Download App
Sudah Publish (Solo vs. Squad) Sang Dewa Game Sudah Publish (Solo vs. Squad) Sang Dewa Game original

Sudah Publish (Solo vs. Squad) Sang Dewa Game

Author: Jajaka

© WebNovel

Chapter 1: Bab 45: Keganasan Satria

"Keparat!" gerutu pemimpin pasukan yang langsung berdiri di tunggangannya.

Pemimpin pasukan terlihat menghunuskan pedangnya serta mengambil ancang-ancang untuk menebaskan pedangnya. Sementara itu pasukan demi human lainnya segera menyingkir dari dekat Satria yang mulai mengangkat pedangnya.

"Thunder slash!" teriak pemimpin pasukan demi human seraya menebaskan pedangnya yang diselimuti oleh petir.

"Thunder slash!" teriak Satria sambil menebaskan pedangnya yang memancarkan cahaya gradasi berwarna biru petir.

Kedua tebasan jarak jauh langsung beradu satu sama lain sampai menimbulkan dentuman keras. Tanah di sekitar benturan langsung berhamburan ke udara. Tapi tebasan Satria nyatanya lebih kuat dan tidak bisa ditahan begitu saja karena masih melesat menuju pemimpin pasukan lawan. Pemimpin pasukan tersebut langsung melompat menghindari tebasan Satria.

'Sret'

Tebasan Satria akhirnya membelah dua tunggangan milik pemimpin pasukan. Setelah itu Satria langsung melompat menuju pemimpin pasukan sembari menebaskan pedangnya mengincar leher. Tapi pemimpin pasukan langsung menangkisnya dengan pedang miliknya. Percikan api terlihat muncul saat bilah pedang mereka beradu.

"Jangan diam saja! bantu aku!" bentak pemimpin pasukan saat melihat para pasukannya malah terdiam mematung menyaksikannya diserang Satria.

"Fire punch!" teriak fighter sambil menghantamkan tinjunya yang diselimuti api menghantam armor punggung Satria.

"Fire spear!" ucap wizard yang langsung menggunakan sihir apinya mengincar tubuh Satria.

'Bhoomrr'

Suara dentuman terdengar, pemimpin pasukan lawan langsung melompat mundur. Satria yang baik-baik saja langsung menebaskan pedangnya sampai menebas tubuh demi human fighter yang mendekatinya hingga tewas. Melihat hal itu tentunya membuat semua fighter dan prajurit lainnya semakin ketakutan.

"Triple slash!" teriak pemimpin pasukan sembari menebaskan pedangnya ke arah Satria. Tiga tekanan udara langsung melesat menuju Satria, tapi dengan mudah Satria menebaskan pedangnya menghancurkan skill pedang dari pemimpin pasukan yang mengarah kepadanya.

"Jadi mereka hanya dipimpin keroco berlevel tiga puluhan ya. Benar-benar menyedihkan, bahkan para prajurit yang dipimpinnya paling tinggi juga berlevel tiga puluhan," ujar Satria sambil memainkan pedang di tangan kanannya.

"Jangan bercanda kau! Nanti kau sendiri yang akan menyesal!" teriak pemimpin pasukan demi human seraya melompat dan menebaskan pedangnya ke tubuh Satria.

'Trang'

'Tring'

Suara dentingan senjata terdengar, pedang pemimpin pasukan yang melesat hanya dihalau oleh tangan Satria yang memakai sarung tangan berwarna hitam. Saat itu juga Satria mematahkan pedang pemimpin musuh tersebut dengan mudahnya sampai hancur menjadi dua. Melihat hal itu para prajurit demi human tidak menunggu lama lagi. Barisan paling belakang mereka langsung tercerai berai berlarian kembali ke arah Kota Lunar.

"Serang dia! Semua pasukan serang dia bersamaan!" teriak pemimpin pasukan. Tapi tidak ada yang berani bergerak maju.

"Hoi! Aku pemimpin kalian!" teriak pemimpin pasukan.

