Mirielle International Hospital adalah salah satu Rumah Sakit yang terbesar di pusat kota. Merupakan rumah sakit yang dibangun oleh yayasan amal milik salah satu pengusaha ternama di negeri itu. Tak hanya sebagai bentuk amal, Mirielle berkembang pesat sebagai rumah sakit dengan standart international yang menampung banyak pasien dari kalangan elit. Pasien VIP akan berada di sayap kanan dan pasien biasa di sayap kiri bangunan tempat Felicia bekerja. Terpisah oleh sebuah taman luas dengan danau buatan di tengahnya.
Deruan motor Kaisar masuk ke dalam pekarangan rumah sakit. Untunglah Kaisar memakai helm racing sehingga wajah tampannya tak terlihat. Kalau tidak, seisi rumah sakit pasti akan muncul gosip sumbang tentang Felicia yang menggandeng pria lain padahal hampir menikah dengan pria sesempurna Reyhan.
Kaisar menatap Rumah sakit tempat Felicia bekerja. Gedungnya sangat besar dan indah. Penuh dengan taman hijau yang asri. Kaisar melihat ke sekeliling sebelum kembali menghidupkan mesin motor.
"Gila, elo mau bunuh gue ya?," ucap Felicia sembari merapikan rambutnya yang kusut. Kaisar mengebut dengan motor dua silindernya. Rambut Felicia yang telah tersisir rapi pun menjadi berantakan. Untung saja rambutnya bukanlah tipe rambut kering yang akan nge-frizz bila tertiup badai dan susah diatur. Detak jantung Felicia juga terus berdebar hebat karena takut terjatuh atau menabrak, Felicia sungguh kesal dengan Kaisar pagi ini karena mengebut dan membuatnya terpaksa menyabuk erat pada pinggang Kaisar.
"Telepon gue kalau butuh bantuan! Dan ... jangan mabuk lagi!" Kaisar menutup helm racing dan melesat pergi tanpa menunggu jawaban Felicia.
Felicia mendengus kesal, "dasar cowok gila!! Kelakuannya ababil banget! Kadang bikin gue salting, kadang bikin gue sinting!"
Merasa tak punya waktu untuk mengerutuki Kaisar, Felicia bergegas masuk ke dalam gedung Rumah Sakit untuk bekerja. Bisa gawat kalau ia terlambat lagi hari ini. Bisa dipecat besok.
Di atas gedung bertingkat tinggi, tempat sebuah papan nama bertuliskan presiden direktur, sepasang mata mengamati motor Kaisar saat meninggalkan area rumah sakit.
"Kai?"
*******
.
.
.
Beberapa jam kemudian di proyek pembangunan rumah Reyhan dan Fiona.
Siang yang cukup terik, Kaisar mengusap lelehan keringat yang menetes deras dengan kaos kumalnya. Rasa panas membuatnya sedikit kelelahan, tangannya juga kebas karena semalaman ia harus menanggung beban kepala Felicia yang tertidur di lengannya.
"Hei, kamu!" Seorang perempuan memanggil Kaisar. Kaisar menoleh, ia melihat Fiona sedang menatap dirinya dengan penuh rasa ingin tahu. Kaisar sontak mengalihkan tatapan matanya menghindar, ia takut Fiona tahu hubungannya dengan Felicia.
"Ya, Mbak?" Kaisar bertanya singkat.
"Kamu beneran petinju itu kan? Yang sering main di atas ring club milik Vincent?" Fiona berdiri di depan Kaisar, mendengar nama Vincent membuat Kaisar menoleh pada gadis itu. Fiona terlihat senang karena Kaisar merespon, ternyata ia tak salah tebak. Petinju yang ia lihat di laptop saat Boy menontonnya adalah Kaisar, kuli bangunan yang bekerja di rumah calon suaminya.
"Mbak kenal sama Vincent?" Kaisar mengorek informasi.
"Iya, kenal. Cuma kenal doang sih. Dia boss-nya ..." Fiona berhenti ... ia tak mungkin mengatakan pada Kaisar kalau kekasih gelapnya bekerja juga di club itu sebagai anak buah Vincent.
"Ada apa, Beb?" tanya Reyhan yang menyusul kekasihnya.
"E ... enggak, Kak Rey. Cuma nanya sama Kaisar. Kok dia mirip sama petinju yang kemarin Fio lihat di youtupe." Fiona mengelak.
"Tinju? Kamu lihat tinju? Sejak kapan kamu suka tinju, Fio?" Reyhan mengerutkan keningnya dan membuat Fiona semakin gelagapan.
