Download App

Chapter 4: Bab 4 : Mari Kalahkan --Penyihir--

Rumah Keluarga Herawan saat ini sedang dalam suasana suram. Dengan penuh kekesalan Puspa menceritakan apa yang terjadi hari ini pada ayah dan ibunya dengan menambahkan api hingga terdengar --sedikit-- berlebihan.

(Herawan nama keluarga Adinda mulai sekarang kita akan memanggilnya dengan Tuan Herawan dan Nyonya Herawan)

"Ibu.. Apa saudaraku sebenarnya begitu sangat membenciku? Jika tidak, dia tidak akan melakukan hal seperti itu padaku." dengan getir Puspa memandang ayah dan ibunya sedih matanya memerah karena menahan tangis.

Nyonya Herawan melirik suaminya dengan kesal dan berkata penuh keluhan .

"Suami, lihat apa yang dilakukan putrimu. Dia menjadi begitu sombong sekarang hingga dia mulai menunjukkan wajah aslinya. Apa dia sebenarnya sangat membenciku? Jika tidak dia tidak akan melakukan ini pada putriku. Padahal selama ini aku selalu memperlakukan-nya seperti putriku sendiri."

namun berbeda dari kesedihan yang ada di wajahnya, kilau di matanya sebaliknya menunjukkan kebencian yang penuh dengan perhitungan yang sayangnya tidak di sadari Tuan Herawan yang sudah termakan oleh emosinya dan mulai menyalahkan putri kandungnya. Adinda.

"Anak itu bahkan mulai tidak memperdulikan ayah kandungnya. Dia benar-benar merasa sudah berada di atas langit hingga mengacuhkan keluarganya sendiri! Seharusnya sebelum anak itu pergi aku harus mendidik-nya lebih keras agar anak itu lebih patuh." melihat wajah sedih dan mata memerah dari istri dan putri angkatnya membuat Tuan Herawan lebih kesal. Selama ini ia selalu memperlakukan putri angkatnya sendiri lebih baik melebihi putri kandungnya. Jadi, hal yang buruk menimpa mereka membuat Tuan Herawan lebih menyalahkan Adinda.

"Suami salahkan dirimu kenapa kau membiarkan Adinda menikahi orang itu?" ini adalah titik sakit Nyonya Herawan. 'Kenapa anak itu harus menjadi begitu beruntung! Apa yang begitu menarik! Jelas putri lebih baik dan begitu cerdas!' tatapannya pada suaminya menjadi begitu kesal.

"Apa yang bisa kulakukan, posisi orang itu lebih tinggi dariku." keluh Tuan Herawan tak berdaya.

_________ πππ________

Berbanding balik dari rumah Keluarga Herawan yang suram, rumah yang kini di huni Adinda begitu hangat hingga membuatnya meleleh karenanya.

Di depan cermin rias Adinda duduk termenung terkadang terdengar suara menghela napas.

Aditya mengaitkan alisnya melihat kelakuan aneh Adinda lainnya. Akhir-akhir ini Aditya sudah mulai kebal dengan segala tingkah tidak biasa yang di tunjukkan istrinya. Ia sudah biasa. Walau begitu itu masih membuatnya khawatir.

Berjalan mendekati istrinya, tangan aditya terulur memijat lembut dahi Adinda yang berkerut. Pijatannya membuat Adinda lebih rileks.

"Katakan, ada apa? Jangan membuatku khawatir. Aku akan selalu ada di sisimu."

Mendengar itu membuat air mata Adinda jatuh. Ia berbalik memeluk Aditya menyembunyikan wajahnya di balik pelukan hangat-nya yang membuatnya sangat nyaman dan merasa begitu aman.

Level kekhawatiran Aditya naik begitu tinggi saat melihat aliran air mata Adinda, ia selalu melindungi Adinda dan tidak membiarkannya bersedih. Tapi, kali ini saat Adinda sudah berada di bawah sayap perlindungannya orang-orang itu masih berfikir untuk membully bayi-nya.

Merasakan tubuh yang di peluknya begitu kaku membuat Adinda heran, ia menengadah kan kepalanya dan melihat ekspresi garang dj wajah Aditya yang membuat Adinda bingung.

'Hei Tuan. Apa yang terjadi padamu? Kenapa menjadi begitu galak?'

Menyadari tatapan dari sosok di pelukannya, Aditya berkata. "Apakah keluarga itu mengganggumu lagj?" ia tidak menganggap keluarga yang buruk itu sebagai milik Adinda, ia selalu bersikap acuh pada mereka.

"Wahh! Bagaimana kau bisa tau?" Adinda melihat Aditya dengan kagum. 'Tunggu. Tunggu! kenapa sejak aku berakhir disini otakku semakin bodoh? ugghh.. salahkan dia, kenapa harus begitu manis.'

"ini sudah terlihat begitu jelas di wajahmu." ungkapnya seraya mencubit pelan hidung Adinda.

