Download App

Chapter 11: Chapter 11

Dendi dan Kinal sudah siap untuk berangkat, sebelumnya mereka berniat pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Doni yang ditembak sama preman, dan rencananya mereka mau nginap di rumah sakit tersebut

Dendi :"Sudah dikunci belum rumahnya?"

Kinal :"Udah kok, yuk kita berangkat."

Dendi :"Ayo"

Mereka berdua Berangkat dengan menggunakan mobil, tidak lama mereka sudah sampai di rumah sakit

Dendi :"Akhirnya sampai juga.." *Membuka pintu mobil

Kinal :"Ehh tunggu, jangan tinggalin kakak!" *Mematikan mesin mobil lalu keluar dari dalam mobil

Dendi :"Yaudah yuk kak."

Kinal :"Iya ayo."

Dendi :"Tunggu dulu deh." *Melihat Kinal

Kinal :"Kenapa?"

Dendi :"Kok roman-romannya hari ini kakakku cantik banget yaa, aku baru sadar loh!"

Kinal :*Mencubit pipinya Dendi "Berarti kemaren-kemaren kakakmu ini jelek, begitu?"

Dendi :"Aduuhh, sakit." *Memegang pipi "Ya nggak maksudnya itu hari ini kakak lebih cantik dari yang biasanya! kenapa ya?"

Kinal :"Kamu heran? kan biasanya juga kakak sudah cantik, ya udah yuk ahh nanti keburu Maghrib."

Dendi : -_- "Keburu Maghrib? Dzuhur aja belum!"

Mereka berdua menuju ruangan tempat Doni dirawat

Kinal :"Ehh ruangannya dimana?"

Dendi :"Udah ikutin aku aja, bawel banget sih."

Kinal : *Menjitak Dendi "Euhh kamu, kakak kan cuman nanya, kan kakak belum nengok Doni, jadi wajarkan kalo kakak gak tau ruangannya?"

Dendi :"Iya-iya."

Mereka berdua sampai di depan ruangan tempat Doni dirawat

Dendi :"Dimana si Madun ya? apa belum sampai."

Kinal :"Mungkin dia lagi dijalan."

Dendi :"Iya Mungkin."

Tiba-tiba Madun datang

Madun :"Assalamu'alaikum."

Dendi&Kinal :"Wa'alaikumsalam wr wb."

Madun :"Kamu sudah lama disini."

Dendi :"Iya nih kamu baru dateng ya?"

Madun :"Iya, soalnya angkotnya ngetem dulu."

Dendi :"Ohh gitu."

Madun :"Eh Den, Ini siapa? kok cantik banget! pacar kamu ya?"

Dendi :"Ciieee....Di bilang cantik tuh sama temenku!"

Kinal mukanya mulai memerah

Dendi :"Hahahaha, mukanya langsung merah gitu."

Kinal :*Mencubit pipinya Dendi "Dasar kamu ini menggoda kakak terus!"

Madun :"Ohh jadi kalian ini adik kakak yaa?"

Dendi :"Yoi, ini kakak aku namanya Kinal."

Madun : *Mengulurkan tangan "Hai aku Madun al-farizi, panggil aku Madun."

Kinal : *Menerima uluran tangan Madun "Namaku Devi Kinal Putri, panggil saja aku Kinal."

Madun :"Ohh, Devi Kinal Putri, kenapa gak dipanggilnya Devi aja?"

Kinal :"Aku lebih suka dipanggil Kinal."

Madun :"Ohh gitu yaa.."

Kinal :"Yaa"

Madun :"Yasudah kalo begitu aku pergi dulu yaa!"

Dendi :"Ehh kamu mau kemana?"

Madun :"Aaaa...kamu ini kepo banget!" *Meninggalkan mereka berdua

Dendi :"Dasar."*Mengikuti Madun

Mereka berdua pergi ke taman belakang rumah sakit, entah apa yang dipikirkan Madun saat ini

Dendi :"Hey Dun kamu kenapa? kok jadi diem gitu?"

Madun : *Sambil Duduk "Aku juga gak tau kenapa, tapi aku seperti sedang kepikiran seseorang."

Dendi :"Hah?" *Dalam hati "Jangan-jangan dia sedang memikirkan Achan lagi?" *Duduk disebelah Madun "Kamu sedang memikirkan Achan ya?"

Madun :*Kaget "Lahh kok kamu bisa tau sih?"

Dendi :"Iya, Doni sempet cerita-cerita tentang masa lalu kamu dengan Achan."

