Download App

Chapter 2: 1. OH

"Ih mama! Jiji ah dengernya. Kalo mama mau nimang bayi mama hamil lagi deh kalo gitu."

_Risandah dewi_

***

Risa dengan cekatan melukis alisnya dengan pensil alis berwarna hitam tersebut. Kemudian, menyapukan shadow berwarna merah muda dikelopak matanya yang menambah kesan indah. Sentuhan terakhir ia mewarnai bibirnya dengan lipstic berwarna merah darah. Perpect.

Ia berkacak pinggang melihat pantulan dirinya di seberang sana. Dengan bawahan pencil skirt berwarna hitam yang mempertontonkan kaki jenjangnya, dan atasan menggunakan long coat cream yang dipadukan dengan dalaman hitam polos yang menutupi seluruh lehernya. Setelan yang cocok untuk musim hujan seperti ini.

"Sempurna." ucapnya sambil tersenyum bangga.

Ia memicingkan matanya ketika melihat pantulan wanita paruh baya yang sedang bersandar di kusen pintu kamarnya. Membuatnya menggeleng-gelengkan kepala dramatis. Kerjaan siapa lagi kalo bukan mamanya pagi-pagi begini.

Lihat! Sekarang wanita paruh baya itu melangkah masuk kekamarnya dan duduk dipinggiran kasur. Sementara ia pura-pura sibuk dengan dirinya.

"Ris? Risa?" Panggil wanita paruh baya itu yang sering disapa bu Rena tersebut.

"Risandah dewi? Kamu dengar mama gak sih?" Tanyanya sekali lagi sambil mendengus pelan.

"Hm." Jawab Risa malas-malasan.

"Tau gak? Kemarin anaknya teman mama diangkat jadi CEO loh dikantornya."

"Oh."

"Anak teman mama kabarnya juga lagi cari pendamping hidup loh."

"Oh."

"Keren gak tuh? Udah mapan, ganteng. Dijamin deh yang jadi istrinya nanti bakal bahagia dunia akhirat."

"Oh."

Menerima jawaban yang sama sedari tadi sontak bu Rena mempelintir telinga Risa, membuat wanita itu mengaduh kesakitan.

"Kamu ini gimana sih! Dari tadi oh, oh melulu. Kamu gak kepincut apa sama anaknya teman mama?"

Risa menatap ibunya dengan horor. "Apa sih ma? Keciput?"

Sekali lagi wanita paruh baya itu memelintir telinga anaknya.

"Ya allah Risa! Mau jadi apa kamu udh mau kepala tiga gini masih aja menutup mata dan hati kamu untuk laki-laki!" ucap bu Rena mendramatisir membuat Risa memutar bola mata jengah.

"Mama itu juga pengen nimang bayi." Lanjutnya lagi dengan wajah muram.

"Ih mama! Jiji ah dengernya. Kalo mama mau nimang bayi mama hamil lagi deh kalo gitu." Dengus Risa dengan kesal.

"Hamil ndasmu! Mama udah gak sanggup produksi. Mama itu mau bayinya dari kamu."

"Apaan! Mama kira hamil itu enak? Ngebayanginya aja Risa merinding. Udah ah, capek debat sama mama gak ada kelar-kelarnya. Risa mau berangkat kerja dulu. Assalamualaikum!" Tutupnya panjang lebar mengakhiri perdebatan panjang pagi ini dan segera menyalami tangan mamanya kemudian mengambil langkah seribu sebelum ada episode selanjutnya.

Sementara wanita paruh baya itu melongo seperti orang bodoh. "Waalaikumsalam." Jawabnya dengan kesadaran yang belum pulih.

"DASAR ANAK KURANG AJAR!"

---

Seperti biasa dengan semangat 45 ia berjalan memasuki kantor tempatnya bekerja yang sudah ramai itu. Wajahnya yang terus memancarkan kebahagian turut menjangkit pada yang lain.

"Selamat pagi bu."

Yah, sapaan itu sudah sering ia dengar setiap harinya. Terkadang ia geli dipanggil seperti itu oleh bawahannya yang mempunyai perbedaan usia dengannya cukup dekat. Tetapi dikarenakan  jabatanya yang ia duduki lebih tinggi, yaitu sebagai manajer pemasaran membuatnya harus bersikap profesional.

"Pagi." Balasnya dengan ramah.

Semua orang kantor juga tau, seorang Risandah Dewi selain cantik ia juga wanita yang ramah, periang, sopan, dan mengayomi. Membuat siapa saja menyukainya, terlebih kaum lelaki.

Ia memasuki ruangannya yang didominasi warna biru perpaduan putih itu dengan senyum yang terus merekah, seolah-olah ia melupakan kejadian dirumah tadi dimana mamanya membangga-banggakan anak temannya yang ia tidak kenal sama sekali itu. Tentu saja tujuannya agar Risa kepincut. Tidak semudah itu ferguso.

Belum semenit ia menduduki dirinya, ketukan dari luar membuatnya berdehem pelan.

