Download App

Chapter 2: BAB 1 - PRINCE VS PRINCESS

"Eh... Guys ada berita bagus nih !" Ucap Caca memajukan kepalanya melihat kedua temanya yang tengah melahap bakso.

Ani bergumam. 

"Lo tau Mars kan ?, dia baru aja bikin onar sama Sandy !" 

Kini suaranya memelan. Caca sadar kini ia tengah menggosipi sesuatu yang sangat berbahaya.

Ani mendengus kesal melihat itu. Matanya melirik kedua teman nya yang berada tepat didepanya dengan mangkuk yang berisikan sama.

Mereka lebih leluasa kali ini. Bukan bolos, tapi kelas mereka tidak didatangi guru hari ini.

Kantin adalah pilihan yang tepat untuk menghabiskan waktu. 

"Tadi pagi. Mars nubruk gue dong !" Ucapan Ani sukses menghentikan kegiatan makan kedua temanya ini. Tatapan keduanya berubah drastis menjadi lebih dramatic.

"Hah !, trus trus..."

Tanya Caca. Seperti yang Ani duga, Caca pasti akan banyak bertanya. Caca memang Qepo-pers tingkat berat, bahkan pertanyaan nya terkadang tak bisa ia kendalikan. Sampai - sampai nara sumbernya tersinggung.

"Gue marahin lah dia, enak aja nubruk - nubruk"

Ani menusuk bakso itu dengan garpunya dan langsung memasukan kemulutnya dengan kesal. Kepala nya masih terbayang kejadian tadi pagi.

Caca dan Lita yang tadinya asik mendengar kini susah payah menelan salivanya. Mereka berdua tampak tak menghiraukan Ani yang sedari tadi masih menggerutu layaknya rombongan semut yang kesal dengan seseorang.

Mars, dengan pakaian yang sengaja tak dimasukan dan rambut yang acak - acakan kini tengah membelakangi Ani. Ditambah penampilan Mars yang kini sedang begitu berantakan.   

"Cowok itu semua sama aja. Gak tau perasaan cewek main tabrak aja. Dan gak mau nolongin rapihin buku lagi"

"Cewek semua sama aja yah. Suka gosip"

Ucap Mars dari belakang. Seketika menghentikan ocehan Ani. 

Ani menolehkan kepalanya kebelakang, mendapati seorang yang tengah ia gosipi tepat berada dibelakangnya, sejak kapan ?.

"Salah lo pendek. Gue kan jadi gak bisa liat lo !"

Ani berdiri dengan darah mendidih, menciptakan deritan kursi panjang yang ia duduki tadi.

"Lo punya mata kenapa gak dipake buat liat. Malah siul - siul"

Tegur Ani. Mengingat waktu kejadian Mars tengah berjalan seraya bersiul.

"Aniii"

Panggil Lita dengan pelan. Ani dapat melihat wajah Lita yang mengatakan, dirinya untuk berhenti.

"Ya lo lah yang salah. Badan kecil gini bawa yang berat - berat."

Bodo amat dengan kedua temannya. Ini sudah berkaitan dengan harga dirinya. Ia tak mau dipandang lemah oleh cowok didepannya ini.

"Dimana - mana jalan pake mata !"

Bentak Ani.

"Dimana - mana jalan pake kaki !!"

Bentak Mars lebih keras. Jangan. Jangan biarkan cowok itu menakuti Ani.

Cowok itu derajat nya lebih rendah dari Ani dimata guru.

Ani menelan salivanya, jantungnya mulai bekerja keras. Ia ingin sekali berkata - kata, tapi nyali nya terlalu lemah.

"Kenapa lo takut ?" tanya Mars.

Mars memajukan kakinya beberapa langkah mendekati Ani. Kini jarak mereka berdua hanya beberapa jengkal.

Jantung Ani semakin bedeguk kencang.

Ia mundur 1 langkah. Refleks seorang Ani ketika mendapati sebuah sinyal ancaman diotaknya

"Lo bisa gak sih nggak usah gosipin orang"

"Gosip itu cuman bikin sakit orang."

