Download App

Chapter 2: Chapter 2

"Ya, selamat malam para pendengar sekalian. Selamat bergabung bersama saya, penyiar favorit anda di siaran berita terpopuler dan terpercaya di seantero Marusshia, Sweet night talk. Disini kami membawakan berita terbaru dan terupdate yang terjadi sehari ini di seluruh Marusshia... "

Pada jam 11 malam, seperti biasa, siaran berita yang nama penyiarnya tak pernah menyebutkan namanya itu mengudara.

"Oke, berita yang pertama. Sebuah pom bensin meledak dan mengakibatkan kebakaran hebat di distrik 9, Marusshia timur... "

Aku menyesap secangkir kopi hangat yang kubuat. Nikmat. Setidaknya, dengan kafein yang terkandung dalam kopi ini mataku lebih bisa menahan kantuk nanti.

Memancing hingga larut malam butuh konsentrasi tinggi tahu?

"...pihak berwajib melaporkan sebanyak 10 orang menjadi korban dalam peristiwa ledakan dan kebakaran ini. Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melaksanakan investigasi penyebab terjadinya kebakaran."

Tengkukku menggigil dielus deru angin tiba-tiba. Kumbul pancingku yang mengapung di permukaan sungai tampak mengapung tenang dibawa arus air ke arah hulu.

Suasana begitu tenang, hanya sesekali suara mobil lewat di jembatan di atas kami. Beruntung Tomas sudah diam saat ini, dirinya kini tertidur di sisiku dengan telinga yang masih tersumbat earphone.

Pancing pria itu pun dia geletakkan begitu saja. Beberapa kali kulihat kumbulnya tersentak ke dalam air, mungkin ada ikan yang tengah memakan umpannya. Namun, aku biarkan begitu saja. Jika umpannya benar dimakan dan pancingnya terseret ke dalam sungai, maka itu adalah tanggung jawabnya.

Terlebih, jika Tomas kehilangan pancingnya dia tidak akan menggangguku lagi memancing. Ya, mengangguku dengan nyanyian sumbangnya itu maksudku.

Hanya dengan tidurlah dia bisa berhenti bernyanyi, bahkan kalau kuusir pun dia akan selalu kembali lagi ke tempatku selang beberapa menit.

"Lalu, untuk berita selanjutnya. Ini adalah berita yang cukup menarik ngomong-omong saudara-saudara. Tepat pada pukul 7 malam tadi, telah terjadi sebuah penyerangan terhadap 15 pejalan kaki di area pertokoan distrik 39. Saksi mata menuturkan, pelaku tiba-tiba menyerang begitu saja seorang pria paruh baya yang duduk di depan sebuah ruko. Kemudian, pelaku berlanjut menyerang semua pejalan kaki di sekitarnya secara membabi buta. Dilaporkan, 4 dari korban penusukan meninggal dunia, 7 lainnya luka berat dan tiga lainnya mengalami luka ringan... "

Itu bukanlah berita yang mengejutkan atau pun menarik bagiku. Jujur, lebih banyak kejadian di luar nalar yang terjadi dalam keseharian masyarakat Marusshia.

"... Pelaku hingga kini masih berada dalam pengejaran pihak kepolisian... "

Kejahatan macam pembunuhan, perampokan dan penganiayaan adalah hal biasa bagiku. Bencana seperti kebakaran pun bukan hal mengerikan atau mengejutkan bagi kami yang telah lama tinggal di sini.

"Karena itu pihak berwenang menyarankan anda untuk tetap berada di rumah dan berhati-hati. Untuk membantu anda tetap waspada, saya akan menyebutkan ciri-ciri pelaku kepada anda para pendengar... "

"Kenapa tidak dari awal?" aku kembali menyesap kopiku.

"Berdasarkan penuturan saksi mata, pelaku memiliki tinggi badan di atas rata-rata... "

Bukan sesuatu yang spesifik.

"Bertubuh ramping dengan panjang tangan serta kaki yang abnormal, kulit bersisik dengan wajah rata tak berhidung... "

Kumbul pancingku tersentak. Cangkir kopi yang kupegang pun kuletakkan dengan segera.

"Ini dia!"

Tiba-tiba kumbulku tenggelam, kurasakan senar pancingku menegang ditarik oleh ikan yang memakan umpanku.

"Tch! Kena kau!" pekikku.

Aku berdiri dari kursi kecil yang kududuki. Kuikuti 'permainan' ikan itu, akan kubuat dia lemas terlebih dulu sebelum kuangkat dia ke daratan.

"Dan, untuk ciri terakhir pelaku dikabarkan memiliki tiga lubang mirip insang di sekitar lehernya."

Segala otot di lengan dan kakiku kukerahkan untuk menahan tarikan dari ikan yang kiranya cukup besar ini. Bisa kurasakan dari tarikannya. Tak perlu kuragukan lagi tentang ukuran ikan ini.