"Kelihatannya mereka sudah muak denganmu. Satu hal yang bisa aku pastikan saat ini adalah tindakan kalian berada di jalur yang salah. Dengan alasan apapun menyerang negeri orang lain terlebih tanpa deklarasi perang secara formal adalah tindakan yang salah. Siapapun itu baik manusia atau demi human atau ras lainnya harusnya berdiskusi lebih dulu jika ada masalah dengan kerajaan lain," ucap Satria sambil mencengkram leher pemimpin pasukan.

"Heu..kh," pekik pemimpin pasukan sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Satria di lehernya.

"Lalu kesalahan terbesar kalian malam ini adalah menyerang desa-desa tempat rakyat kecil tidak bersalah bermukim. Aku sudah dengar kalau alasan kalian datang kemari karena ingin membalas perlakuan Kerajaan Luxurie kepada para demi human. Tapi rakyat kecil yang tinggal di desa-desa yang kalian serang sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal tersebut!" tegas Satria.

'Krek'

Suara tulang yang patah terdengar nyaring bersamaan dengan pemimpin pasukan demi human yang memuntahkan darah dari mulutnya. Lehernya terlihat begitu lemas dan terkulai tak bernyawa. Melihat hal itu sontak semua prajurti demi human berhamburan kabur dari medan pedang. Para prajurit lawan yang berhadapan dengan Alexa juga berniat kabur namun langsung dihajar habis-habisan oleh Alexa.

"Maju kalian!" teriak para warga desa yang berniat mengejar para demi human yang menyerang, tapi Foxi segera menahannya. Sementara itu Satria hanya menatap para demi human yang lari dari tempatnya berdiri. Tubuh pemimpin pasukan lawan langsung dilemparkan oleh Satria ke tanah.

"Malang sekali. Para prajurit yang hanya menjadi alat pembantaian orang-orang tidak bersalah sudah sepatutnya dihabisi. Apapun tujuan mereka, apapun alasan mereka, menghabisi orang-orang yang tidak bersalah adalah kejahatan besar yang tidak bisa dimaafkan. Seharusnya mereka bisa memikirkannya baik-baik sebelum mengikuti perintah pemimpin mereka," tutur Satria seraya mengangkat pedangnya ke atas.

"Satria," ujar Alexa yang langsung mendekat seolah masih ingin meyakinkan bahwa yang dilihatnya itu adalah Satria atau bukan.

"Mundurlah Alexa," kata Satria sembari mengambil ancang-ancang untuk mengayunkan pedangnya. Mendengar hal itu Alexa langsung mundur lagi.

"Dimensional.." ucap Satria. Mendadak tanah yang dipijak oleh mereka bergetar lagi. Warga desa langsung tiarap ke tanah saking kuatnya getaran tanah. Pedang hitam Satria langsung diselimuti oleh gradasi cahaya berwarna hitam gelap layaknya api dan petir hitam.

"Slash!" sambung Satria seraya menebaskan pedangnya secara diagonal mengarah kepada para prajurit demi human yang melarikan diri.

'Wwrrrr'

'Bhhooommmrrrr'

'Ggggrrrrr'

Suara deru angin langsung bergemuruh seiring dengan melesatnya tebasan berwarna hitam menuju ke arah para demi human yang lari pontang panting. Tak lama kemudian terdengar suara dentuman dahsyat di kejauhan bersamaan dengan tanah yang berguncang lagi serta tiupan angin yang berhembus kencang.

Jeritan para demi human terdengar saling bersahutan, tubuh mereka terlihat berhamburan ke udara bersama dengan bongkahan-bongkahan tanah yang akhirnya melebur menjadi debu. Para warga hanya bisa diam terbelalak melihat kejadian tersebut. Lambat laun angin yang menerpa terasa mulai pelan bersamaan dengan getaran tanah yang mulai mereda. Di kejauhan hanya terlihat debu yang membumbung tinggi ke udara. Sebagian demi human terlihat berhasil selamat dan terus berlari tanpa menoleh lagi ke belakang sedikitpun.

Kali ini dengan mata kepalanya sendiri Alexa sangat yakin kalau yang menggunakan skill swordman tingkat tinggi tadi juga adalah Satria. Sambil berlutut dan memegang pedangnya yang ditancapkan ke dalam tanah Alexa terus menatap Satria dari belakang dengan pandangan bingung, heran yang campur aduk. Baru kali ini dia melihat ada seorang priest yang bisa menggunakan skill seorang swordman dengan level 70.

