Download App

Chapter 38: Bab 38. Menuju Lokasi Pury Test

Fu Xie Lan yang melihat gerakan tidak biasa dari Wan Lie berhasil menciptakan kerutan samar di dahinya.

"Ada apa?" suara serak basah dari gadis itu memecah perhatian Wan Lie

Wan Lie Mencoba kembali menghirup udara dalam-dalam, tidak ada yang aneh. Aroma yang ia rasakan beberapa detik yang lalu menghilang, apakah hanya perasaannya saja? ia kemudian berbalik menghadap ibunya dan menatapnya lembut.

"Ibu, sebaiknya kita masuk."

"Tapi, ada apa? mengapa sikapmu sangat aneh?"

"Aku mulai gerah ibu, ayo kita masuk," ajak Wan Lie kepada ibunya. Perasaannya sangat tidak enak setelah aroma itu menggelitik hidungnya.

"Wan Lie..."

"Apakah ibu sangat lelah? Baiklah naik ke punggungku, aku akan menggendongmu," Wan Lie kemudian berjongkok tepat di depan ibunya.

"Apa alasanmu terus membantuku?" tanya Fu Xie Lan tiba-tiba.

Yang ditanya kemudian membalikkan badan dan menghadap ibunya, "Apa aku perlu alasan khusus untuk membantumu?"

"Tidak, aku hanya bertanya-tanya. Mengapa kamu sangat baik kepadaku sementara aku tidak pernah membantu atau memberimu apapun? Kamu tahu? Aku masih sulit mencerna semuanya, hanya karena aku mengizinkanmu memanggilku ibu dan kamu sudah membantuku sejauh ini."

"Apakah itu yang Ibu khawatirkan sekarang?"

"Jangan terlalu memikirkannya, percayalah aku tidak akan membahayakanmu, Ibu bisa memegang kata-kataku ini."

Bukan hal itu yang dimaksudkan Fu Xie lan, ia hanya ingin tahu alasan yang sebenarnya. Selama hidupnya, menemukan orang dengan niat yang tulus sangatlah susah. Bukankah setiap makhluk di dunia ini memiliki kepentingannya masing-masing? termasuk dirinya yang hanya memanfaatkan Wan Lie untuk membuatnya tetap aman.

"Hmm... baiklah, aku tidak akan bertanya lagi," ujar Fu Xie Lan lalu berdiri.

Mereka berdua kemudian meninggalkan tempat itu bersamaan.

***

Cahaya Orange perlahan mulai menerangi bumi, hewan-hewan malam juga telah kembali ke peraduannya, aroma tanah basah ikut terbawa angin dan menyegarkan rongga paru-paru tiap makhluk yang meghirupnya. Pagi yang sangat cerah dan begitu menyegarkan.

Tak Terasa waktu sangat cepat berlalu, selama dua hari ini Fu Xie Lan hanya fokus meningkatkan kekuatan fisiknya dengan Wan Lie yang senantiasa berada di sisinya.

Hari ini adalah hari dimana pury test akan dilakukan, Wan Lie sudah berada di depan pintu kamar ibunya sedang menunggu sang empunya kamar untuk membuka pintu dengan satu tangan yang memegang nampan berisi makanan.

Beberapa menit telah berlalu namun masih belum ada tanda-tanda Fu Xie Lan akan membuka pintu.

"Ibu? apakah kamu belum selesai?" teriakan tertahan Wan Lie yang lebih menyerupai sebuah bisikan sembari mengetuk pintu. Ia melakukan hal yang sama selama tiga kali beturut turut namun masih belum ada jawaban. Jadi ia memutuskan membuka pintu kamar tanpa seizin empunya.

Sosok yang masih terbalut dengan selimut tebal berhasil memasuki pandangannya. Pantas saja tidak ada yang merespon, ibunya masih tertidur, mungkin karena aktifitas fisik yang dilakukannya selama dua hari ini membuat tubuhnya sangat lelah. Memperhatikan wajah ibunya yang masih terlelap, itu sangat damai dan berhasil membuat sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum yang samar, ia menjadi tidak tega membangunkan ibunya.

Berjalan ke sisi jendela, meletakkan nampan berisi makanan terlebih dahulu di atas meja kemudian beralih membuka jendela. Cahaya matahari dan udara khas pagi hari seketika berlomba memasuki ruangan.

"nngghhh," tiba-tiba lenguhan khas bangun tidur menggelitik indra dan membuat Wan Lie membalikkan tubuhnya.

"Selamat pagi ibu," sapanya dengan wajah sumringah.

