Download App

Chapter 2: Gadis Selingkuhan

"Siapa dia? Kok tau nama kamu?" tanya si perempuan muda pada Doni.

"Oh—dia, dia temen satu kerjaku," jawab Doni bohong.

"Brengsek," geram Savira menatap kesal pada Doni.

Ia langsung meninggalkan Doni dan Desy. Berlari karena malu dengan temannya itu.

Sedangkan Desy menatap tajam ke arah Doni yang masih saja berdiri di samping wanita yang ternyata adalah kekasihnya yang lain.

"Brengsek," umpat Desy tak mau kalah, dia langsung mengejar Savira dengan bungkusan nasi goreng yang masih ia tenteng,

"Vira!" teriak Desy pada Savira yang masih berlari. "Tunggu dulu!" teriaknya lagi.

Savira menghentikan langkahnya kemudian menatap Desy dengan wajah yang basah. Betapa malunya dia saat ini karena terlihat sangat menyedihkan di depan Desy.

Doni yang dibangga-banggakan oleh Savira saat ini nyatanya hanya mampu membuat dirinya malu di depan Desy.

Lelaki yang sempat tak disetujui oleh Desy karena alasan tertentu tapi nyatanya Doni memang-memang benar lelaki yang brengsek.

"Aku benci sama dia, Des," lirih Savira memeluk Desy. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi setelah ini. Padahal ia sudah mengatakan pada ibunya jika dirinya akan menikah tahun ini.

"Udah gak apa-apa, cuma cowok begitu. Kamu lebih pantas dapat cowok yang lebih baik," kata Desy bermaksud untuk memberikan semangat pada Savira tapi sahabatnya itu malah menangis meraung-raung di depannya.

"Gak apa-apa, tumpahin aja di sini." Jika saja Desy tidak pindah ke kosannya yang saat ini dan tidak mengundang Savira ke kosannya mungkin sahabatnya itu masih saja dibodohi oleh Doni.

Diberikan janji palsu, dengan harapan yang tinggi seperti yang sudah-sudah.

"Kayaknya aku yang harus nginep di tempat kamu deh," kata Desy mengelap air mata Savira. Dan Savira hanya mengangguk. Ia butuh teman curhat malam ini.

Di sepanjang jalan, wanita yang saat ini sedang berjalan menuju jalan besar hanya diam saja. Savira diam dan Desy juga hanya diam. Hanya sesekali suara isak dari Savira yang masih terdengar.

"Tapi dia itu pacarku!" teriak seorang wanita yang tak jauh dari Savira dan Desy berada. Keduanya saling bertatapan dan melayangkan pandangan penasaran.

"Pacar dari hongkong! Dia udah punya anak sama bini di rumah!" teriak seorang wanita berdaster dengan telunjuk menunjuk-nunjuk ke arah wajah si wanita yang berteriak tadi.

Karena tak ingin terlibat, akhirnya Savira dan Desy meninggalkan mereka berdua. Masalah Savira sudah cukup rumit jadi dia tak ingin ikut campur.

"Masih ada yang lebih parah dari kamu, Vir," kata Desy masih memandang pemandangan yang ada di belakangnya.

Savira mengangguk mengiyakan. Dia tidak peduli dan melanjutkan langkahnya.

Kepalanya masih berputar dan pusing jika ingat dengan Doni yang satu tahun ini sudah menghiasi hari-harinya. Menjadi kekasihnya di usianya yang sudah menginjak ke 30 tahun.

Semua janji bahkan cincin yang ia sematkan baru beberapa jam lalu rasanya seperti mimpi buruk bagi Savira.

Khayalan indahnya tentang pernikahan kini pupus sudah. Dia menjadi teringat dengan kekasihnya dulu yang bernama Rico.

Lelaki yang sebenarnya lebih manis daripada Doni. Dia lebih dewasa dan mengajak menikah Savira ketika dia berumur 25 tahun.

Ya, kejadian sudah berlalu 5 tahun yang lalu. Tapi kini Savira tiba-tiba teringat dengan lelaki yang melamarnya namun ia tolak karena dia masih ingin berkarier.

Bahkan Rico sudah membeli rumah untuk ditinggali dengan Savira jika menikah nanti. Tapi dengan tanpa perasaan Savira mengabaikan niat baik mantan kekasihnya itu.

