Malam yang cerah dihiasi oleh bulan purnama, bintang bintang bertaburan juga mempercantik suasana. Seorang gadis kumuh namun memiliki mata yang hidup, seorang pria yang mengerutkan keningnya, dan seorang pria lain yang tampak tidak memikirkan apa apa, berbaring melingkar di atas bebatuan.
Mata gadis kumuh dan kedua temannya itu lurus menatap bintang-bintang yang bertaburan di atas sana. Salah satu cahaya menarik yang bisa mereka lihat selain luasnya hutan hujan tropis tempat mereka tinggal.
"Apakah kalian pernah penasaran, apa sebenarnya benda benda bercahaya di atas sana?" tanya George yang selalu ingin tau.
"Tidak" jawab Versace dengan mata hidupnya yang percaya diri "Karena aku sudah tahu apa itu"
George terpana "Benarkah? Apa itu?"
"Itu adalah kunang kunang" Versace tersenyum kagum "kunang kunang yang menyangkut di benda hitam itu"
"Hm... Ce, Menurut mu apa itu?" tanya George kepada Ce.
"Seseorang pernah bilang padaku.." wajah Ce terlihat sedih "Ibumu yang sudah mati, tinggal di atas sana dan bisa melihat mu dibawah sini"
"Apa?.." Versace terkekeh "Jadi menurutmu Ibu pindah keatas sana dan melihat kita terkurung dibawah sini tanpa ingin menolong?" Versace dan George tertawa renyah. Begitu pula dengan Ce, meski tampak sungkan, mau tak mau ia menertawakan dirinya "Terdengar lucu bukan"
"Sangat lucu" mereka tertawa bersama sama.
"Hm... Ngomong-ngomong, Siapa yang memberitahumu tentang itu" tanya George lagi "Bukannya sejak dulu kamu tidak bertemu seorangpun selain kami"
Ce tampak bingung
"Mungkin seseorang dari atas sana pernah berbicara padanya" kekeh Versace lagi
"Aku tidak tahu" jawab Ce bimbang "Aku hanya berpikir seperti itu"
"Benarkah?? " lirih George.
Setelah itu, mereka semua diam, sibuk dengan pikirannya masing masing.
Ce mencoba merenung, apakah ada ingatan lain sedalam ingatan ketika seorang ibu yang merawat mereka meninggal dunia? Mereka bahkan tidak tahu apakah mereka sedang terkurung atau apakah dunia memang hanya sesempit itu. Versace juga teringat bagaimana ia menangis saat ditinggalkan ibu, dan juga bagaimana Ce mengajak mereka bertahan hidup tanpa ibunya. Ingatan-ingatan itu membuat mereka gundah dan mengantuk, dan akhirnya mereka tertidur pulas.
Beberapa tahun yang lalu, seorang wanita bersama seorang bayi dan janin diperutnya, diasingkan di sebuah hutan oleh pria kejam yang tak berperikemanusiaan. Ia mengasingkan Melisa ditengah hutan yang Melisa pun tak tahu dimana. Saat itu Melisa sedang dalam keadaan pingsan, ketika ia bangun, ia hanya mendapati seorang bayi tak dikenal ada disampingnya. Bayi itu berusia sekitar 9 bulan, Melisa mengambil bayi itu dan melihat sebuah kalung dengan huruf C di lehernya. Sejak saat itu, Melisa memanggil bayi itu Ce. Melisa berusaha mencari jalan keluar namun ia tak menemukan apapun selain terancam hewan buas. Pada akhirnya, ditengah malam yang terang, dibulan purnama, dimana bintang bintang bertaburan di atas sana, Melisa melahirkan dua bayi kembar yang sangat cantik dan tampan. Seorang ia beri nama Versace, dan seorang lagi ia beri nama George. Melisa merawat ketiga bayi itu sendirian, Sebagaimana ia mengumpulkan dedauan untuk ia pakai, dan bajunya sendiri untuk menghangatkan ketiga bayi itu. Bagaimana ia bersusah payah mencari makanan sambil menjaga ketiga bayi itu dari berbagai bahaya yang mengancam. Tepat ketika Ce berumur 7 tahun, Melisa meninggal dunia akibat virus yang sengaja ditanam ditubuhnya 7 tahun yang lalu. Melisa bahkan tak sempat berpesan apa-apa kepada ketiga anaknya.
