"Asramanya masih didepan sana. kenapa berhenti di sini"
Zia mulai bingung dan takut.
pria itu menarik paksa Zia dan menyudutkannya, memeluknya dengan erat sambil meraba paha mulus nan putih seputih susu itu, tangannya mulai menjalar dan Zia mulai meronta-ronta dan meminta tolong.
aneh sekali sore itu begitu sepi tidak ada yang melewati jalan itu mungkin karena hari ini, hari minggu anak kuliyah sedang pulang kerumahnya masing-masing.
"DIAM..." kalau kamu tidak diam aku akan menyakitimu..." pria itu mengancam.
Zia masih berusaha dengan keras untuk melarikan diri tapi tangannya dipegang dengan erat oleh pria itu dan di tarik lagi kepelukannya. pria itu mulai mengeluarkan senjata tajam sejenis pisau survival lipat.
Zia bertambah takut, keringat dingin mulai bercucuran di tubuhnya, jantungnya berdetak dengan kencang.
"aku harus selamat...aku harus lari..." gumamnya dalam hati menyemangati dirinya sendiri sambil berdoa "tuhan selamatkan aku,.. selamatkan aku" . batin Zia
ketika pria itu mulai mengendurkan pegangan tangannya untuk membuka celananya.
Zia tau itu kesempatannya untuk lari dengan kencang dan terlepas.
pria itu masih berusaha mengejar Zia tapi usahanya dibatalkan karena ada orang lain akan lewat jalan itu dari kejauhan. pria itu lalu berbalik dan menghilang.
mungkin karena rasa takut yang teramat ketika Zia menjerit tidak ada suara yang keluar. Zia berlari tanpa menoleh kebelakang. hingga dia mulai merasa aman baru dia berani menoleh.
pria itu sudah menghilang tanpa jejak. Zia masuk ke asrama dan mulai menenangkan diri.
beberapa bulan yang lalu terjadi percobaan pemerkosaan dengan kekerasan di lokasi yang sama, korbannya adik kelas Zia sendiri dan tinggal di asrama yang sama. korban selamat dari percobaan pemerkosaan itu tapi banyak luka yang sangat parah di wajah dan tubuhnya hingga perlu di rawat di rumah sakit untuk beberapa bulan.
Zia berfikir "tuhan masih menyayangiku.." dalam hati dan bersyukur.
Elis datang beberapa saat setelah Zia masuk asrama. Zia berusaha bersikap tenang, menghindari Elis dan mulai bersiap untuk mandi.
di tempat tidur Zia memainkan handpon nya, handpon itu sepi sekali. wajar saja Zia masih belum mempunyai pacar setelah putus dengan Fandi, walaupun Fandi tak pernah menganggap hubungan mereka berakhir.
Zia membuka akun sosmednya, ada banyak notifikasi pesan dari seseorang diantaranya dari akun sang malaikat jahat.
"hai" pesan pertamanya
"lagi apa?" pesan kedua
"kok tumben nggak online sih?"
"kamu lagi sibuk ya"
"minggu ini aku senggang lagi nggak ada kuliyah, kita ketemu yuk?"
"masih belum online ya"
"aku menunggumu"
"jawab pesanku kalau kamu online ya"
"hei, yang disana kapan kamu online?"
"masih menunggu" itu pesan terakhir yang Zia dapat.
Zia tersenyum kecil. dan mulai mengetik beberapa kata untuk membalasnya.
"apa kamu masih menungguku?"
beberapa detik kemudian Zia mendapat notifikasi jawaban.
"iya, kemana kamu beberapa hari ini?" tanya orang di sebrang sana.
"em, pulang kerumah." jawab Zia singkat dan ditambahi dengan nada menggoda.
"apakah kau merindukan aku ?"
"tentu sangat sangat merindukanmu" jawab akun itu.
Zia tersipu malu dan puas dengan balasannya. wajahnya mulai memerah dan berguling-guling di kasur sambil memandangi handpon nya.
notifikasi lain pun masuk, pesan dari akun yang sama.
"kapan kita bisa bertemu ?"
"mungkin minggu depan" jawab Zia
"baiklah, aku akan kesana minggu depan". mengakhiri pembicaran.
Zia membuka pesan yang lain, antara lain dari Fandi yang sekedar bertanya kabar dan lain-lain. walaupun tidak pernah mendapat respon tapi Fandi tidak pernah menyerah. apalagi Fandi tau kalau Zia masih belum mempunyai pacar.
Waktu berlalu begitu cepat hingga hari dimana pertemuan pertama Zia dan pria misterius yang bernama "sang malaikat jahat itu".
walaupun sudah lama putus tapi Fandi masih sering mengunjungi Zia di asrama. di hari yang sama Fandi menghubungi Zia bahwa dia akan berkunjung. tapi entah kenapa tiba-tiba Fandi membatalkannya. Zia merasa lega dan juga merasa kecewa karena sudah menunggunya dari tadi. Zia tidak ingin berbincang lama-lama dengan Fandi di dalam asrama maka dari itu Zia menunggu di depan asrama.
"Zia ya?" tanya seorang pria tampan dengan kulit putih, hidung mancung, mata yang indah yang akan menghipnotis setiap wanita yang melihatnya walaupun tingginya hanya sekitar 170cm tapi dia masih terlihat gagah.
Dengan senyumnya dia bertanya dengan ragu-ragu " Zia bukan? "tanya nya lagi.
Zia yang masih bengong menikmati ketampanan itu dan tersentak kaget.
"pria ini lebih tampan dari pada si Jion mantan pacar ku dulu yang mempunyai senyum manis melebihi manisnya madu" gumam Zia dalam hati. wajahnya mulai memerah dan berkata pelan.
"Veris ya? "sang malaikat jahat" jawab Zia.
"iya" meyakinkan sambil tersenyum.
"ya tuhan dia tampan sekali" dan juga imut" gumamnya dalam hati.
"lagi nungguin siapa" pria itu bertanya.
"ah nggak .. nggak nunggu siapa-siapa, hehehe. ketawa garing karena canggung sedari tadi celingak-celinguk.