Download App

Chapter 2: Bab 2 : Wawancara Kerja (Menggoda Suami)

Aditya menatap Adinda khawatir, tangannya terulur menyentuh dahi Adinda.

"Ini tidak panas." ucap Aditya serius tanpa nada bergurau.

Adinda tersenyum menatap Aditya, Adinda berpikir seharusnya ia menyadari kepedulian Aditya sejak dengan begitu semua hal di masa lalu tidak terjadi. Tapi, karena Adinda mendapat kesempatan ini ia akan bersikap baik dan paling penting ia akan selalu menyayangi Aditya mulai sekarang. Perlahan kemudian ia tertawa.

"Haha.."

Aditya mengerutkan keningnya lalu ia berkata.

"Kau baik-baik saja?"

Adinda bangkit dan memeluk Aditya, ia menganggukkan kepalanya.

"Emm, aku sangat sangat baik Mr. Aditya."

Aditya yang kebingungan hanya mengelus kepala Adinda dengan lembut. Dalam hatinya Aditya sangat senang walau apa yang di tampilkan wajahnya hanya kedinginan, kedinginan yang palsu.

Adinda melepas pelukannya dan berbicara penuh semangat.

"Apa kau lapar? ingin kumasakan sesuatu? katakan katakan.."

Aditya tersenyum melihat tingkahnya, ia berkata dengan lembut.

"Aku akan memakan apa yang kau buat." walau ia sedikit ragu tentang masakan apa yang akan di buat Adinda.

Mendengar itu Adinda bangkit dan berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah itu ia berjalan penuh semangat menuju dapur.

Aditya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Adinda hari ini.

"Tapi, lebih baik ia seperti ini."

Berbaring sebentar kemudian ia bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai dengan aktivitas rutin paginya kemudian ia turun ke bawah menuju dapur.

Namun, saat turun Aditya melihat asap mengepul yang berasal dari dapur. Setelah mencapai dapur ia melihat banyak hal kacau lainnya piring dan mengkuk pecah sayur dan bumbu berceceran di lantai. Aditya menatap Adinda yang saat ini sedang tersenyum canggung. Aditya terbatuk perlahan memandangnya ia hanya menghela napas.

"Jadi?"

Adinda melihat senyumannya yang tersembunyi di balik tatapan itu.

"Hehe.. aku tidak membuat apapun malah membuat semuanya kacau." Adinda berkata dengan sedih dengan nada manja yang tidak di sembunyikan.

Aditya berjalan memasuki dapur.

"Pertama bantu aku membersikannya dulu." kemudian mereka mulai membereskan kekacauan di sana.

Setelah mereka selesai Aditya menyiapkan beberapa bahan yang tersisa. Ia akan membuat nasi goreng.

Adinda menatap sisi wajah Aditya lalu ia tersenyum dengan sangat lebar memperlihatkan deretan rapih gigi putih miliknya. Dia berjalan mendekati Aditya.

"Apa ada yang bisa ku bantu?"

Aditya melihat wajah tersenyum Adinda, alu ia berkata.

"Bantu mencuci sayur disana."

tunjuk nya pada sayuran yang ada di dekat dirinya.

"Baik." Adinda terus tersenyum saat membantu Aditya, ya walau sebenarnya tidak banyak yang dilakukan nya semuanya sudah di kerjakan Aditya.

Di ruang makan adinda duduk di kursinya dengan tidak sabar saat ia melihat nasi goreng di hadapannya. Adinda sangat sedih karena tidak memasak untuk Aditya. Tapi, ia sangat senang pada akhir nya karena bisa memakan masakan yang di buat Aditya.

....

Menjelang siang ia mulai merasa bosan juga sedari tadi ibu tirinya terus menelponnya yang membuatnya kesal.

"Huh.. apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya aku akan membalasnya. Ibu tiri ini adalah titisan mak lampir." Adinda memblokir nomor ibu tirinya.

Karena merasa bosan Adinda mulai berpikir untuk melamar pekerjaan setelah beberapa aaat ia juga sudah menentukan di mana ia akan bekerja.

"hehe.. suami kuharap kau tidak bosan melihatku."

....

Adinda menatap gedung besar di hadapannya dengan nama Putra Andama tertulis sangat jelas di atasnya, di tangannya ia memegang dokumen untuk lamaran kerjanya.

Dengan senyum menawan ia melangkah anggun melewati pintu masuk. Ia berjalan mendekati meja resepsionis dengan tersenyum dan berkata.

"Permisi aku ingin melakukan lamaran kerja untuk posisi sekretaris." Adinda menyerahkan dokumen itu.

Pegawai wanita itu terpesona oleh senyuman Adinda hingga ia kembali sadar.