Mendengarnya dan melihat bagaimana dia memperlakukan-nya membuat Adinda terharu sekaligus sedih. Ia bangkit lalu menjatuhkan kecupan lembut di sisi wajah Aditya. Melihat tatapan kaget yang di arahkan padanya membuat Adinda lebih gemas, ia menjadi semakin berani.

Tersadar dari keadaan linglungnya Aditya balas mendekapnya.

Dan malam yang indah masih sangat panjang.

________________πππ____________

Pagi ini mereka memulai hari dengan begitu manis dan lembut. Tapi, itu tidak untuk waktu yang lama karena saudara tirinya yang bersikap bagai bunga putih¹ menghubunginya meminta untuk bertemu di cafe dekat tempatnya berkerja saat ini. 'Ya, walau ku akui aku tidak melakukan apa-apa selama ini. Yang di lakukannya hanya memandangi wajah serius suami manisku. hehe..'

Berjalan dengan sikap anggun tidak seperti dirinya di masa lalu. Memasuki cafe ia melihat saudara tirinya menunggunya disana. 'Bagaimana rasanya menunggu selama 1 jam? haha..' memperbaiki ekspresi wajahnya kembali dengan sikap anggun penuh vitalitas muda.

Duduk di hadapan saudara bunga putih¹-nya ia tersenyum seolah tidak menyadari tentang keterlambatan-nya.

....

Puspa menatap saudara tiri bodoh-nya yang selalu mendapatkan benda yang tidak di inginkan-nya sekarang menjalani hidup yang lebih baik darinya, menahan kekesalannya.

"Saudaraku, kenapa begitu terlambat?"

Adinda tersenyum dengan tidak mengerti akan kekesalan yang di tunjukkan saudara tiri ini di hadapan-nya.

"Maafkan aku, aku begitu sibuk hingga hampir melupakan jika kita akan bertemu siang ini."

Kenyataan aslinya 'Aku begitu sibuk dengan camilan manis yang kumakan. Sengaja? Tentu saja aku sengaja.'

Puspa tidak bisa menahan kedutan wajahnya saat ini. " Saudaraku, bukankah ini terlalu di sengaja?"

Dengan senyum main-main Adinda tidak menyembunyikan rasa jijiknya pada saudara tiri yang entah dari mana ini.

"Bagaimana kau tau ini sengaja"

"Kau.." Puspa manatap Adinda kesal, tidak pernah ada yang memperlakukannya seperti ini. Tapi, gadis bau penuh kebencian ini berani?

Menampilkan mimik penuh kesombongannya ia tidak lagi menutupi apa pun.

"Ya, ini sengaja. Apa tidak bosan untuk terus menjilatku seperti ini? Aku sayangnya sangat bosan dan sudah tidak tertarik untuk terus memainkan permainan kekanakan ini lagi."

Berusaha menutupi emosi yang akan di tampilkan-nya, Puspa berusaha berkata lembut.

'Saudaraku, kenapa kau menjadi seperti ini sekarang? Katakan apa kakak ipar yang mengakatakan ini padamu?"

Melihat senyum dan mendengar kata-kata buruk itu lagi membuatnya kesal. Jika, ini di masa lalu mungkin ia akan berlari pulang dan bertengkar dengan suaminya. Tapi, sekarang...

"Puspa, aku sudah tau watak aslimu selama ini. Tidak perlu membawa nama suamiku disini." Adinda berkata dingin tangannya bersikap penuh dengan aura mengintimidasi.

Puspa tidak lagi menyembunyikan rasa jijik dan bencinya pada Adinda lagi, ia berbicara begitu buruk.

"Kau sudah tau? Bagus kalau begitu. Aku tidak perlu bermain drama saudara lagi denganmu."

"Heh, bosan? bukankkah menyenangkan saat melihatmu bersikap begitu sopan padaku. Apalagi saat melihat wajah jelekmu seperti sedang menelan batu, sungguh sangat lucu."

Adinda berkata begitu angkuh.

"Jalang! Menjadi begitu sombong. Lihat saja sampai mana kesombonganmu itu saat aku akan menggantikan tempat-mu nanti." dengan penuh percaya diri Puspa melirik kejam pada Adinda.

Adinda melihatnya seperti orang bodoh.

"Kau begitu gila sekarang. Pergilah ke rumah sakit jiwa mereka akan menyembuhkanmu."

tanpa memperdulikan raut wajah Puspa yang akan terbalik di detik berikutnya, Adinda bangun dan meninggalkan cafe itu yang sekarang terdengar suara raungan seseorang.

Setelah mengatakan apa yang ingin dikatakan-nya sekarang ia merasa puas, kembali ke kantor dengan penuh senyuman.

TBC

___________

note*

pertama kalinya aku ngalamin error, draf g kesimpan😱😱 sakit boo.. tangan pegel.

itu kenapa kok bisa gitu?

**

bunga putih : maksudnya orang bermuka dua, aslinya jahat banget tapi tingkahnya sok baik sok lembut gitu.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login