"Haha! Aku akan kenyang malam ini! Ayolah, ikan manis, naiklah ke daratan! Biarkan aku mengeluarkan isi perut lalu membakarmu! Biarkan aku menjadikanmu makananku!"

Berteriak aku dengan lantang. Sensasi tarikan seekor ikan raksasa adalah yang paling memacu adrenalin.

"Hei... kenapa kau berteriak????" Tomas terbangun. Pasti karena teriakanku.

Segenap kekuatan pun kukerahkan untuk menaikkan ikan ini. Senar pancingku terbawa kemana-mana, dibawa bergulat oleh si ikan yang menggelepar berusaha melepaskan diri dari kailku.

Tidak. Aku tidak akan membiarkannya lepas begitu saja. Tidak untuk ikan sebesar dia.

"Ini dia, naiklah ke daratan dasar ikan!"

Kurasakan ikan itu melemah. Genggamanku kukencangkan, dengan seketika aku mengelun senar yang telah kutahan sejak tadi dan langsung kutarik joran pancingku ke belakang.

Ikan raksasa itu pun keluar dari air. Kulihat ukurannya yang lebih besar dari seekor anjing labrador begitu indah terbang di angkasa.

Aku perlahan tersenyum. Mataku berbinar bercahaya. Bahagia perasaanku seketika, melihat santapan lezat di depan mata yang sudah pasti mengenyangkan.

Tetapi, bak petir menyambar di tengah hari yang terik tanpa mendung, sebuah ledakan terjadi di jembatan di atas tempat kami memancing.

Material pun berhamburan ke dalam sungai karena ledakan tersebut, menimpa ikan yang kudapatkan beserta senar dan kumbulku yang harganya lumayan itu.

Tinggal aku dan pancingku saja. Membatu aku seketika. Hanya tersisa harapan samar dan senyum yang perlahan luntur di bibirku. Aku tak bisa berkata. Otakku tiba-tiba macet kala berusaha memproses kejadian yang baru saja terjadi.

"Fuahahahaha! Gagal strike karena ledakan? Hahahahaha!"

Tomas menggila di belakangku. Tanpa dia tahu, joran pancingnya juga ikut terbawa material yang jatuh ke dalam sungai.

BOOOM!!!

Ledakan kembali terjadi, asap mengepul keluar dari badan jembatan hingga ke bawah sungai. Tiba-tiba, sesuatu meluncur dari dalam asap tersebut. Kemudian diiringi beberapa sosok yang juga meluncur menembus asap.

Beberapa ledakan kembali terjadi di arah hulu sungai. Kutengokkan kepalaku kesana–masih dalam ketercengangan–dan kuperhatikan sejenak.

"Cih!"

Seorang gadis beradu kekuatan menggunakan tombak dengan seekor makhluk aneh berbadan kurus nan tinggi.

"Dasar ikan busuk!"

Dengan kekuatan penuh dia melemparkan tombak dan makhluk itu ke tepian sungai. Dinding beton yang dihantam si makhluk pun hancur seketika.

"GRAAAAGH!!!"

Kudengar makhluk itu mengerang, dia melesat dari lubang di dinding tepi sungai dan memukul si gadis cukup jauh ke arah hilir. Gadis itu terpental begitu cepat. Tubuhnya menghantam material jembatan yang runtuh ke sungai sebelum kemudian akhirnya berhenti.

"Hei, kau tidak apa-apa?" Tomas yang bertanya.

"Y–Ya, aku baik-baik saja."

Tomas cukup tersentak, dia tak menyangka si gadis bertahan setelah terkena pukulan dan hantaman sekeras itu.

Perlahan, gadis itu beranjak dari reruntuhan. Dia menapakkan kakinya ke permukaan sungai. Mengagumkannya, dia sama sekali tak jatuh ke dalam air. Dia tampak mengambang– bukan, tapi berjalan di atasnya.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini. Disini berbahaya!" himbaunya pada kami.

Gadis itu tampak terengah kelelahan, sekujur tubuhnya penuh luka lecet dan lebam. Darah tampak mengucur deras dari mulutnya– ada pendarahan dalam pastinya.

"Tidak," tukasku, "Aku ingin kau bertanggung jawab atas perbuatanmu. Gara-gara kau aku gagal menangkap ikan itu!"

"Apa?" Dia mengerjap beberapa kali, "Ini bukan waktunya untuk berdebat, kumohon pergilah!"

"Oh, kau mengusirku? Setelah kau mengganggu kenyamananku kau mengusirku?"

"Tuan, ini masalah yang serius! Tidakkah kau lihat monster itu!" tuding gadis tersebut.

Aku tak peduli. Aku bahkan tak memandang ke arah yang ditudingnya

"Demi keselamatan kalian, aku minta kalian untuk pergi dari sini!"

Tiba-tiba makhluk kurus itu menerjang si gadis. Dia yang tahu akan kedatangan si makhluk lantas menghindar dengan melompat ke samping. Makhluk itu pun menyabetkan tangan panjangnya, namun gadis itu berhasil menghindarinya.