"Semua cewek sama aja. Bisanya gosip"

Dari sekian banyak ucapan Mars tak ada yang Ani jawab. Sejujurnya ada seribu jawaban yang dapat ia keluarkan. Tapi, tidak.

Mata Ani berkaca - kaca sekarang. Perkataan itu sukses membuat bendungan dimata Ani runtuh sepersekian detik.

Ucapan Mars memang tak begitu keras hingga membuat dirinya kaget. Tapi ucapan Mars begitu menyinggung, ini seperti bergosip namun tepat dihadapan si korban.

Mars menatap lekat kedua manik mata Ani yang sudah tergenang air namun belum jebol.

Ia menyudahi perdebatan ini, dia memang anak nakal. Biang disegala masalah, tapi bukan berarti ia tak punya hati walau sekecil potongan 1 buah nasi yang dibagi 2.

"Gue ada tugas di kelas"

Lagi - lagi Ani membuat alasan untuk menghindari Mars. Sebenarnya kabur dari masalah bukan tipe Ani sama sekali. Tapi dirinya memang punya 1 tugas yang belum terselesaikan.

Mars menahan tangan Ani. Kini jarak mereka sudah sangat dekat. Jantungnya sudah bekerja terlalu keras hari ini.

"Nanti pulang sekolah gue anter lo"

Ani mengernyitkan dahinya. Apa ia tak salah dengar ?. Seorang siswi teladan akan diantar pulang oleh siswa pembuat onar sekolah.

Apa Mars sedang tidak bercanda ?.

"Nggak. Gue dijemput"

Jawab Ani dengan tegas.

Mars memegang dagu Ani dengan tangan kiri, mendongakan kepala Ani.

"Kalo ngomong liat orang nya. Katanya lo punya mata"

Ani menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Salah tingkah. Ia memang berusaha untuk menatap manik mata Mars. Tapi seakan matanya berkhianat dengan otaknya. Matanya terus saja menghindari dari pandangan cowok itu.

"Gu... Gue cuma..."

Ani tak dapat berkata - kata. Ketika sadar tangan mereka masih bergandengan sejak tadi. Kehangatan seketika menjulur kepergelangan tangan hingga lengan. Sepertinya ia sesak napas.

Ani berkali - kali melirik kedua tangan mereka. Namun saja Mars tidak melepas - lepaskanya. Ditambah kini mereka dikantin hanya berdua sejak Lita, dan Caca pamit kekelas duluan.

"Ya udah kalo lo dijemput"

Mars melepaskan tangannya dan beralalu melewati Ani. Disisi lain Ani tak bisa berkata, tak bisa bergerak. Dirinya masih terbayang kehangatan pada tangan nya yang sekian memudar.

Lita menghampiri Ani yang masih mematung. Membuyarkan lamunannya. 

"Lo nggak apa An ?"

"Nggak apa kok"

Balas Ani dengan senyum palsu. Ia tak mau seseorang mengetahui kejadian tadi. Ani mengangkat pergelangan tangannya memandangnya untuk beberap detik.

Mereka lalu berjalan menuju kelas berdampingan. Ani berusahan menepis kejadian tadi dari pikirannya. Ia tak mau ada rasa dengan seseorang.

***

Mars memasukan salah satu tangan nya ke dalam saku celana. Memutar - putarkan kunci motor pada jari telunjuk. Seperti biasa, ia memilih bolos ketika Pak Ahmad yang mengajar. 

Bukan takut. Hanya saja kupingnya kapok mendengar omelan. Terkadang ia bertanya, apa kelamin pak Ahmad yang membuatnya cerewet.

Itu masih lebih baik dari pada pak Setyo. Guru yang selalu cari muka dihadapan guru lain.

Parahnya, Setyo bisa main tangan kapan saja.

Sepertinya Setyo adalah Mars dimasa putih abu - abu. Berkelahi sebagai sarapan. Bolos sebagai makan siang. Luka sebagai tato.