***
Rayhan dan Grace yang saling merangkul, tampaknya mereka tidak sedang memikirkan jalan keluar, melainkan memikirkan yang lain-lainnya. Mungkin mereka berdua tidak mempermasalahkan tersesat atau tidak. Dasar anak muda.
Ozzie yang duduk disamping Reza juga tampak gelisah, beberapa kali menoleh kepada Reza, hendak berbicara namun Reza selalu mengangkat tangannya memberi isyarat agar diam.
Tepat setelah 10 menit, Larra segera menepuk tangannya beberapa kali.
"Sudah 10 menit" ucapnya
Reza terkejut dan menjadi kesal "Lo bisa menghargai gue sebagai ketua gak sih"
Larra mengacuhkannya, "Berhubung ini adalah ide Maura, jadi cepat katakan apa yang harus kita lakukan. Jangan membuang waktu terlalu banyak, ingat bahwa kita masih terguyur hujan"
Reza mengepalkan tangannya, seandainya Larra adalah Ozzie, pasti sudah babak belur dia.
Maura menatap Reza "Apa perintahmu? "
"Lakukan saja! " ketus Reza "Mulai sekarang, Larralah yang bertanggung jawab"
Ozzie mendadak panik, ia berdiri dan menunjuk muka Reza "Cowok sejati tidak akan melepaskan tanggung jawab. Apalagi menyerahkan tanggung jawab sama Larra sama saja bunuh diri"
Ingin sekali Reza katakan pada Ozzie bahwa ini hanya trik supaya Larra mengalah dan tidak sok berkuasa lagi. Lagian siapa sih yang sudi di pimpin oleh Larra. Tapi ia tak mungkin mengatakan itu karna Larra akan mendengarnya.
"Terimakasih atas kepercayaannya. Jadi Maura aku bersedia mendengar idemu! " Larra menanggapi dengan sangat diluar dugaan. Orang yang paling frustasi adalah Ozzie.
"Baiklah, lupakan soal status ketua dulu" ucap Maura yang ditujukan pada Ozzie dan Reza yang tampak gelisah "Menurut saya, ayo kita dengan kompak dan jujur tunjukan apa saja barang yang kita bawa selain pakaian kita. Terlepas itu berguna atau tidak" Maura kemudian menghamparkan jaket basahnya diatas tanah, lalu meletakkan tas lengannya di atas jaket itu "Inilah barang yang kubawa, silahkan kalian meletakkan barang-barang milik kalian"
"Aku tidak bawa apapun" lapor Grace, sedangkan Rayhan, ia menyerahkan tas lengannya juga.
"Tunggu! " tahan Ozzie "Kenapa lalu razia sih?"
"Lakukan saja perintahnya, ini bukan razia" titah Larra seraya meletakkan sebuah toples mini "Aku hanya bawa ini,"
"Aku benar-benar melupakan semua barangku" kata Reza dengan penuh sesal, setelah itu menyenggol Ozzie "Berikan tas kecil mu itu"
Dengan terpaksa Ozzie menyerahkan tas kecilnya.
"Terimakasih atas kesediaan teman-teman untuk mengumpulkan barang-barang bersama, izinkan aku membongkar tas kita semua untuk menemukan barang berharga"
"Buka saja" perintah Larra, Rayhan mengangguk setuju.
"Ozzie, maukah kamu membantuku? " pinta Maura.
Ozzie yang merasa mendapat kehormatan segera membantu mengeluarkan seluruh isi tas milik Maura, Rayhan dan dirinya.
