Download App

Chapter 3: Before Hell : Cinthia

11 Juni 2016

    Hari ini Cinthia tidak menghampiriku. Jadinya aku tidur semalam. Aku merasa kecewa karna ia tidak datang seperti biasanya, dimana ia datang jam 10 malam atau ketika keluargaku benar-benar sudah tertidur pulas lalu kami akan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di kota kecil ini lalu kembali kerumah jam 7 pagi sebelum anggota keluargaku terbangun.

   Tapi aku tidak boleh egois, ia sudah terlalu sering datang seharusnya aku harus memakluminya walaupun sehari saja ia tidak datang.

   Cinthia adalah sahabatku.. Aku masih ingat bagaimana interaksi pertamaku dengannya ketika aku datang kemari bersama ibuku.

   Aku ingat dengan jelas bagaimana aku memasangkan kakinya dengan sepasang sendal milikku karna tidak tega melihat dia berdiri tanpa alas kaki di panasnya aspal pada siang hari. Betapa bodohnya dia waktu itu berkata dirinya kuat padahal aku bisa membayangkan bagaimana perihnya telapak kaki itu terbakar aspal panas.

   Sampai saat ini ia sering berkata "Gue kuat, sebagai sahabat gue akan menjadi tameng buat lo". Haha, lucu memang aku bahkan bisa mendengar ucapan itu sekarang. Tapi kembali ke topic sebelumnya. Sehari saja tidak bertemu dengannya untuk menghabiskan waktu, sudah bisa membuatku gila. Karna aku harus tidur dimalam hari lalu terbangun di siang hari.

   Aku sangat menghindari aktivitas di siang hari selayaknya makhluk nocturnal. Aku hanya bisa beraktivitas di malam hari.

   Aku tidak suka siang hari. Sebab jika aku keluar kamar untuk makan dan mandi di siang hari karna alarm alami oleh tubuhku yang memintanya. Tentu saja aku harus bertatap muka dengan keluargaku.

   Dan aku benci itu.

   Aku tidak suka dimaki oleh mereka, dipukul oleh Valentine dimana saat aku akan membalasnya aku malah dipukul juga oleh anggota keluargaku yang lain. Aku benci bagaimana aku harus menerima luka padahal aku tidak seharusnya mendapatkannya. Aku tidak tahu apa salahku, aku juga tidak meminta untuk lahir demi mempermalukan orang-orang ini yang tidak bisa menerimaku.

   Untung-untung untuk sekarang aku sudah berani melawan walaupun dengan sosok yang lemah ini yang selalu saja kalah dengan berakhir luka-luka. Berbeda dengan dulu, niat untukku melawan sangatlah kecil. Dulu aku begitu lemah berbeda dengan diriku sekarang.

   Tetapi aku tidak pernah memukul orang tuaku tepatnya kakek dan nenekku, aku masih menghormati mereka. Aku lebih di beradu mulut dengan mereka. Jika pun mereka memukulku, aku hanya bisa pasrah.

   Andai saja aku tahu siapa ayahku. Aku ingin sekali memaki dia. Aku benci dia. Aku masih bisa, ya masih bisa, aku kuat.

   Ngomong-ngomong Jay akan datang beberapa hari lagi untuk kembali bersekolah. Aku pasti akan sering membicarakan orang ini padamu.

Sahabatmu?

C


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login