"Masuk."

Seorang pria dengan dengan mata sipit berkulit putih mendekatinya. Ternyata hanya bawahannya di divisi penjualan.

"Selamat pagi bu. Saya hanya ingin menyerahkan laporan persediaan yang kemarin ibu minta." Ucap lelaki itu dengan sopan.

"Oh, letakkan di meja. Nanti akan saya periksa," Balas Risa dengan senyum ramah.

"Baik bu, saya permisi."

Risa hanya membalas dengan anggukan singkat.

Ia membuka lembaran map yang tergeletak dimejanya. Seperti biasa hanya ada map yang harus ia tanda tangani. Belum lagi tugasnya sebagai manager pemasaran harus membuatnya siap terjun kelapangan langsung untuk meninjau pekerjaan dari bagian pemasaran.

Jika ditanya apa ia lelah? Tentu saja jawabannya tidak. Dia sangat happy menjalani pekerjaannya itu. Seperti katanya, work is my life.

Dering telpon di meja kerjanya membuat Risa berhenti menandatangani map-map tersebut.

"Pagi."

Suara diseberang sana membuat ia mengubah ekspresinya setiap detiknya. Mengernyit bingung hingga alisnya akan menyatu, menggit bibirnya, dan terakhir terkekeh pelan.

"Baik pak. Tidak masalah, saya siap.

Sambungan telpon terputus. Risa melirik arloji dipergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 07.50, berarti 10 menit lagi rapat akan dimulai. Ia segera beranjak dari kursinya, dan sedikit merapikan penampilannya. Yah, Risa baru menerima kabar hari ini akan diadakan metting mendadak. Bagaimana bisa? Alasannya klien yang ingin membeli produk mereka yang memajukan jadwal karna ada alasan mendadak. Tidak profesional sekali menurut Risa.

...

Meja segi panjang yang dikelilingi beberapa buah kursi sudah hampir terisi penuh. Tak terkecuali dengan Risa salah satu orang yang menempatinya. Tinggal dua kursi lagi yang masih kosong. Di kursi tengah ditempati oleh direktur utama perusahan Corp Mega yang usianya sudah hampir setengah abad dilihat dari kerutan-kerutan yang menghiasi wajahnya. Yang tak lain lelaki yang pernah melamar Risa membuat wanita itu hampir muntah waktu itu. Lupakan.

Dan kursi-kursi lainya oleh klien-klien dari perusahaan lain. Jika kalian bertanya mengapa Risa turut serta di dalamnya? Jawabannya, untuk menggantikan asisten Direktur utama yang katanya sakit itu.  Risa tak begitu mempercayainya, itu mungkin hanya akal-akalan laki tua itu agar bisa berdua dengannya. Untuk saja Risa seorang wanita yang multi talenta membuatnya tak perlu ambil pusing. Ia hanya perlu menyampaikan rancangan strategi pemasaran dengan produk yang akan mereka pasarkan. Yah, hanya itu.

Tinggal 2 kursi yang masih kosong. Dengan waktu yang sudah menunjukkan delapan lewat 5 menit. 

Ketukan pada pintu membuat perhatiaan mereka teralihkan kesana. Kaki tegap yang diikuti kaki jenjang dibelakangnya itu berjalan tenang dengan seirama yang membuat kebisingan tersendiri seperti lagu tak bernada.

Risa layaknya orang bodoh sekarang. Untuk pertama kalinya ia bertemu bule secara langsung.  Rambut yang berwarna coklat gelap, hidung seperti dakian gunung everest alias mancung.  Ok fiks, Risa terlalu alay mengumpakannya dengan itu. Kembali kecerita. Belum lagi alis tebal yang rapi seperti habis dicukur itu. Satu yang membuatnya cengo bagaimana bisa dua orang itu masuk dengan santainya sambil bergandengan tangan!? What the....

"Maaf, jalan begitu macet pagi ini.

Suara maskulin dengan sedikit aksen jawa itu menyapu indra pendengaran Risa. Tampang bule logat jawa. Berikan aplous. Ia masih setia memperhatikan gerak-gerik dua manusia di seberang meja ini. Si wanita yang diperlakukan seperti putri, bagaimana tidak dengan si lelaki yang mempersiapkan tempat duduknya.

Bisa ia simpulkan,  selain sebagai bos dan asisten mereka juga menjalin hubungan. Betul bukan? Jadi ini klien yang akan membeli produk mereka? Tak patuh dicontohi. Risa pun segera berdehem pelan membasahi tenggorokannya yang kering karna sedari tadi mulutnya terbuka ketika memperhtikan dua orang itu.

Rapat pun dimulai, dengan Risa yang sesekali memperhatikan dua orang didepannya ini yang selalu bersikap mesra. Membuat jiwa jomblonya tergelitik.

***

Gimana? Apa kesan kalian baca part 1 😁

Jangan lupa tinggalin jejak yah.  Vote and comment kalian gengs😚

To be continue...


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login