"Dahsyat sekali," ujar Foxi sambil menatap Satria yang memutarkan pedang di tangannya.

"Tidak salah lagi, skill tadi juga Satria yang menggunakannya," batin Alexa sambil bangkit setelah getaran tanah reda sepenuhnya. Semua warga desa juga ikut bangkit di belakang Foxi.

"Tuan, sebaiknya kita bawa semua barang-barang musuh itu ke desa untuk berjaga-jaga. Aku yakin musuh tidak akan tinggal diam saat mendengar laporan kalau satu desa tidak bisa mereka kuasai," ucap Satria seraya menatap Foxi. Sontak saja Foxi kaget bukan main karena dia tidak menyangka jika Satria adalah orang yang mengamuk di barisan pasukan musuh tersebut.

"Ba-baik. Ayo semuanya! Bawa semua senjata dan perlengkapan mereka!" perintah Foxi kepada para pria warga Desa Whis. Mereka langsung bersorak gembira dan berlarian untuk memungut semua senjata, armor dan barang-barang yang dibawa para demi human. Semuanya langsung sibuk tanpa ada yang peduli siapa pria yang memakai plot armor hitam tersebut.

"Satria. Apakah itu kamu?" tanya Alexa.

"Ya," jawab Satria sambil menatap Alexa. Perlahan Satria mengakses slot tas miliknya lalu mengeluarkan masker hitam yang kemudian langsung dia pakai untuk menyamarkan wajahnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa seorang priest sepertimu bisa menggunakan skill seorang swordman? Terlebih itu adalah skill paling tinggi yang aku tahu sejauh ini," tanya Alexa yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Jadi anda memang nak Satria?" timpal Foxi yang terlihat masih tidak percaya.

"Iya tuan. Sementara itu aku akan menjawab pertanyaanmu nanti Alexa. Saat ini ada hal genting yang harus kita selesaikan terlebih dahulu. Tapi aku ingin kalian berdua merahasiakan identitasku dari para warga desa," jawab Satria sambil memasukan Dreamer's Weapon miliknya ke dalam slot tas dan diganti oleh pedang kualitas SSR lainnya.

"Saya berjanji akan merahasiakanya. Tanpa bantuanmu desa kami pasti sudah hancur lebur diserang para demi human itu," tukas Foxi dengan cepat.

"Aku juga tidak akan mengatakannya kepada siapapun, tapi kau harus menjelaskannya nanti," timpal Alexa.

"Kalian boleh bercerita kepada Nekora, Trixi, Lixia dan Miria serta ibu Trixi saja. Sisanya biarkan saja, malam ini para pria warga desa harus bergantian untuk berjaga. Sementara anak-anak dan wanita bisa tidur di rumahnya masing-masing. Tuan Foxi nanti akan membagikan tugas kepada para warga untuk menjaga beberapa titik," tutur Satria.

"Tentu saja, saya sudah merencanakan hal tersebut. Tapi jujur saja aku tidak menyangka jika Kota Lunar akan dapat dikuasai dalam sekejap," kata Foxi.

"Sebenarnya mungkin bukan berarti Kota Lunar sudah dikuasai sepenuhnya. Aku yakin Kerajaan Grimer melakukan trik kotor untuk meredam perlawanan para petualang di Kota Lunar. Sementara itu mereka juga mengirimkan pasukan lain untuk menaklukan desa-desa di sekitar kota. Kemungkinan mereka berniat menjadikan desa-desa ini sebagai benteng mereka," jelas Satria.

Pembicaraan mereka terpotong saat semua warga desa yang memungut perlengkapan sudah selesai dan melapor kepada Foxi. Mereka akhirnya langsung kembali ke desa untuk melakukan rencana selanjutnya sesuai yang dikatakan Satria tadi. Kini di sana hanya ada Alexa dan Satria saja. Setelah cukup hening Alexa kembali menatap Satria seolah menagih penjelasan darinya.

"Maafkan aku jika selama ini mencoba menutupinya, tapi itu juga aku pikir tidak terlalu penting karena kau juga tidak menanyakannya kepadaku. Aku memang sudah mencapai level maksimal sebelum datang ke dunia ini," jelas Satria.