Fu Xie Lan hanya menjawab "mmm" sambil menggosok-gosok matanya. Silau cahaya yang berhasil lolos dari jendela kamarnya membuatnya berkedip-berkedip sejenak untuk menyesuaikan penglihatan. Seluruh badannya terasa remuk, otot-otot tangan dan kakinya terasa sakit, akibat dari memaksakan diri saat melatih fisiknya. Bagaimana tidak, ia melakukan latihan dari pagi hari hingga siang kemudian dilanjutkan lagi saat malam hari.

Latihan yang ia lakukan tidak tanggung-tanggung, saat malam hari dan suasana menjadi sangat sepi beberapa karung batu berukuran besar berusaha ia gerakkan mengelilingi gedung kediaman tetua Chen, batu itu ia peroleh berkat bantuan sihir tetua Chen. meskipun tetua Chen melihat semua hal yang dilakukan Fu Xie Lan, namun ia tidak berani bertanya lebih lanjut.

"Apakah sangat lelah? sebaiknya hari ini ibu istirahat saja, lagipula pury test itu tidak begitu penting, ibu bisa mengikutinya lain kali,"

Mendengar Wan Lie menyebutkan perihal pury test seketika membuat matanya terbuka lebar. Ini adalah kesempatan emas baginya untuk mengetahui tingkatan mana dalam tubuhnya, sedangkan cara menggunakan mana dalam tubuhnya, mungkin ia akan memikirkannya setelah test itu. mengikutinya lain kali? jangan bercanda. itu berarti ia harus menunggu tiga tahun lagi, ia tidak suka menunggu.

"Dimana Tetua Bao?" ucapnya sambil menggerakkan kedua tangannya menyilang ke samping, kemudian ke atas dan ke bawah menimbulkan suara tulang yang begitu merdu.

"Aku sudah menyuruhnya menunggu di lantai bawah."

"Baiklah, tunggu aku di luar," ucapnya kemudian beranjak meninggalkan tepat tidur dengan tangan yang sesekali menutup mulutnya yang sedang menguap.

***

Fu Xie Lan dan Wan Lie bejalan beriringan, sedangkan tetua Bao berjalan di depan untuk memimpin jalan. saat ini mereka sedang menuju lokasi tempat pury test akan dilaksanakan.

Jalan yang mereka lalui sangat sepi dan yang ada hanya mereka bertiga, suara langkah kaki yang saling bersahutan menjadi pengisi keheningan.

"Paman, apakah masih jauh?" Wan Lie mencoba bertanya.

"Tidak, sebentar lagi kita akan sampai," jawab tetua Bao terus melangkah memipin jalan.

"Mengapa sangat sepi? bukankah test ini akan dihadiri semua kaum?" kini giliran Fu Xie Lan yang bertanya, sejauh ini yang ia lihat hanya pepohonan seperti sedang berada di tengah hutan.

"Mengapa lokasi testnya tidak dilakukan di akademi saja?" tambah Wan Lie menimpali.

Kini mereka berjalan semakin jauh memasuki hutan.

Keduanya saling melempar pandangan memicing curiga. Fu Xie Lan yang sudah sedari tadi merasakan kejanggalan itu kini menjadi sangat yakin bahwa ada yang tidak beres, ia menyadari sesuatu.

Tiba-tiba tangannya refleks bergerak menghalangi dada Wan Lie, sontak membuat orang yang berjalan beriringan dengannya itu berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya memberi tatapan bingung.

"Mengapa berhenti? ayo sedikit lagi kita akan sampai," ucap Tetua Bao yang merasakan bahwa kedua orang yang mengikutinya berhenti beberapa langkah di belakangnya.

"O-oh iya Paman," jawab keduanya hampir bersamaan dan kembali melangkah.

Wan Lie ingin bersuara namun ia urungkan ketika melihat telunjuk ibunya menempel di bibir sebagai isyarat untuk tidak membuat suara sedikitpun. Fu Xie Lan kemudian menggerakkan salah satu tangannya menunjuk tanah tempat Huang Bao berpijak dan tentu saja pupil Wan Lie ikut bergerak mengikutinya.

"Kenapa Ibu? apa ada yang salah?" bisik Wan Lie sekecil mungkin.

"Coba perhatikan baik-baik," balas Fu Xie Lan menggerakan ujung dagunya ke arah objek yang dimaksudnya.

Butuh waktu beberapa detik untuk Wan Lie mencerna maksud ibunya.

HUANG BAO TIDAK MEMILIKI BAYANGAN

Refleks Wan Lie memasang sikap waspada, mengambil langkah lebar ke depan Fu Xie Lan dan membawanya berlindung ke belakang tubuhnya.

Sudah sangat jelas, pria tua yang memimpin jalan mereka bukanlah Huang Bao.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C38
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login