Download App

Chapter 2: Agen Ambrosia

Sore itu suasana lembab dan udara dingin menusuk tulang. Seharian hujan dan baru saja reda. tercium aroma tanah basah memberikan parfum khas pergantian musim dari kemarau ke penghujan.

seorang pria tua melangkah sendirian, matanya menjalar melihat sekeliling. disusurinya jalan taman yang masih becek setelah diguyur hujan seharian itu.

"aku selalu rindu suasana setelah hujan pertama awal musim ini." bisik kakek itu dalam hati.

"aah.. itu tempat favorit ku" celetuknya melihat sebuah bangku taman kosong. di depannya tampak pemandangan taman bunga dan kolam ikan yang menenangkan.

kakek itu bergegas menempatkan dirinya, duduk di bangku taman yang masih basah.

"permisi.. jangan diduduki masih basah. biar saya keringkan dulu" seorang pria muda memakai masker menyeka permukaan bangku taman itu.

"nah. sekarang silahkan duduk" kata pria muda itu dengan senyum manis yang seolah tergambar dari matanya.

"terima kasih anak muda" kata kakek itu, lalu menduduki bangku yang sudah di keringkan.

"ada juga anak muda yang peduli pada kakek-kakek sepertiku.." pikir sang kakek.

beberapa pengunjung taman mulai berdatangan menikmati sore itu. tiba-tiba teriakan seorang wanita memecah ketenangan taman.

"kyaaaa!" wanita yang sedang berjalan-jalan di taman dengan membawa anjingnya itu hampir terjungkal melihat sosok pria tua tergeletak kaku dengan mulut mengeluarkan busa. kulitnya pucat kebiruan.

pengunjung lain dengan sigap memanggil polisi dan ambulan. dalam beberapa menit taman itu dipenuhi petugas kepolisian dan paramedis yang mengevakuasi jasad sang kakek.

"bu.. kakek ini meninggal kena serangan jantung" kata seorang polisi sambil mencatat sesuatu di notenya.

"dia bukan kakek-kakek sembarangan. dia ketua mafia paling ditakuti di negara ini. banyak yang mengincar kematiannya" kata Ambro. seorang agen intelijen yang sudah lama menyelidiki tindak tandung sang kakek.

"dia adalah Murad Baldrisky. mafia white vanom yang bertanggung jawab atas kejahatan perdagangan manusia, prostitusi, dan senjata ilegal. aku menduga ini pembunuhan. dan yang beruntung bila dia mati adalah saingannya red rose" gumam Ambro.

"tetapi tidak ada tanda-tanda kekerasan, kakek berusia 70 tahun, meninggal karena serangan jantung. ini normal" sanggah Henry detektif kriminal kepolisian kota S.

"tidak bagiku. pastikan aku dikirimi hasil autopsi dan tes darahnya. bila ditemukan zat kimia beracun. aku yakin dia salah satu korban Mercury" kata Ambro mengikat rambut sebahunya lalu mendekati bangku tempat sang kakek duduk. wanita cantik itu mengendus-endus dengan hati-hati mengorek serpihan dibangku itu dengan stik dan dimasukkan dalam plastik.

"Leo.. bawa ke lab. apa ada bahan kimia didalamnya" perintah Ambro pada rekan agennya.

"di kota ini jarang ada kejahatan. aku yakin ini hanya kematian normal" gerutuh Henry mendekatkan wajahnya pada wajah cantik Ambro.

"itu yang dilakukan Mercury. dia membunuh seakan-akan korbannya hanya mengalami kematian yang normal" kata Ambro menatap tajam pada Henry

"Marcury memang seperti hantu sulit ditemukan. dia beroprasi di berbagai negara. setahun ini aku mencium kehadiriannya di kota ini. oleh karena itu aku ke kota yang tenang ini. pak bekerja samalah dengan ku. bila masih senang dengan kariermu" celoteh Ambro lalu meninggalkan detektif Henry yang mulai kesal.

Henry mencoba mencegah Ambro, tetapi temannya Marcos menghentikannya.

"bro. dia orang yang berpengaruh. jangan melawannya. ikuti saja apa perintahnya" kata Marcos mencegah Henry.

"memangnya siapa dia?" tanya Henry.

"perhatikan pin di dadanya. dia agen Intelijen internasional. dengan sabdahnya. pangkatmu langsung bisa hilang. secara politik dia kuat, kepolisian tak bisa berbuat banyak. sudahlah turuti saja apa katanya" kata Marcos

"oooh orang AII, tampaknya kasus ini serius Pak" kata Darius, anak buah Henry.

"cek CCTV" perintah Ambro yang terdengar membentak pada asistennya.

"cantik tapi galak" celoteh Henry

"aduuh diam.. dia mendengar mu" bisik Marcos.

"jangan hanya nge-gibah! cepat kerjakan tugasmu pak polisi" bentak Ambro menatap tajam pada Henry.

dengan malas Henry menyuruh beberapa petugas mengevakuasi jasad kakek itu.

di sebuah warnet. layar terlihat akun Bank yang berhasil menerima transfer dana sebesar 2 miliar.

pada layar tampak chat terketik

"aku sudah kirim" klien089

"baik" Mercury

"ada tugas lagi bila kau mau" klien089

"hanya 1 tugas dalam 1 tahun. maaf" Mercury

"aku bayar lebih!" klien 089

"maaf bye" Mercury

layar Chat tertutup dan seketika terhapus riwayat chat itu.

"haah.. Si*l.. pembunuh itu jual mahal!" teriak Mario kesal

" paling tidak anda sudah menyingkirkan kakek itu" bisik asistennya.

