Download App
SERENDIPITY (Jimin BTS) SERENDIPITY (Jimin BTS) original

SERENDIPITY (Jimin BTS)

Author: jmnchrstn

© WebNovel

Chapter 1: CHAPTER 1

Setiap mata pasti memandang sesuatu yang menarik perhatian. Entah itu yang menyenangkan maupun menyebalkan. Mata kita tidak pernah bisa berbohong. Mereka akan mengucapkan kejujuran dengan caranya sendiri.

Kali ini semua mata tertuju kagum pada seseorang yang baru saja melintas dijalan sekolah ini. Orang itu berjalan dengan percaya diri tanpa menatap siapapun disekitarnya. Ia memiliki kulit yang bercahaya, mengenakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang dapat melihat matanya. Yang tidak kalah menarik perhatian adalah, rambutnya yang berwarna Ash Grey. Tidak pernah ada yang berpenampilan senyentrik itu disekolah ini.

Seragam menjadi sangat indah dibadan anak lelaki itu. Perempuan-perempuan itu menahan nafas melihat sosok lelaki itu yang sekarang masuk ke dalam ruang kepala sekolah.

Park Ji Min menatap ruang kepala sekolah yang sederhana. Wajah kepala sekolah itu juga sangat ramah dan hangat. Ia menyambut Jimin dengan baik. Karena ia memiliki hubungan relasi dengan Ayah Jimin.

Ayah Jimin merupakan pengusaha hebat yang selalu membantu bidang edukasi. Sekolah ini salah satunya yang mendapati bantuan tersebut. Namun Jimin tidak pernah berfikir bisa terdampar disekolah seperti ini hanya karena ia dan Ayahnya berbeda pendapat.

Pak Kepala Sekolah memanggil seseorang yang sepertinya ketua murid di sekolah. Ia menghantar Jimin untuk berkeliling dan diberikan tour singkat oleh ketua murid yang bernama Kim Su Hoo.

"panggil Suho aja, kau tidak perlu memanggil nama lengkap", ujar Suho santai saat mereka berkeliling.

Sekolah ini cukup besar walau tidak sekeren sekolah Jimin sebelumnya.

Jimin hanya mengangguk tidak tertarik. "oh ya ada yang ingin kutanyakan", kata Jimin.

"apa?".

"bagaimana dengan ekskul disekolah ini?", tanya Jimin, matanya kali ini terlihat antusias.

Suho menghela nafas, "maaf karena mengatakan ini tapi kau tidak akan menemukan apapun disini kecuali kau mau bergabung dengan sepak bola. tapi saranku ya jangan".

"bagaimana dengan seni? tari? nyanyi?", Jimin masih belum puas.

Suho duduk ditrotoar dan terkekeh mendengar pertanyaan Jimin, "selama dua tahun aku bersekolah disini, aku tidak pernah melihat kumpulan anak-anak selain osis dan sepak bola. Tidak banyak yang kami lakukan disini", ia berdiri dan menepuk pundak Jimin, "ku harap kau tidak kecewa. Untuk bisa bersekolah saja mungkin guru-guru sudah bersykur", ia kembali jalan, "ayo sebentar lagi bell berbunyi".

Jimin mendesah dan menendang angin. Ia mengikuti Suho ke kelas.

Jimin terkejut saat melihat ruang kelasnya yang berantakan dengan anak-anak murid yang lebih berantakan. Mereka tidak serapih Suho apalagi Jimin. Pantas saja kalau rambutnya tidak dikoreksi oleh Kepala Sekolah yang ramah itu.

Banyak yang memakai kaus dalam dan seragamnya tidak dikancing, para perempuan disini juga memakai make up seperti mau hangout ke mall. Dan saat Jimin masuk kedalam, mereka semua duduk disembarang tempat bahkan dimeja juga.

"apa kau tidak salah kelas?", bisik Jimin dan Suho menggeleng.

