Download App

Chapter 4: Papan Roh

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tubuhnya terasa dingin, tak peduli bagaimanapun ia berjuang ia tidak bisa bersembunyi. Tubuh pria yang menjeratnya itu sedingin es.

Panas, tatapan pria tersebut membuatnya nyaris terbakar. Kesadarannya mulai kabur, dan ia hanya memikirkan sepasang mata tersebut.

Ia benar-benar merasa kecanduan. 

"Shh…." 

Yu Dai tiba-tiba terbangun, lalu menggerakkan tubuhnya. Ia bisa merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya, seolah baru saja digigit oleh binatang buas.

Seluruh tubuhnya tiba-tiba menjadi kaku, dan segala macam hal membanjiri benaknya tadi malam.

Wajahnya menjadi semakin pucat, tangannya bergetar dan ia menutupi dirinya dengan selimut, lalu matanya menatap langit-langit.

Langit-langit!

Langit-langitnya terlihat polos tanpa dekorasi apapun. 

Ini merupakan apartemen yang disewanya! 

Yu Dai menahan rasa sakitnya dan membalikkan tubuhnya. Ia lalu melihat sekeliling, dan merasa lega ketika melihat perabotan di dalam kamarnya, tetapi ia juga merasa agak gelisah. 

Ia mengangkat selimutnya yang tipis, lalu menyadari bahwa ia tidak memakai apapun. Kulitnya yang putih dan lembut dipenuhi dengan lebam yang terlihat menakutkan. Tetapi kelihatannya masih bisa dibersihkan.

Kulitnya lembut dan mudah memerah. 

Tetapi kali ini ia benar-benar merasa kesakitan.

Saat Yu Dai memperhatikan tubuhnya, ia merasa panik dan marah. Rasa takutnya menghilang dan ia hanya terdiam.

Ia duduk di atas tempat tidur, kepalanya pun menunduk dan rambut panjangnya yang berantakan, terlihat menutupi wajahnya. Di punggungnya ada tanda yang menambah keindahan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Sinar matahari yang berada di luar jendela bersinar terang. Kamarnya menjadi terang benderang karena terobosan cahaya melalui tirai ungu. Ada seberkas cahaya menyilaukan di bawah tirai. 

Suhu tertinggi di Kota Hua pada bulan Juni sudah mendekati tiga puluh derajat. Kalau sudah begitu, kamarnya akan terasa panas. 

Akan tetapi, kamarnya masih terasa sedikit dingin. 

Yu Dai tidak yakin apakah ia hanya berhalusinasi atau tidak.

Ia nyaris beranjak dari tempat tidur dengan keadaan terlanjang. Ia hampir terjatuh tapi ia dengan sigap tangannya menahan di tempat tidur.

Wajah Yu Dai berubah menjadi suram, kemudian ia pergi ke kamar mandi dengan gigi yang gemeretak dan kaki yang gemetaran. 

Satu jam kemudian, Yu Dai yang mengenakan jubah mandi dan keluar dengan langkah yang pasti serta penampilan yang nyaman. Lebam yang ada di kulitnya tidak terlihat sama sekali.

Hal ini tidak begitu berbeda dengan biasanya, kecuali ia terlihat kesal saat menggerakkan alisnya.

Ia kemudian kembali ke kamar dan mengeringkan rambutnya. Lalu Yu Dai mengganti bajunya kemudian membuka tirai dan sinar matahari pun masuk. 

Ketika ia berdiri di depan jendela, Yu Dai merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya. 

Lalu ia menghela nafas dan kerutan di dahinya pun melonggar. 

Tadi malam.... ujung jarinya sedikit bergetar saat memikirkan apa yang terjadi tadi malam. Ia ingin melupakannya untuk selamanya. 

Ketika udara terasa panas, Yu Dai pun pada akhirnya meninggalkan jendela. 

Lalu ia menemukan tasnya di kaki tempat tidur, kemudian ia mengeluarkan HP nya. 

Setelah ia membuka HP nya, ia mendapatkan lima belas panggilan tak terjawab dan sepuluh pesan teks.

Semua panggilan telepon tersebut berasal dari teman baiknya, Mimi. Sedangkan pesan teksnya, ada juga yang dari Mimi, dan dua pesan teks lainnya dari Zhao Kexing dan Lu Ziyan. 

Ia menghapus pesan teks dari Zhao Kexing dan Lu Ziyan tanpa membacanya, lalu menghubungi Mimi. 

Kemudian ia menuju ke ruang tamu sambil menelepon.

Rumah yang disewanya memiliki satu kamar, satu ruang tamu, dan satu kamar mandi. Luasnya sebesar tujuh puluh meter, dan sangat nyaman untuk ditinggali satu orang. 

Tiba-tiba terdengar suara bel, lalu suara Mimi yang nyaring terdengar. Nada bicaranya terdengar tergesa-gesa dan khawatir, tidak seperti yang biasanya.

"Dai Dai, apakah kamu baik-baik saja? Aku menelponmu tadi malam, tetapi kamu tidak menjawabnya, jadi aku khawatir denganmu."

"Apakah kamu tahu jika Zhao Kexing dan Lu Ziyan bersama?" 

Mimi tahu bahwa Yu Dai secara khusus menemui pacar dan temannya di restoran kemarin, dan ia juga tahu bahwa Yu Dai kemarin bersiap-siap untuk menemui Zhao Kexing. Biasanya, ia tidak akan repot-repot untuk menghubungi Yu Dai, tetapi Mimi tahu bahwa segalanya telah berubah.