"Mystic Art, Spirit commandment phrase 1: sacred punishment wave!"

Sebuah tendangan dilepaskan oleh si gadis ke arah leher makhluk itu. Terhempaslah dia ke arah hulu sungai. Gadis itu pun mendarat di atas permukaan air seraya menghela nafasnya. Tanpa peduli tentang apa yang barusan dia lakukan, aku pun berkata.

"Nona, jika kau tidak ingin aku laporkan ke polisi maka sebaiknya kau bertanggung jawab atas perbuatanmu. Ganti rugi pancing, kail dan kumbulku!"

Ekspresinya kaget mendengarkanku. Dia kemudian menengok dan membalas, "Tuan, jika kau ingin sesuatu dariku maka kita bisa membahasnya nanti. Sekarang larilah sebelum monster itu membunuh kalian berdua!"

Aku bersedekap, "Persetan, aku tidak peduli dengan itu. Sebaiknya kau bayar ganti rugiku atau aku akan melaporkanmu!"

"K-Kau... Aku tidak punya waktu untuk ini. Larilah sekarang!" teriaknya. Kiranya, dia sudah muak denganku.

"Awas! Dia datang!" Tomas menyeru pada  kami berdua.

Aku tetap diam di tempat.

Gadis itu dengan cepat bergerak dan menghalau serangan makhluk itu dengan sebuah sapuan. Nampaknya, makhluk itu mengincarku terlebih dahulu. Kemudian, gadis yang nampaknya masih berusia belasan tahun itu pun menghantam perut si makhluk dan menerbangkannya ke sisi lain sungai.

Terkapar dia disana, pukulan si gadis kiranya merusak beberapa organ dalam makhluk itu.

"Sudah kubilang, cepatlah pergi dari sini! Ada hal yang lebih penting untuk kukerjakan daripada mendebatkan hal tak masuk akal denganmu!"

Tak masuk akal?

Mendengarnya membuatku mengkertakkan gigi. Kail, kumbul dan senar pancing itu kubeli dengan harga mahal. Kehilangan barang-barang itu begitu saja bukan sesuatu yang bisa kuanggap enteng. Aku tidak menghabiskan begitu banyak uang demi perlengkapan pancing kualitas terbaik hanya untuk hilang begitu saja, apalagi karena pertarungan seorang gadis dengan makhluk aneh buruk rupa.

Disaat aku berjalan mendekatinya, dia berulang kali berteriak kepadaku. Namun, di saat yang sama makhluk itu bangkit dan segera melesat cepat ke arah kami berdua.

"Hei, apa yang kau lakukan? Sudah kubilang untuk pergi! Apa kau mau mati?! Jangan bodoh, tuan!"

"Menunduk," gumamku.

"Apa kau tidak mendengarkanku? Sudah kubilang untuk pergi dari sini! Kau boleh bodoh tapi jangan seakut ini tuan—"

"Aku bilang menunduk!"

Dengan cepat aku menampar gadis itu hingga jatuh. Sedang si makhluk telah berada begitu dekat dengan kami. Aku pun mengepalkan tinjuku, lantas kutarik lenganku ke belakang mempersiapkan momentum untuk melancarkan sebuah pukulan.

"Mystic art, Spirit commandment phrase 7: Roar of wilderness!"

Aku menyalang, seketika air sungai yang tenang berubah bergelombang. Semacam gelombang energi pun keluar dari tubuhku dan menyebar di atas permukaan air ke seluruh bagian sungai. Kala makhluk aneh itu terkena gelombang energi yang keluar dari tubuhku, dia langsung tersentak dan terdiam membatu.

Kutatap matanya dengan tajam. Makhluk itu seolah tak memiliki ekspresi apapun di dalam tatapan matanya. Akan tetapi, saat aku yang menajamkan tatapanku menatapnya, ekspresinya yang dingin itu perlahan berubah. Sensasi takut perlahan merasuk ke dalam dirinya, mengubah inti dari makhluk yang tak memiliki perasaan apapun dalam hatinya itu.

"Mystic art, Spirit commandment phrase 12 : Unyielding Rage!"

Kulancarkan sebuah pukulan. Terhembuslah angin kencang kepadanya. Angin itu bertiup begitu kencang dan mengoyak seluruh tubuh si makhluk.

Hingga ke pangkal kaki, seluruh tubuh makhluk itu terkoyak menjadi gumpalan daging yang berserakan di sepanjang badan sungai.

"Tomas, ayo pergi."

Aku berjalan keluar dari sungai. Tomas mengikutiku dengan perasaan heran.

"K–Kau... bagaimana bisa kau... " tanya si gadis.

"Kuanggap itu sebagai hutang budi. Besok, temui aku di taman distrik 18," cakapku datar sebelum pergi beranjak dari bantaran sungai.

Gadis itu hanya diam tercengang.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login