"teman-teman, ini adalah anak baru dikelas ini. Perkenalkan dirimu", Suho mempersilahkan.

Jimin menyebarkan pandangan dan tidak merasa baik, "Hallo, namaku Park Ji Min dan akan sekolah disini. Ku harap kita bisa...", ucapannya terhenti, "salam kenal", ia mengangguk sebentar, ia mengurungkan niatnya berkata ingin berteman dengan mereka semua.

Suho menepuk punggungnya, "Jimin kau boleh duduk dibelakang atau sesukamu. dan kalau kau butuh bantuan, aku dikelas 11-3", Suho pergi meninggalkan Jimin yang tidak percaya bahwa mereka tidak satu kelas.

Jimin mendesah lagi, orang yang terlihat normal ternyata berbeda kelas. Ia semakin kecewa. Keadaan kelas ribut lagi tidak karuan. Jimin duduk dikursi paling belakang.

"Hei anak baru, kau bisa bergabung dengan kami", teriak seseorang yang mengenakan sweater berwarna merah norak. Ia dikelilingi 3 temannya yang terlihat lebih seperti budak karena 3 orang itu sedang memijiti dirinya.

Jimin tidak menghiraukan lelaki itu. Ia menunduk dimeja. Ia tidak tahu bagaimana hidupnya disekolah ini.

❤❤❤

Jimin masuk kedalam rumahnya, begitu sampai ruang keluarga ia membanting tasnya dan berteriak. Amarahnya benar-benar memuncak.

Ibunya yang sedang memasak langsung keluar dari dapur mendengar anak satu-satunya mengamuk.

"apa sih yang difikirkan Ayah memasukkan ku ke sekolah jelek itu?", teriak Jimin saat ibunya bertanya.

"Sudahlah sayangku, jangan marah-marah. Kau sendirikan yang tidak ingin menuruti Ayahmu".

Jimin duduk disofa, "kenapa Ayah begitu? Akukan berprestasi, aku mendapatkan juara satu sebagai penari terbaik, aku berhasil mewakili sekolah, bahkan aku akan menjadi trainee diperusahaan terbaik. Apa yang salah?", Jimin benar-benar frustasi saat ini.

Ibu melepaskan sarung tangannya dan memeluk putranya, "Ibu tahu kau tidak salah. Ibu paham kau sangat berbakat. Kau hanya harus bertahan sedikit lagi. Kau harus kuat".

Jimin melepaskan dirinya perlahan, ia tahu, ia hanya akan membuat ibunya semakin sulit. "suatu saat nanti aku akan hidup mandiri dan aku akan membawa ibu", ucapnya lalu ia pergi kekamarnya karena ia tidak mau lagi mendengar ibunya memohon untuk dirinya menjadi anak baik untuk ayahnya.

Setelah selesai mandi, Jimin menatap dirinya di cermin. Ia tidak tahu harus bagaimana bersikap di sekolah barunya. Anak-anak itu sungguh urakan. Perempuannya terang-terangan menggodanya dan menanyai nomor handphonenya tanpa rasa malu. Jimin tidak boleh berubah menjadi urakan seperti mereka. Jimin harus bisa mempertahankan harga dirinya walau memang perempuan-perempuan itu cantik namun mereka tidak seelegan perempuan disekolahnya terdahulu.

Selama satu hari Jimin memperhatikan kelasnya. Anak-anak itu hanya sibuk mengobrol dan tidak memperhatikan guru. Bahkan guru-gurunya pun tidak peduli sikap anak-anak itu. Penampakan yang sungguh membuat Jimin frustasi ada disekolah itu.

Namun karena Jimin harus menuruti Ayahnya kali ini, ia tidak punya pilihan. Ia tetap harus sekolah disana. Jimin berfikir, setelah selesai sekolah ia akan menandatangani kontrak menjadi trainee karena ia akan legal 18 tahun dan tidak butuh pengawasan orang tua lagi.