"Iya, mereka melakukan sesuatu di situs pertemanan." Mimi merasa agak tidak tenang, ia sebenarnya ingin memarahi kedua orang tersebut di depan Yu Dai, tetapi ia takut akan melukai hati Yu Dai. "Dai Dai, kamu tidak perlu bersedih…." Ucap Mimi dengan hati-hati.

"Aku tidak merasa sedih." Kata Yu Dai lalu berkata dengan perlahan. "Lebih baik aku mengetahui wajah mereka yang sebenarnya. Dulu aku terlalu bodoh untuk menyadarinya, kamu lebih pintar daripada aku."

Dulu, Mimi mengatakan bahwa penampilan Lu Ziyan terlihat berbeda dengan kepribadiannya, tetapi Yu Dai tidak mempedulikannya. Ia masih merasa marah dengan Ziyan atas kejadian yang terjadi pada saat ulang tahunnya yang ke-lima belas. 

Sekarang ia berpikir bahwa kejadian yang sebenarnya pernah terjadi bukanlah suatu kecelakaan. 

Ia sama sekali tidak mengenali Lu Ziyan, atau ia memang berpura-pura baik di depan Yu Dai. 

"Itu karena kamu masih peduli dengan temanmu, bukannya karena bodoh. Mereka keterlaluan! Kamu bersikap begitu baik pada mereka, tetapi mereka tidak menghargainya!" Mimi duduk di atas sofa sambil memegang pisau buah, lalu ia menusuk-nusuk kulit jeruk sambil memikirkan bahwa kulit jeruk tersebut sebagai Lu Ziyan dan Zhao Kexing. 

"Apakah kamu marah?" Ketika Yu Dai mendengarkan nada berbicara Mimi, ia bisa menebak ekspresi Mimi. Hatinya pun merasa hangat dan ia berkata sambil tersenyum. "Jangan marah, kemarin aku menyiram mereka dengan wine, dan membuat mereka kehilangan muka di depan publik."

"Dai Dai! Kamu benar-benar hebat!" Mimi berseru dengan kegirangan. "Sudah seharusnya kamu melakukannya. Lain kali kalau kamu bertemu mereka, kamu harus menghadapi mereka!"

Yu Dai kemudian berkata sambil tersenyum. "Baiklah. Aku juga sudah memperingatkan mereka."

Yu Dai berjalan dengan perlahan ketika ia hendak pergi menuju ke ruang tamu. 

Ketika ia memasuki ruang tamu, ada hawa sejuk yang samar-samar terasa. Dalam cuaca sepanas ini, suhu yang sejuk membuat orang merasa nyaman, tetapi Yu Dai justru merasa kalau hal tersebut terasa menyeramkan. 

Kesejukan ini terasa sangat akrab. Hawa sejuk ini yang telah menjeratnya sepanjang malam. 

Ia seolah berada di dalam suatu daya tarik, matanya langsung tertuju pada meja teh yang berada di depan sofa, dan ada sesuatu di atasnya. 

Barang itu tampak gelap dan mengkilap. Barang itu berupa papan kayu berukuran sebesar telapak tangan, ada kata-kata yang tertulis di atas papan kayu itu.

Cahaya yang berada di dalam kamar terang, sehingga Yu Dai bisa melihat dengan jelas tulisan tersebut.

——Terdapat rohnya Lan Qingling. 

"Aku adalah Lan Qingling."

Suara yang rendah dan dingin tersebut masih berbisik di telinganya, ingatannya tentang tadi malam masih ia ingat dengan jelas. Yu Dai pun menjadi mati rasa dan bingung. 

"Dai Dai, Dai Dai! Mengapa kamu diam?" Suara Mimi terdengar dari seberang telepon.

"Mimi, aku akan menghubungimu lagi nant." Kata Yu Dai lalu menutup telepon. 

Sinar matahari yang berada di luar jendela terasa hangat, tetapi Yu Dai merasa kedinginan. 

Sinar matahari itu menyinari sofa dan meja kopi.

Hantu tidak bisa melihat sinar matahari, itulah hal yang diketahui oleh anak-anak——Tentu saja, tidak ada siapapun yang mengetahui apakah pernyataan itu benar atau tidak. 

Sekalipun alam sadarnya mengatakan bahwa jalan yang terbaik adalah keluar dari sini, tetapi Yu Dai sepertinya masih ingin tetap tinggal di tempat ini dan tidak berjalan selangkah pun. 

Ia hanya menatap posisi roh tersebut dengan tatapan khawatir. 

Cahaya dan bayangannya pun bergerak, dan sinar matahari hampir mengarah pada posisi di mana roh tersebut berada.

Yu Dai melihatnya, sisi kiri dari roh tersebut tampak terbakar dan ada asap yang terlihat samar-samar. 

Tiba-tiba Yu Dai bergerak, ia tidak tahu apa yang ia pikirkan. Kemudian ia berlari ke arah jendela dan menarik tirai. Lalu yang terlihat hanyalah bayangan di dalam kamar. 

Ia memegang tirai dengan linglung, lalu ekspresi wajahnya terlihat jengkel. 

Lalu tiba-tiba ada lengan yang dingin melingkari pinggangnya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login