Madun :"Seberapa jauh dia bercerita?"

Dendi :"Nggak jauh-jauh kok, yang dia ceritakan itu kamu dan Achan putus karena dia pindah sekolah ke Jakarta. Ya kan?"

Madun :"Iya emang bener."

Dendi :"Lalu aku mau tanya? kenapa dia pindah ke Jakarta lagi? dia kan sebelumnya juga murid baru kan?"

Madun :"Heeh, dia merupakan murid baru di sekolah, namun dia hanya belajar di sekolah kita cuman 3 bulan saja."

Dendi :"Apa? 3 bulan?"

Madun :*Mengangguk "Dalam waktu 3 bulan itu aku memiliki perasaan suka padanya!"

Dendi :"Kamu sudah menembak dia?"

Madun :"Belum,,,waktu itu aku masih belum berani."

Dendi :"Ohh gitu. lantas kenapa dia pindah ke Jakarta?"

Madun :"Katanya sih dia ikut audisi masuk JKT48"

Dendi :"What??" *Kaget

Ternyata Achan pindah sekolah ke Jakarta itu untuk mengikuti audisi JKT48 dan kini dia sudah menjadi member JKT48, Di satu sisi Madun merasa senang karena orang yang dia suka itu masuk member di JKT48 namun di sisi lain dia merasa sedih karena tidak bisa selalu bertemu dengannya

Dendi :"Sudahlah kawan, jangan terus menyiksa dirimu seperti ini, lagipula wanita masih banyak, dan kau punya hak untuk memilih!"

Madun :"Tapi tidak mudah rasanya untuk melupakan begitu saja kenangan yang aku dan dia lalui bersama selama 3 bulan itu!"

Dendi :"Apa dia tau kau suka sama dia?"

Madun : *Menggelengkan kepala

Dendi :"Ini dia masalahnya, dia tidak tau kalau kau cinta sama dia?"

Madun :*Menarik nafas "Apa Cinta?"

Dendi :"Iya kamu cinta kan sama dia?"

Madun :"Nggak kok."

Dendi :"Gimana urusannya?"

Madun :"Aku tuh cuman suka sama dia gak lebih."

Dendi :"Suka? emang bedanya sama cinta itu apa?"

Madun :"Nihh ya, kata guruku cinta itu kata khusus yang dipakai hanya untuk menyatakan perasaan kita pada Allah, Rasul, dan juga orang tua, satu lagi yaitu istri, nah dia kan belum jadi istri ku jadi ya tahapnya masih di rasa suka gak lebih." #asseekk

Dendi :"Wiihh, baru tau aku, ternyata perasaan itu ada tingkatannya."

Madun :"Hahaha" *Ketawa santai

Nabilah yang juga datang kerumah sakit dan pergi ke taman belakang rumah sakit melihat Madun dan Dendi yang lagi ngobrol

Nabilah :*Teriak "Madunnn."

Madun :"Iyoo," *Menoleh ke sumber suara "Ehh Nabilah yaa?"

Nabilah :"Iyaa ih, masa udah lupa."

Madun :"Hehehe" *Garuk kepala "Kamu lagi ngapain disini.."

Nabilah :"Emang aku belum cerita ya?"

Madun :"Cerita apa?"

Nabilah :"Jadi sebenernya kakakku itu dirawat di rumah sakit ini."

Madun :"Oh pantess, emang kakakmu sakit apa?"

Nabilah :"Kakakku sakit Kanker jadi harus dirawat disini."

Madun :"Aku turut prihatin ya sama kakak kamu."

Nabilah :"Makasih ya."

Dendi :"Ehh Dun kau sudah solat Dzuhur belum?"

Madun :"Hehehe,, kebetulan belum tuh!"

Dendi :"Ahh kau ini.."

Madun :"Kau sendiri sudah solat apa belum?"

Dendi :"Aku...akuu...belum, hehehe."

Madun :"Yaelah, kau juga belum,"

Dendi :"Yaudah kita solat berjamaah dulu yuk." *Berjalan meninggalkan Madun dan Nabilah

Madun :"Yukk."

Nabilah :"Ehh aku ikut yaa." *Mengikuti Dendi dan Madun

Madun menceritakan semua kenangan masa lalunya dengan Achan, masa lalu yang penuh dengan suka riang, gembira, senang, sedih, semuanya bercampur menjadi satu, dan untuk menenangkan pikiran, Madun, Dendi dan Nabilah memutuskan untuk shalat,..

Bersambung….

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login