Akhirnya barang-barang yang terkumpul adalah :
- Pisau lipat, tissu basah, Dettol Handwash, buku, pulpen dan sekotak survival kits yang terdiri dari bahan pancingan, benang, jarum dan lup. Itu semua isi dari tas Maura
- Dari tas Rayhan: Teropong, pisau lipat yang lebih besar, sekumpulan kunci, garam meja dan sebuah foto yang segera dirampas Rayhan sebelum Ozzie melihatnya.
- Dari tas Ozzie: Pistol, korek api, senter anti air, bot dan mantel plastik.
"Darimana kamu dapat barang ilegal itu Ozzie? " tanya Reza panik.
"Ini bukan razia" kilah Ozzie
"Berikan pistol itu padaku" Larra merampas pistol itu "Tidak baik seseorang yang emosian memegang pistol"
Ozzie bangkit berdiri dan menatap Larra dengan penuh amarah "Pistol itu milikku, untuk melindungi kelompok kita dari pihak luar. Kembalikan sekarang juga" tegas Ozzie
"Tidak akan. Kamu sangat pemarah, kamu bisa menembak siapa saja yang tidak kamu sukai" tolak Larra tegas
"Aku berkelahi dengan Reza, apakah aku mengeluarkan pistol itu?" teriak Ozzie. Ia benar-benar marah kali ini, pasalnya tindakan Larra terlalu berlebihan menurutnya.
"Itu tadi, bagaimana dengan sekarang? Kamu bahkan sedang menahan diri untuk tidak menamparku kan?"
Ozzie mengepalkan tangannya, gejala-gejala kemurkaan besar terlukis diwajahnya. Reza segera menenangkan Ozzie, karena menurutnya memang lebih baik pistol itu ditangan Larra daripada Ozzie.
"Sudahlah Ozzie biarkan saja..."
Ozzie menepis tangan Reza "Baiklah kalau begitu, karena kamu mengambil pistolku, jadi aku berhak mengambil toples mini ini" ancam Ozzie seraya memasukkan toples mini itu kesakunya.
"Silahkan" sahut Larra santai
Ozzie tampak semakin kesal karena Larra tidak sayang dengan toples mini yang entah apa isinya itu.
"Apakah aku boleh melanjutkan? " tanya Maura
"Lanjutkan saja" jawab Larra
"Reza apakah aku bisa mempercayaimu memegang semua peralatan ini?"
"Tentu saja! "Reza mengangguk, Maura kemudian memasukkan semua peralatan yang tidak diperdebatkan itu kedalam tas Rayhan yang paling besar, lalu tas itu diberikan kepada Reza.
"Karena sekarang hujan lebat dan sepertinya tidak mudah reda, maka kita harus mencari gua untuk berteduh. Jika tidak ada gua, kita beralih ke tanah lapang yang aman untuk membangun tenda dari daun. Bagaimana? " saran Maura
"Boleh dicoba, ayo kita lakukan" perintah Larra.
"Sejak kapan lo jadi penurut dan gak egois?" sindir Ozzie. Namun Larra mengacuhkannya.
"Kita jalan berbaris seperti bebek, sesuai urutan yang aku sebutkan. Reza paling depan, aku, Maura, Grace, Rayhan dan Ozzie" perintah Larra.
"Aku meletakkan posisi sesuai talenta masing-masing" jelas Larra tepat ketika Ozzie hendak protes "Reza paling depan karena ia berani, sedangkan Ozzie paling belakang karena ia tangguh. Jadi Ozzie, berhenti merencanakan protes ini dan itu" tegas Larra. Sejujurnya Reza agak merinding dengan sikap Larra yang harus diakui ternyata cakap dalam memimpin, karena ia tau meletakkan seseorang sesuai tempatnya. Bahkan meskipun kasar dan egois, terbukti Ozzie yang keras kepala itu bisa menurut padanya. Lagian ia juga tercengang dengan sikap Maura yang tadinya aneh kini tiba-tiba menjadi cerdas. Reza mendadak teringat siapa Maura. Ia tersenyum kecil, bukankah sebenarnya kelompoknya adalah orang-orang yang briliant?
Dan ia baru menyadarinya.
---