Benar saja. Sebuah pukulan mendarat tepat pada kepala belakang Mars.

Sialan !. Setyo main dari belakang. Itu adalah perbuatan curang.

Membuat Mars tersungkur dikoridor sekolah.

Mars bangkit menatap Setyo. Ini bukan tatapan Mars seperti biasanya. Tatapan ini setajam elang yang tak makan 2 hari. Lalu mendapati sebuah beruang lezat.

Ini untuk kali pertamanya ada seseorang yang berani memulai pertarungan dengan Mars.

Biasanya Mars yang selalu bikin onar. Selalu memulai pertarungan. Apa Setyo menantangnya ?. Sebenarnya ini bukan tantangan Setyo pertama kalinya. Mereka bahkan sudah adu hantam 5 kali.

"Ini jam pelajaran jangan keluyuran !!"

Tegur Setyo dengan mata melotot dan tanganya yang masih mengepal erat.

Mars terkekeh. Ia membenarkan rambutnya dengan tangan kiri. Wajah nya mendatar sebelum melayangkan satu pukulan kuat.

Setyo memegangi pelipis nya yang mengeluarkan darah segar.

Sejujurnya Mars tidak sudi menyakiti guru. Tapi Setyo baginya bukanlah guru. Guru BK yang satu ini mendapati pikirannya yang sudah miring. 

"Anda nantang saya ?"

Mars membunyikan sendi - sendi pada jemarin - jemarinya. Menarik sedikit sudut bibirnya.

Sebelum ada ikan cupang dimulai. Walau keduanya sudah babak belur tapi tak ada yang mau mengalah.

Jujur saja Setyo memang sangat nekat. Tak peduli wajahnya yang hancur. Sepertinya otaknya yang miring merupakan hadiah untuk berbuat nekat kepada anak seperti Mars.

Mars sudah muak untuk meladeni orang ini. Rencananya adalah membuat orang ini kapok dan membuatnya berhenti berbuat onar.

Setyo tergeletak dilantai. Mars meremas sergam Setyo seraya memukuli wajahnya hingga kata 'ampun' dapat ditankap oleh kedua telinganya dengan jelas.

Telinganya belum mendapati apa - apa Pak Ahmad sudah melerai keduanya.

"Ada apa ini !!"

Bentak Pak Ahmad. Melirik kedua biang onar disekolah.

"Maaf pak, Mars tadi mukul saya. Sebagai guru BK yang benar saya ajarkan dia untuk berlaku sopan"

Mendengar ucapan itu sukses membuat Mars kembali melotot dengan tangan mengepal semakin keras.

Pak Ahmad mengeluarkan HP nya dari saku. Memiringkan HP nya sebelum flash berkedip dua kali.

Sudah pasti foto itu akan dikirim ke group sekolah.

Pak Ahmad berdecak kesal. 

"Kamu !. Kamu bukannya pelajaran saya !?"

"Iya"

Jawab Mars singkat memegangi dagunya yang terluka.

"Terus kenapa keluyuran disini !!"

"Bapak juga keluyuran disini"

Mendengar itu sukses mengundang tawa Pak Ahmad. Tak bisa dipungkiri. Anak ini memang benar - benar berani kepadanya. 

"Saya ketoilet !"

Jawab Pak Ahmad dengan jujurnya.

"Saya juga"

Kembali membuat Pak Ahmad tertawa dengan kekesalan. 

Pak Setyo berlalu. Melewati mereka berdua. Menyenggo pundak Mars dengan keras. Menandakan terompet pertempuran baru saja dimulai.

***

Oji tertawa dengan lantang.

"Lo gelut ama guru sendiri ?"

Oji hampir sama dengan Mars. Bedanya ia tak se-nekat Mars.

"Setyo bukan guru gue. Ke kantin kuy"

Mars menepuk pundak Oji. 

"Ikut lah !"

Panggil Aldo dari kejauhan. Sudah menjadi kebiasaan mereka pergi kekantin bersama diikuti ratusan bolas mata yang terus melirik lekat.