"Oke, tunggu kami menghubungi mu."

....

Karena ia masih merasa bosan dan berhubung Adinda masih berada di perusahaan suaminya. Ia berjalan memasuki lift. Banyak yang melihat kearahnya. Tapi, anehnya tidak ada yang menghalangi Adinda untuk memasuki lift dan melangkah lebih jauh kedalam gedung besar ini.

Saat ia berada di dalam lift Adinda mulai menjadi bingung. Karena, ia tidak tau di mana ruangan Aditya.

Pintu lift terbuka lalu ia melihat aeseorang yang di kenalnya namun orang itu tidak begitu menyukainya karena sikap bodohnya.

"Hai Pak Dimas." sapa Adinda yang di balas hanya dengan dengusan sebal.

Adinda menarik napasnya perlahan.

"Aku tau, kau pasti sangat tidak menyukaiku."

Dimas hanya meliriknya dengan pandangan menghina.

"Kau tau itu bukan."

Adinda menatap Dimas serius dan mulai berbicara dengan mantap penuh keyakinan yang sangat berbeda dengan dirinya sebelumnya.

"Aku tau, aku salah. Tapi, aku berjanji tidak akan melakukan hal yang seperti di masa lalu lagi."

Walau begitu ia tidak langsung mempercayainya.

Adinda tersenyum malu dan juga agak canggung.

"Aku ingin bertanya si mana ruangan Aditya?"

Walau Dimas kesal dan sangat tidak menyukai wanita di hadapanya. Tapi, siapa yang menjadikannya sebagai favorit bos. Jadi, ia mengantarkannya langsung ke ruangan bosnya Aditya.

....

Adinda duduk di sofa panjang di kantor milik Aditya, sang pemilik ruangan saat ini sedang melakukan pertemuan di ruang meeting.

Adinda melihat sekeliling ruangan lalu pandangan matanya jatuh pada kursi tempat Aditya duduk dan melakukan pekerjaannya. Ia bangkit dari sofa dan berpindah di kursi kerja dihadapan di atas meja tertumpuk banyak dokumen.

....

Aditya membuka pintu kantornya pandangannya jatuh pada kekasihnya yang saat ini tertidur terlungkup diatas meja kerja miliknya. Ia membangunkannya dengan menepuk perlahan.

"Dinda.."

"Huh.." Adinda terbangun dengan linglung ia menatap area di sekitarnya dan mengingat dimana ia berada.

"Aii.. aku tertidur.." keluh Adinda.

Aditya menatapnya khawatir karena ia tertidur dengan posisi yang mungkin akan m uat tubuhnya sakit.

"Ada ruangan khusus di kantorku dengan tempat tidur."

Adinda tersenyum saat melihat kilau matanya yang saat ini menunjukkan bahwa Aditya khawatir dengannya. Ia menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Aku sudah tidak mengantuk. Apa kau sudah selesai?"

Aditya melihatnya dengan penuh kelembutan.

"Aku sudah selasai."

Adinda menatapnya dengan jahil.

"Kau tidak ingin bertanya kenapa aku disini?"

"Kau biasa melakukan apaoun yang kau mau termasuk di tempat ini." Aditya mengelus rambut diatas kepala Adinda yang sedikit berantakan karena tidurnya.

Adinda tersenyum misterius. Namun, Aditya hanya melihatnya menggemaskan.

"Jadi apa yang nona lakukan disini?" tanya Aditya dengan nada bergurau.

Senyumam Adinda semakin lebar.

"Aku melamar kerja menjadi sekretaris disini. Aku akan menemanimu berkerja sekarang."

Aditya menatap mata Adinda yang berbinar untuk meminta pujian seolah berkata ayo puji aku-puji aku.

"Kau sangat pintar istriku." sambil mencubit mesra pipi chubby milik Adinda yang membuat Adinda istrinya tertawa sangat manis. Menurutnya.

....

Adinda menemani Aditya menunggunya selesai dengan pekerjaannya sebelum mereka pulang bersama.

sebelum pulang mereka berbelanja untuk mengisi dapur yang sekarang kosong. Dalam langkah mereka selalu terdengar suara Adinda yang tertawa menggoda Aris suaminya yang selalu berwajah dingin hingga terdengar suara dalam perut Adinda yang bergemuruh lapar.

"Hehe.." Adinda tertawa dengan wajah memerah karena malu.

"Ayo isi perutmu dulu sebelum pulang." ucap Aditya seraya mengelus rambut diatas kepalanya lagi.

TBC

____________________________________________

00.20

note*

aku ga tau mau ngomong apa, abis aku tuh orangnya pendiam parah padahal aslinya kalo marah pasti galak 🤐🤐 tau gimana nih.

ada saran dan masukan? silahkan komen😊😊


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login