantap makan malam miliknya. Namun di dalam hatinya, ia merasa kedua orang tuanya terlalu sibuk hingga tidak memiliki waktu untuk bersama dirinya sejak di sekolah dasar.

Bisnis besar yang dimiliki Papahnya sangat menggiurkan. Lebih dari 100 cabang restoran F&B dan lima buah POM bensin, menjadikan Revanza hidup dengan bertabur harta. Lalu, Mamanya adalah pemilik salon ternama yang memiliki 25 cabang yang tersebar di Indonesia dan luar negeri. Keduanya adalah pebisnis handal, hingga dipastikan bahwa Revanza akan menjadi pewaris tunggal dari kedua bisnis milik orang tuanya.

Tiba-tiba muncul notifikasi pesan masuk. Revanza segera membukanya. Ternyata isinya adalah foto kedua orang tuanya yang sedang berfoto di kapal pesiar mewah.

[Kamu sudah makan? Minta Bi Ningsih untuk masak, yah? Mama dan Papah baru bisa pulang weekend nanti, mau oleh-oleh apa?]

Revanza tidak segera membalasnya. Ia justru mengabaikan pesan itu. Revanza memilih untuk menonton anime kembali.

"Gue lupa, apa gue kasih struk pengeluaran hari ini ke dia?" pikir Revanza.


CREATORS' THOUGHTS
Muhammad_Titanto Muhammad_Titanto

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login