Mereka berempat begitu terkenal disekolah. Iya. Berempat. Reza salah satunya, namun ia tak berangkat hari ini dan 3 hari kedepan.

Ia di BK ketika ketahuan menusuk 1 siswa dengan senjata tajam. Beruntung siswa itu tak mati ditempat.

Mars memukul wajah salah satu siswa yang kini tengah asik memakan baksonya di meja yang biasa Mars tempati dengan kawan - kawannya.

Membuat siswa tersebut terjatuh dari kursi panjang  tanpa senderan itu.

Sukses menambah bola mata yang mengarah pada dirinya.

"Lo berani - beraninya duduk ditempat gue !"

Orang itu dengan cepat merunduk.

"Ampun bang.. Ampun..."

Ucapnya yang tak Mars hiraukan.

Mars langsung duduk pada tempat yang tadi diduduki anak kelas satu itu.

Diikuti dengan kedua temannya yang turut duduk didepannya.

Mars menyangga kepalanya dengan tangan di dagu. Mengerlingkan mata. Mengedarkan penglihatan dan memandang suasana yang begitu tak nyaman.

Ketika mata Mars bertemu dengan tatapan Ani yang sukses mematungkan mata Mars.

Sepertinya Ani juga terheran dengan kelakuan Mars.

Mars tersenyum manis seketika. memandangi Ani yang berdiri dengan mangkuk kosong ditangannya.

Ani yang menyadari tatapannya sudah terlalu lama langsung memutus tatapan dari Mars. Membuang muka sebelum akhirnya pergi bersama Caca dan Lita.

***

"Gue duluan ya An..."

Ucap Lita yang sudah siap berangkat diboncengan belakang motor Rendi.

"Lo yakin dijemput ?"

Tanya Lita merasa simpati pada temannya kali ini. Ia ingin sekali mengajak Ani. Namun apa daya, motor Rendi adalah motor cowok yang hanya muat 2 orang saja.

"Iyee..."

Ucap Ani meyakinkan mereka berdua. Ia melambaikan tanganya seperti mengusir mereka.

"Oke"

Jawab Lita membentuk huruf o dengan telunjuk beserta jempol.

Ani tersenyum. Mereka pergi dengan cepat membelah jalanan jakarta yang padat.

Ani mengangkat tangannya. Melihat jam tangan berwarna pink yang sudah menunjukan pukul 4 sore.

Ani mendengus kesal. Kenapa kakaknya belum juga menjemputnya.

Padahal ini sudah lewat 30 menit dari jam yang dijanjikan.

Ani menutup wajahnya dengan tangan seraya merunduk. Sampai kapan ia akan disini.

Sampai seseorang menjawilnya. Menampilkan uluran tangan dengan sebuah helm cokelat scoopie.

Mars membuka kaca helm nya.

"Jemputannya dimana mbak ?"

Tanya Mars tersenyum lebar.

"Mau naik nggak nih..?"

Tanya nya kembali.

Ani menghembuskan napasnya. Ia tak mempunyai pilihan lain. Mana rumah nya berjarak cukup jauh lagi dari sekolah.

Tak ada salahnya kan. Mars kan cuma mengantarkannya.

Motor besar Mars membelah jalanan macet. Bahkan mobil dibelakangnya membunyikan klakson untuk memperingati Mars yang begitu kencang.

Mereka sampai dirumah Ani. Ani berdiri didepan gerbang hitam rumahnya menatap Mars.

"Makasih ya..."

Ucap Ani.

Mars tersenyum. Ia tak dapat berkata - kata. Mendapat senyuman dari cewek bergingsul itu sudah sangat cukup baginya.

"Ani."

Panggil Aldo, kakak Ani.

"Maaf ya kakak lupa jemput.."

Aldo mengacak rambut Ani tanda sayang. Aldo melirik cowok yang masih didepan rumahnya dengan motor besar. Mereka saling bertatapan.

"Kamu masuk dulu gih. Kakak mau ngomong sama temen kamu"

Mendengar itu Ani langsung menurut. 


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login