"Ini rumah kita nanti kalau kita udah nikah," kata Rico lima tahun yang lalu. "Ibuku udah gak sabar pengen nimang cucu dari kamu," lanjutnya lagi yang tak merasa jika wajah Savira sudah mulai memberengut kesal.

Savira belum mau menikah, apalagi memiliki anak. Dia tak ingin dibatasi jika menikah dengan Rico dan hanya membuatnya menjadi wanita yang selalu tinggal di rumah menunggu suami pulang ke rumah.

"Kenapa kamu gak nanya pendapatku dulu?" tanya Savira kesal. Bukannya senang dengan lamaran Rico dia malah memulai pertengkaran tersebut.

"Lho, kenapa? Bukannya setiap wanita pasti pengen nikah? Kita udah pacaran lama, masa kamu gak mau kita naik ke jenjang yang lebih serius?" Rico memandang Savira tak mengerti.

"Gak. Aku gak mau nikah sekarang, Co." Savira mendorong pelan dada Rico dengan kedua tangannya.

"Terus kamu mau kita nikah kapan? Nunggu kamu sampai umur berapa?" tanya Rico yang masih bisa menahan sabarnya.

"Nanti aja kalau aku udah umur 30 tahun," jawab Savira tanpa perasaan.

Bagaimana mungkin Rico yang saat itu sudah berumur 30 tahun harus menunggu Savira lima tahun lagi?

"Lima tahun lagi? Kayaknya aku gak bisa Vir, aku gak bisa nunggu sampai lima tahun lagi." Rico kecewa dia langsung meninggalkan Savira yang masih mematung di tempatnya berdiri.

Dan kini dia menyesal karena telah mengabaikan perasaan tulus Rico yang ingin meminangnya saat itu.

"Kenapa Vir?" tanya Desy pada Savira yang melamun.

"Aku jadi inget sama Rico," desahnya. Ia melihat nomor ponsel Rico dan hendak menekan tombol hijau untuk meneleponnya.

"Jangan gila! Kamu gak tau kan dia udah nikah apa belum? Jangan sampai kamu mirip kayak wanita yang tadi!" Desy langsung merebut ponsel milik Savira mencegah kebodohan yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu.

"Kamu nyesel?" tanya Desy.

Savira mengangguk.

"Rico sekarang umurnya udah 35 tahun, kamu putus sama dia 5 tahun yang lalu. Bisa jadi dia udah nikah dan punya anak," kata Desy kemudian mengembalikan ponsel Savira.

Terkadang sakit hati memang membuat seseorang menjadi gila seperti saat ini.

"Udahlah, nyari yang baru," ucap Desy.

**

Savira sedang duduk di depan seorang wanita yang ia lihat tadi malam dengan Doni. Melalui Desy wanita itu meminta Savira untuk menemuinya di sebuah kafe karena ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Balikin cincin itu," ucap si wanita yang bernama Gadis, ia menunjuk cincin di jari tangan Savira dengan matanya.

"Cincin ini? Gak, aku gak mau kasih," tolak Savira.

Ia menjadi kekanakan melawan Gadis yang ternyata masih berstatus mahasiswi.

"Mas Doni udah milih aku Tante, jadi jangan gitu dong!"

Mendengar ia dipanggil tante oleh Gadis. Sontak Savira melebarkan matanya tak percaya. Umurnya dengan Gadis paling beda beberapa tahun tapi kenapa dia harus memanggilnya dengan sebutan tante?

"Tante?! Kita cuma beda tujuh tahun!" seru Savira tak terima.

"Masa sih? Tapi keliatan beda dua puluh tahun tuh," ledek Gadis dengan sengaja.

"Kampret," desis Savira.

"Aku gak ngerti kenapa Mas Doni suka sama tante-tante begini. Padahal cewek muda masih ada banyak," kata Gadis dengan percaya diri.

Savira tersenyum sinis dengan tangan bersilang di depan dada. "Aku juga gak ngerti kenapa si kunyuk Doni milih selingkuh sama mahasiswi yang bisanya ngabisin duitnya aja, padahal masih banyak TANTE-TANTE yang bisa ngasih dia duit."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login