"Aku mengerti masalah itu karena sebagai swordman aku juga tahu kalau dimensional slash adalah salah satu skill tingkat tinggi yang hanya bisa digunakan oleh player level 70. Tapi yang jadi pertanyaanku adalah mengapa seorang priest sepertimu bisa menggunakannya?" tanya Alexa dengan disertai tatapan tajam. Satria terlihat menghela nafas dalam sebelum memberikan jawabannya.

"Mungkin di dunia ini kamu adalah orang pertama yang akan aku beritahu. Aku memiliki skill khusus yang disebut multiple job. Aku bisa menggunakan semua job yang ada di dalam game Mythical World RPG secara sempurna. Itulah alasan mengapa aku bisa merubah job classku," jawab Satria.

"Multiple job. Tunggu, aku pernah mendengar desas desus di internet kalau ada satu player level maksimal yang dianggap cheater karena bisa menggunakan skill dari job class lainnya. Jangan-jangan kamu.." tukas Alexa dengan raut wajah kaget.

"Ya. Aku adalah Loner King. Jika kamu tahu desas-desus tersebut itu artinya kau bukanlah orang biasa di dunia nyata, sebab setahuku semua desas desus buruk tentang game Mythical World RPG akan langsung di takedown oleh developer," kata Satria yang balas menatap tajam Alexa.

"Pekerjaanku di dunia nyata adalah seorang programmer, aku bisa dengan mudah mengakses informasi seperti itu yang memang tidak akan bisa dicari oleh orang biasa," jawab Alexa.

"Aku harap untuk masalah ini kamu tidak mengatakannya kepada siapapun. Sebab jika ada yang tahu kalau aku Loner King maka masalah yang timbul akan lebih serius, terlebih kita saat ini masih belum tahu tentang semua sistem dari dunia ini. Cara menggunakan skill ultimate saja aku belum mengetahuinya, karena itulah sebisa mungkin aku tidak mau menarik perhatian," tutur Satria.

"Aku mengerti. Aku pasti akan merahasiakannya," jawab Alexa sambil tersenyum.

"Sebaiknya kita juga segera menuju ke desa untuk melanjutkan siasat dan langkah berikutnya yang akan kita ambil," ucap Satria seraya berjalan menuju ke desa.

"Langkah selanjutnya, maksudmu kau berniat menyerang Kota Lunar?" tanya Alexa dengan nada kaget.

"Tergantung situasinya. Aku ingin tahu lebih dulu keadaan di Kota Lunar dan juga langkah yang akan diambil oleh Kerajaan Luxurie terhadap penyerangan ini. Jika Kerajaan Luxurie mengambil tindakan untuk merebut kembali kotanya maka itu akan memudahkanku, tapi andaikan Kerajaan Luxurie tidak mampu merebut kembali Kota Lunar maka aku akan melakukannya sendiri," tegas Satria.

"Eh? Kenapa kau terlihat bersikeras seperti itu? Bukankah kau bilang tidak ingin menarik perhatian orang-orang?" tanya Alexa lagi.

"Aku bisa menyusun rencana untuk mengambil kembali Kota Lunar tanpa ada yang tahu kalau aku adalah Satria atau Loner King. Yang jelas aku tidak akan menyerahkan Kota Lunar begitu saja, aku tidak mau rencana bisnisku hancur begitu saja," jawab Satria.

"Bukankah jika berbisnis kamu bisa pindah ke kota lain, atau langsung di Ibukota misalnya," tukas Alexa sambil tertawa kecil.

"Itu artinya perjuangan dan uang yang aku habiskan di Kota Lunar akan sirna begitu saja. aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, perjuangan tetap harus dilanjutkan tanpa memandang keadaan. Aku tidak mau perjuanganku sia-sia, aku tidak mau mengalah begitu saja. Aku bukanlah tipe orang yang melupakan keburukan orang lain kepadaku begitu saja, aku akan memberikan orang-orang yang mengganggu rencanaku itu sebuah pelajaran yang akan selalu mereka ingat!" tegas Satria dengan berapi-api.

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login