"Kan sudah Fiona bilang, Kak Rey! Fio nggak sengaja lihat pas lagi lihat halaman feed. Ck ...udah ah. Ayo jalan, katanya mau lihat pakaian pengantin ke bridal lain?!" Fiona mengalihkan pembicaraan dan mendahului Reyhan berjalan.
Reyhan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dan menyelipkannya di kantong kaos Kaisar. "Buat beli rokok, bagi sama semua temanmu, ya!" Reyhan mengusapkan tangannya yang kotor ke pakaian Kaisar. Reyhan lalu merangkul mesra Fiona, mereka bercanda sampai masuk ke dalam mobil.
Kaisar hanya diam, ia benar-benar muak melihat kemesraan pasangan itu. Mereka berbahagia di atas penderitaan orang lain.
Tapi dibandingkan sumpah serapah, Kaisar justru jauh lebih penasaran dengan sosok Fiona. Bagaimana gadis baik-baik sepertinya bisa mengenal Vincent?
.
.
.
Reyhan menggandeng masuk Fiona ke sebuah bridal terbaik di kota mereka. Selepas kemarin tidak ada yang menarik hati seorang Fiona Atmadja, terpaksa Reyhan mencarikan rumah mode yang membuat gaun yang lebih indah dan mewah. Kebetulan perancang busana mereka baru saja pulang dari Paris untuk mengerjakan pesanan dari klient VIP. Mungkin Reyhan dan juga Fiona akan berkesempatan melihat-lihat rancangan gaunnya.
"Wah, rumah mode ini jauh lebih mewah dari yang kemarin, Kak Rey." Fiona terngaga, banyak sekali gaun indah yang di pamerkan di sana.
"Pilihlah yang kamu suka." Reyhan tersenyum. Senang melihat raut sumringah melekat di wajah kekasihnya.
"Serius, Kak Rey?"
"Iya, aku akan mewujudkan dream wedding impian kamu, Fio." Reyhan merangkul pinggang langsing Fiona. Fiona pun langsung beranjak untuk mengitari bridal. Ia melihat ratusan gaun dengan berbagai model dan juga harga. Dereta gaun itu berharga fantastis, baik sewa mau pun bila Fiona ingin membelinya.
"Ada yang kamu sukai?" Reyhan bertanya, Fiona sudah satu jam berputar putar di rumah mode dan belum menentukan pilihannya.
"Fiona tak mau memakai gaun yang pernah dan akan di pakai pengantin lain, Kak Rey." Pinta Fiona manja, ia tak mau menyewa gaun, tapi ingin membelinya.
"Apa Nona ingin gaun rancangan khusus? Perancang kami baru saja kembali dari Paris. Apa nona ingin berkonsultasi dengannya?" tanya pramuniaga di bridal itu.
"Mau!!" seru Fiona senang.
"Kebetulan beliau ada di dalam, sedang membuat gaun pesanan Nona Hera."
"Siapa Hera?" Fiona berbisik pada Reyhan, sampai designernya turun tangan sendiri untuk mengerjakan gaun pesanan sang VIP.
"Hera… hm … apa kamu ingat pria sakit di dalam koran yang aku ceritakan kemarin?" Reyhan mengulik ingatan Fiona.
"Yang Kak Rey bilang di sangat kaya?" Fiona menyentuh dagunya.
"Benar. Hera adalah cucu pertamanya," jawab Reyhan.
"Wah!!! Benarkah?! Jadi kalau Fio memakai gaun rancangan designer ini, maka Fiona akan semakin terkenal dikalangan atas." Fiona menatap kagum, ia pun tak sabar lagi untuk menemui designer dan mengenakan gaun rancangannya.
Setibanya di rumah produksi. Mata Fiona menjadi cemerlang, ia melihat sebuah gaun setengah jadi yang di pajang tepat di tengah ruangan. Begitu cantik, mewah, elegan, dan wah .... Tak ada lagi yang bisa Fiona katakan untuk menggambarkan betapa indahnya gaun model mermaid itu. Padahal belum semua hiasannya selesai di tempelkan.
"Mademoiselle, welcome to my sanctuary." Sapanya dengan sopan.
"Aku mau gaun itu!! Berikan padaku!!" Fiona menunjuk gaun milik Hera. Semua mata langsung menatap ke arah Fiona. Apa mereka tidak salah dengar? Fiona meminta gaun milik Hera? Apa dia ingin menantang Hera?? Lagi pula, apa Fiona tahu berapa harga gaun indah ini?
"Tapi, Madam," pramuniaga berniat mencegah niat Fiona. Tapi Fiona menaruh jari telunjuknya di depan bibir.
"Ssshh!!! Pokoknya aku mau gaun itu untuk pesta pernikahanku, berapa pun harganya!" Desak Fiona.
"Fiona!!" Reyhan melongo, tak percaya dengan permintaan Fiona.
********