"cari Mercury siapa sebenarnya orang itu" perintah Mario pada asistennya.

"baik Tuan" jawab asistennya lalu keluar meninggalkan bosnya di kantor yang luas itu.

Mario masih kesal pada Mercury dan penasaran siapa sebenarnya pembunuh bayaran itu. tetapi Mario tak bisa menghilangkan wajah senangnya. karena saingan terberatnya sudah disingkirkan.

upacara pemakaman Murad Baldrisky dihadiri sanak saudara dan rekan koleganya.

Ambro mendekati peti dan meletakkan bunga di dekat makam seraya berdoa. Ambro melihat istri Murad yang matanya masih sembab.

"aku turut berduka nyonya" kata Ambro

"kau polisi yang mengatakan suamiku korban pembunuhan dan memerintahakan mengautopsi" kata Nyonya Baldrisky dengan tatapan benci.

"dalam tubuh suami Anda ditemukan banyak bahan kimia berbahaya. itu penyebab kematiannya. itu tidak normal nyonya. aku butuh kerjasama untuk penyelidikan ini" kata Ambro.

"aku tidak sudi, aku keberatan. silahkan berbicara dengan pengacaraku" kata Nyonya Baldrisky.

"sangat mudah bagiku membongkar kejahatan suamimu. bahkan putra-putri mu memiliki jejak kriminal. apa perlu aku seret mereka ke penjara sekarang?" kata Ambro santai.

wajah keriput Nyonya Baldrisky memerah matanya melotot marah. Tetapi dia menahannya lalu menundukkan wajah. tangannya meremas sapu tangan dengan keras.

"baiklah apa yang kau mau?" kata Nyonya Baldrisky kesal.

"ada beberapa pertanyaan" bisik Ambro riang. senyum manisnya menandakan kemenangan diraihnya.

Dari kejauhan seorang petugas penggali kubur mendengarkan perbincangan Ambro dan nyonya Baldrisky. wajahnya tertutup masker. tetapi matanya tajam menatap sekeliling. dialah Mercury. pria muda berbadan tegap. ditelinganya terpasang headset yang tersambung langsung ke bros mewah yang dipakai Nyonya Baldrisky. tentunya tak ada yang menyadarinya.

"hmm.. wanita itu terobsesi sekali padaku. semakin hebat saja dia. padahal aku sudah memakai racun dengan formula yang rendah agar tak tercium polisi. lain kali aku harus hati-hati" pikir Mercury kecut.

Berkali-kali pekerjaannya selalu nyaris terbongkar oleh agen intelijen Internasional itu. kali ini dia memastikan jejaknya sudah terhapus. racun kimia yang ditemukan Agen Ambro nantinya akan berubah menjadi zat kimia biasa. tentu dengan rekayasa Mercury yang sudah mengatasinya sejak awal.

Murad Baldrisky sebelum sampai di taman sudah terpapar banyak racun kimia khusus dari minuman dan makanan yang disajikan istrinya tentu tanpa disadarinya. karena zat kimia itu memang terkandung dalam bahan makanan dan tidak berbahaya kecuali bila terpicu zat kimia pemicunya. Mercury cukup membubuhkan pemicunya pada bangku taman tempat Murad duduk. Mercury sudah membubuhkannya pada bangku itu waktu mengelap bangku basah itu tak mencurigakan sekali. bila polisi jeli zat itu ada di telapak tangan dan hampir seluruh bagian tubuh yang menyentuh bangku.

hanya agen Ambro yang menyadarinya. tetapi selang beberapa hari zat kimia itupun akan pudar dan tak terdeteksi sama sekali.

"tak semudah itu Ambrosia ku" bisik Mercury tersenyum manis.

Suatu hari Mercury membaca berita di koran digital.

..penyelidikan kasus kematian Murad Baldrisky akhirnya ditutup. hasil penyelidikan korban tewas karena serangan jantung. kematian normal dan bukan karena dibunuh. seorang Agen Ambrosia dipersalahkan karena memerintahkan autopsi tanpa persetujuan keluarga. dia harus berhadapan dengan tuntutan dari keluarga Baldrisky. sang agen dicopot dari jabatannya..

"sayang sekali.."bisik Mercury tersenyum kegirangan.

"hahaha.. lihatlah Agen sombong itu. dia kehilangan pekerjaannya" teriak Henry melemparkan koran pada Marcos. si Marcos tersentak dan membaca.

"yaa Tuhan.. serius.. mereka memecat orang yang salah. Agen itu sangat jenius" kata Marcos.

"buktinya dia salah bertindak. keluarga kakek itu menuntut, kementrian merasa malu dan mencopotnya" kata Henry

"iya pak.. aku dengar dia di pindah tugaskan ke kantor kita" kata Darius sambil tangannya menunjuk ke arah pintu yang sudah tampak sosok wanita cantik berdiri di depannya.

Henry dan Marcos tersentak tak percaya yang dilihatnya.

"halo.. aku Ambrosia Levin. siap berkerjasama dengan devisi kriminal, Polres Kota S!" kata Ambro dengan memasang posisi hormat.

"apa?" kata Henry keheranan.

"oh yah.. selamat datang bu.. aku hampir lupa divisi ini sekarang dipimpin bu Ambro. semoga bisa bekerjasama ya.. selamat bertugas.. semangaat!!" suara pimpinan mereka dari intercom.

"APA!!! TIDAK!" teriak Hanry kesal.

tampaknya jabatannya harus bergeser turun karena ada perwira wanita yang akan menjadi atasannya kali ini.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login