Download App

Chapter 3: Bab 3

"Ra, pulang bareng gue yuk!" Ajak Rayhan menatap Nara.

"Enggak deh, gue udah pesen ojek!" Jawab Nara.

"Batalin aja, mending sama gue! Sebagai ucapan terima kasih gue, tadi udah ngajarin Kimia." Ajaknya lagi.

"Gak mau! Bentar lagi datang kok! Lagian ngajarin apaan, orang gue cuma ngasih tau dikit." Nara masih tetap menolak ajakan dari Rayhan.

Rayhan merampas hp milik Nara dari tangan pemiliknya.

"Lo apaan sih! Gak sopan banget." Ucap Nara kesal, sambil berusaha mengambil ponselnya dari Rayhan. Karena memang dasarnya, Rayhan lebih tinggi dari diri nya, dia menjadi kesusahan menggapai ponselnya yang di angkat tinggi oleh Rayhan.

"Pinjem bentar doang kenapa sih!"

"Gak boleh! Itu privacy mana siniin!!" Rayhan yang mulai lelah dengan Nara yang terus-terusan akan mengambil ponselnya. Akhirnya di tarik lah tubuh Nara kedalam dekapannya. Nara langsung terdiam merasakan pipinya yang membentur dada bidang Rayhan. Sedangkan teman-teman mereka hanya melongo melihat keduanya.

"Gini kan enak, diem dulu ya sayang!" Ucap Rayhan tersenyum puas, seketika Nara hanya menganggukan kepalanya pasrah.

"Udah nih!" Ucap Rayhan melepaskan pelukannya dan mengembalikan ponselnya ke pemiliknya.

Nara langsung memeriksa ponselnya.

"Rayhan!" Pekik Nara.

"Kenapa?" Tanya Farah penasaran.

"Masa ojek gue yang udah hampir datang, di batalin gitu aja sama dia!" Sungut Nara kesal.

"Makanya nurut! Bareng gue aja!" Ucap Rayhan santai.

"Gamau!" Tolak Nara.

"Udah ayo! Guys, gue sama Nara duluan ya!" Ucap Rayhan sambil menarik paksa tangan Nara untuk memasuki mobilnya.

"Gue gak mau pulang sama lo!" Berontak Nara.

"Kalo lo gak mau pulang sama gue! Berarti lo mau gue cium disini!" Ancam Rayhan sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Nara.

Sontak Nara memundurkan wajahnya.

"Iya-iya gue pulang sama lo!" Ucapnya pasrah.

Rayhan tersenyum penuh kemenangan.

"Nah gitu dong! Nurut sama calon suami!"

Nara hanya mencebikkan bibirnya.

"Suami dari hongkong!" Gumam Nara pelan.

"Iya-iya nanti kalo udah nikah kita honeymoon ke Hongkong." ucap Rayhan santai.

"Dasar orang gila!"

"I love you too" balas Rayhan asal.

Disepanjang jalan, Nara lebih banyak diam. Karena dia juga tidak tau harus bersikap bagaimana.

"Rumah Lo masih sama kan?" Tanya Rayhan memecahkan keheningan.

"Kalo gatau rumah gue, mending ga usah ada acara maksa nganterin segala." Jawab Nara.

"Gue tau rumah Lo. Makanya gue tanya masih sama kan? Siapa tau Lo udah pindah." Kata Rayhan.

"Iya masih sama."

"Berubah banget lo ya, perasaan dulu Lo tuh tembem banget, mana gendut gitu, tapi gendutnya Lo tuh lucu gitu." Rayhan berucap.

"Lo lagi hina gue?" Nara menoleh pada Rayhan dengan tatapan kesal.

Rayhan tertawa. "Ya enggak, gue kan bilang dulu, sekarang mah Lo udah cantik gini."

"Lo kenapa sih pindah sekolah?" Tanya Nara, soalnya setau dia, Rayhan ini dulu sekolah di SMA Negeri dan disekolah itu ga semua anak bisa masuk kesana. Sekolah pilihan. Bukannya di sekolahnya sekarang, tidak bagus, sama bagusnya, tapi di SMA, Rayhan, dulu lebih bagus lagi.

"Ketat banget disana tuh, Ra. Gue ga bisa kalo harus sekolah dengan peraturan terlalu ketat." Jawab Rayhan.

"Kan sama aja. Di sekolah yang sekarang juga ketat."

"Iya, tapi lebih santai sekarang sih menurut gue."

Nara hanya diam dan mengangguk.

"Lo sama temen-temen Lo, ini semua ya.." Kata Rayhan.

"Ini apa?" Tanya Nara nyolot.

"Bukan, maksud gue mereka kaya anak populer semua. Dari rambut yang dicat, terus membentuk kaya geng gitu. Jadi kerasa makin populernya."