Ayah Jimin tidak menginginkan anaknya menjadi seorang idol walaupun Jimin selalu membuktikan bahwa ia adalah anak yang berbakat. Jimin tidak pernah mengecewakan nilai-nilai sekolahnya walaupun ia sibuk mengikuti lomba sana-sini namun saat ia diminta menjadi trainee dan akan didebutkan menjadi seorang idol, Ayahnya marah dan mengamuk setelah orang-orang dari perusahaan terkenal itu pergi.

Ia ingin Jimin meneruskan usahanya karena Jimin merupakan anak satu-satunya dan ibunya tidak bisa hamil lagi. Sehingga mereka hanya memiliki anak satu. Dan itu yang membuat Ayahnya semakin gila akan masa depan Jimin yang sudah ia tentukan.

Jimin ditransfer ke sekolah yang bisa ia perhatikan. Ia tidak peduli bagaimana kualitas sekolah itu asal Jimin tidak lagi terjun ke dunia entertain.

❤❤❤

Jimin merasa kesal ada dirumahnya. Ia pun memutuskan untuk pergi keluar. Ia berjalan-jalan dimall. Melihat-lihat. Ia merasa butuh minum. Sudah lama ia penasaran dengan minuman beralkohol. Kebetulan ia sangat penat. Walaupun ia belum berumur 18 tahun tapi dari penampilannya pasti tidak ada yang menerka apalagi rambutnya pun berwarna ash grey.

Jimin masuk kedalam salah satu club. Sesuai perkiraannya, ia bisa masuk dengan mudah. Ini pertama kalinya ia pergi ke club. Tempat itu sangat ramai dan juga pengap. Banyak asap rokok. Walaupun ini bukan malam minggu tapi suasananya tetap meriah.

Club ini salah satu club mahal jadi tidak heran kalau mereka menampilkan DJ maupun penari-penari yang cantik. Jimin suka dengan lagu yang diputar. Badannya pun bergoyang sembari menikmati minuman pertamanya di bar.

Ia tidak menyangka ternyata ini mengasyikkan. Saat musik mati tiba-tiba ada sebuah lagu yang mengalun. Jimin menyukai tipe lagu seperti ini. Ia pun membawa minumannya dan datang lebih dekat ke arah panggung yang lumayan besar. Semua orang disekitarnya bersorak sorai terutama para pria.

Jelas saja kebanyakan para pria karena penari yang menunjukkan kebolehannya adalah tiga perempuan sexy. Mereka menari sesuai alunan musik. Jimin berdebar melihatnya, namun ini bukanlah tarian striptis seperti yang ia bayangkan awalnya. Tarian ini sangat keren, ke sexyannya secara alami karena gerakan-gerakannya yang indah. Namun tetap saja Jimin merasa canggung melihat penampilan seperti ini.

Namun ia sudah tidak dapat mundur karena kumpulan penonton semakin ramai. Jimin terdorong sana-sini dan membuat dirinya sekarang berada dibarisan paling depan. Ia berusaha menghindari menatap perempuan-perempuan itu.

Sekarang ketiga perempuan itu menari free style dan mereka menyebar ke seluruh panggung. Salah satunya ia berada tepat dihadapan Jimin.

Wajahnya terasa tidak asing. Jimin merasa seperti melihat perempuan ini. Mereka beradu pandang dan kalau Jimin tidak salah lihat, perempuan itu seperti menatapnya dengan mata terbelalak namun itu hanya sekilas saja karena sekarang wanita itu tidak memandangnya lagi. Jimin benar-benar berfikir dimana ia melihat perempuan itu. Tapi ini pertama kali ia pergi ketempat seperti ini pasti ia hanya salah sangka.

❤❤❤


CREATORS' THOUGHTS
jmnchrstn jmnchrstn

Hello readers. ketemu lagi dengan fan fiction ku yang kedua. masih dengan tokoh Park Ji Min. semoga kalian menikmati jalan cerita yang sekarang pure ideku sendiri. Thankyou:)

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login