"Enggak sih sebenarnya. Biasa aja, lagian gue ga ada bentuk geng apapun, semua temen. Tapi berhubung cuma mereka yang bisa akrab banget, jadi yaudah." Ucap Nara.

"Tapi kebanyakan anak cewek emang gitu sih. Kaya ngumpul beberapa orang gitu, terus ada grup khusus mereka." Sahut Rayhan.

"Gak semua, tapi beberapa."

"Iya. Termasuk Lo kan?" Rayhan menoleh sekilas pada Nara.

"Enggak."

Rayhan tertawa saat melihat alis Nara yang menukik kesal. "Iya deh enggak."

"Perasaan Lo lama banget deh nyetirnya. Tau gini biar gue aja yang bawa mobilnya." Nara merasa jika dirinya sangat lama untuk bisa sampai dirumah.

"Ya emang sengaja pelan-pelan, biar lama sama Lo nya." Rayhan menjawab sambil menaikkan alisnya.

Cowok beralis tebal itu, merasa senang saat menggoda Nara, karena dia merasa gadis itu gampang sekali untuk terpancing emosi.

Tak lama, mereka sampai didepan rumah Nara. Rumah minimalis yang terlihat sangat teduh itu berpagar warna hitam.

"Makasih." Ucap Nara sambil keluar dari mobil.

"Lo ga ada basa-basi buat nyuruh gue mampir gitu?"

"Emang Lo mau mampir?" Tanya Nara.

"Ya enggak sih, tapi kan basa-basi aja." Jawab Rayhan.

"Yaudah daripada kelamaan disini mending Lo buruan pulang. Makasih udah nganterin gue pulang." Kata Nara.

Rayhan tertawa, "Lo ngusir gue banget ya. Oke deh, gue pulang kalo gitu. Salam buat orang tua Lo."

"Iya, udah sono pulang."

Tapi Rayhan tetap berada disana, tanpa menjalankan mobilnya.

"Katanya mau pulang."

"Buset ngusir banget Lo ya." Rayhan berkata sambil tertawa. "Iya deh gue pulang kalo gitu. Lo masuk sama."

"Oke. Sekali lagi makasih udah dianterin."

Rayhan mengacungkan jari jempolnya. Setelah melihat Nara masuk kedalam rumah, Rayhan segera melajukan mobilnya.

---

"Gue kira Lo ga kesini."

"Kesini lah, masih jam segini juga."

Rayhan memasuki rumah Vernon. Dia memang tidak langsung pulang kerumahnya, melainkan bermain dulu dirumah Vernon.

Rumah Rayhan dan Vernon bisa dibilang dekat, karena hanya berjarak beberapa rumah dan masih satu komplek.

"Sifat buaya Lo ternyata masih sama aja ya." Ucap Vernon sambil meletakkan minuman kaleng didepan Rayhan.

"Gue mah anak baik, ga punya sifat buaya sama sekali." Jawab Rayhan.

"Halah, buktinya Lo udah mepet aja ke Nara. Lo jangan deketin dia deh kalo misalkan cuma buat mainan aja. Kasian anak orang ." Kata Vernon.

"Ya masa gue salah sih, gue kan cuma mau temenan aja. Biar akrab lah sama anak sekelas. Apalagi gue kan masih anak baru." Kata Rayhan santai.

"Iya deh serah lo aja. Terus tadi Lo nganterin Nara sampe rumahnya?" Tanya Vernon.

"Iyalah. Masa anak orang gue turunin dijalan." Jawab Rayhan.

Vernon tertawa. "Ini si Sandi kemana sih, gue WhatsApp dari tadi kaga dibales."

"Dia mau kesini?" Tanya Rayhan.

"Katanya sih gitu. Tapi tadi pulang dulu, sekalian mau beli kuota." Jawab Vernon sambil memainkan ponselnya.

Rayhan hanya mengangguk. Lalu tangannya meraih minuman kaleng yang disediakan oleh Vernon.

"Eh iya, ada tugas melukis deh kayanya. Gue kan sekelompok sama Nara, kapan ya ngerjainnya." Vernon berucap pelan.

"Tugas apa?" Rayhan yang mendengar ucapan pelan dari Vernon bertanya.

"Lukis. Itu dibagi jadi beberapa kelompok. Gue, Farid, Farah sama Nara satu kelompok." Jawab Vernon.

"Terus kalo kaya gue gimana? Udah ikut tugas itu belum?"

"Gak tau sih gue, nanti aja tanya sama gurunya dulu. Tapi kan Lo masih baru, kayanya ga ikut dulu gapapa deh." Vernon menjawab sambil membalas pesan dari Sandi. Cowok itu berkata jika sedang membeli minuman.

"Sandi mau kesini, dia lagi beli Boba nih, Lo mau rasa apa?" Vernon menoleh pada Rayhan.

"Green tea aja. Kayanya seger deh pas lagi panas kaya gini." Jawab Rayhan.

Vernon mengangguk dan membalas pesan Sandi.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login