Download App
Tale of Unknown : Hero from Zero Tale of Unknown : Hero from Zero original

Tale of Unknown : Hero from Zero

Author: Galih_Gates

© WebNovel

Chapter 1: 1. Dunia Lain

Pagi yang cerah di salah satu sekolah, seorang murid laki-laki sedang dikerumuni beberapa berandalan dengan tatapan sangar di lorong gelap yang sulit terlihat oleh orang lain.

"Hei Riyan, kau tahu kan apa yang akan terjadi sekarang?"

"Apa memangnya?"

Murid tersebut menjawab dengan santai tanpa rasa takut atau khawatir sama sekali di wajahnya. Sorot matanya menatap tajam ke berandalan yang berdiri di depannya itu. Para berandalan tersebut tidak menjawab pertanyaannya dan mulai mendekatinya sambil membunyikan jari-jari tangan satu persatu.

Beberapa saat kemudian, para murid berandalan tersebut keluar dari lorong gelap tersebut dengan raut wajah penuh kemenangan dan beberapa lembar uang kertas yang mereka pegang masing-masing. Mereka berjalan angkuh menuju tempat karaoke yang letaknya tidak jauh dari tempat ini.

"Hah... begini lagi..."

Dari dalam lorong gelap tersebut terdengar sebuah suara lemah yang disertai beberapa erangan penuh kesakitan. Seorang pemuda dengan seragam sekolah berwarna hitam terduduk di atas tumpukan plastik-plastik sampah yang sangat bau. Tubuhnya babak belur tidak bisa bergerak dan di bibirnya ada sedikit bercak darah.

Pemuda itu bernama Riyan Klaint, seorang murid berumur 16 tahun yang bersekolah di sebuah SMA swasta. Ia adalah seorang murid yang selalu dikerumuni oleh berbagai masalah sejak SMP. Masalah-masalah tersebut berawal dari sebuah peristiwa yang sangat menyakiti hatinya.

"Yah, biarkanlah, memang sudah seperti ini nasibku."

Riyan berusaha berdiri dengan kedua kakinya sendiri dibantu dengan tangannya. Setelah dapat berdiri dengan benar, ia mengambil tas sekolah dan buku-buku yang berserakan di tanah. Ia memungutinya satu persatu dengan beberapa rintihan kecil akibat perlakuan yang diberikan oleh para berandalan tersebut kepadanya.

Setelah selesai memungut bukunya yang berhamburan, ia berjalan menuju sekolahnya dengan tubuh yang dipaksakan. Sampai di sekolah, tepatnya di tempat duduknya, ia duduk dan merebahkan tubuh bagian atasnya di meja, lalu tidur tanpa mempedulikan pandangan murid-murid kelasnya yang mengarah padanya.

Beberapa saat kemudian, bel berdering dan membangunkan Riyan. Begitu ia membuka matanya, ia mendapati sesuatu yang aneh. Di sekitarnya terlihat seperti tertutup dengan sebuah kubah ungu cerah.

Semua murid di dalam kelas tiba-tiba panik dan terkejut melihat sesuatu yang abnormal ini, terutama para perempuan. Murid laki-laki yang panik mulai berteriak kesal dan ada beberapa juga yang dengan tenang menganalisa kejadian ini, Riyan adalah salah satu murid yang menganalisa situasi ini dengan tenang.

'Sekeliling dipenuhi dengan aura ungu yang tiba-tiba muncul begitu saja dari lantai. Lantai?'

Ia melihat ke arah lantai dan mendapat sesuatu yang mengejutkan. Di lantai yang ia pijak ini terdapat sebuah lingkaran besar memenuhi lantai kelas dengan pola-pola berbagai macam bangun datar dan tulisan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

'Apa ini? Eksperimen dari ekskul kimia atau semacamnya?'

Riyan terlihat cukup bingung dengan gambar yang melapisi lantai kelas ini. Beberapa saat kemudian, pandangannya tertutup oleh cahaya ungu terang yang memancar air lingkaran aneh tersebut, begitu pula semua murid kelas ini.

Setelah pandangan mereka terselimuti oleh cahaya ungu terang, tiba-tiba kelas menjadi kosong. Mereka semua menghilang dalam sekejap mata tanpa jejak, seperti teleportasi.

Pada saat itu juga, seorang guru membuka pintu kelas dan mendapati tak ada seorang pun di dalamnya. Ia sedikit bingung dengan itu dan melihat ke jendela untuk memastikan apakah muridnya sedang dijemur di lapangan karena melakukan sebuah kesalahan atau tidak. Tapi begitu ia menengok ke jendela, di lapangan upacara tidak ada orang sama sekali.

Riyan dan murid kelasnya saat ini berada di sebuah ruangan gelap, dan mereka semua tidak sadarkan diri, termasuk Riyan. Beberapa saat kemudian dari sebuah sisi ruangan tersebut, terbukalah pintu dan beberapa orang masuk ke dalam. Orang-orang tersebut memakai baju zirah layaknya seorang penjaga kerajaan dari abad pertengahan.

Mereka membawa para murid keluar dari ruangan satu persatu dan meletakkannya di kamar yang berbeda-beda. Tak sampai 10 menit, ruangan pun tersebut kosong tanpa tersisa.

***

Setelah kira-kira satu jam kemudian, Riyan akhirnya terbangun dari tidurnya. Ia mengangkat tubuhnya dari kasur dan melihat sekelilingnya dengan cermat. Sepuluh detik berlalu, ia hanya bisa terdiam dilanda kebingungan yang mendalam.

'Dimana ini? Apa yang terjadi padaku?'

Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan di otaknya karena situasi yang tidak ia pahami. Ia melihat sebuah jendela yang terdapat di kamarnya. Kamar tersebut kira-kira berukuran 6 x 7 meter dengan kasur mewah yang mepet ke sisi kiri dari pintu masuk beserta meja kecil di sampingnya, lemari kayu yang cukup berkelas di sisi kanan, meja yang kelihatannya bebas digunakan untuk apa saja di samping lemari, dan sebuah jendela yang lurus dengan pintu.

Ia beranjak dari kasur dan berjalan menuju jendela tersebut. Ketika pandangannya menembus kaca jendela, terlihatlah sebuah lapangan hijau dengan beberapa hiasan pohon yang telah digunting rapi oleh tukang kebun. Lapangan itu terapit oleh sebuah gedung seberang dan gedung tempat dimana kamar yang Riyan tempati.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar dan mengejutkan Riyan yang tengah memandangi lapangan hijau tersebut. Ketika Riyan menoleh, ia melihat seorang pria dengan zirah besi yang menutupi seluruh tubuhnya atau biasa disebut full-plate, kecuali kepalanya dan sembah jubah merah layaknya pahlawan di film-film pahlawan yang meletak di punggungnya.

"Oh, kau terlihat sudah bangun."

Mendengar suara dari seorang pria dengan tampilan seperti prajurit dari abad pertengahan itu, Riyan cukup terkejut. Tapi ia tetap menjaga ketenangannya dan bersikap tenang seperti biasa.

"Kelihatannya kau cukup tenang dengan situasi ini. Maaf, tapi ikutlah denganku dulu... ehm..."

"Riyan, Riyan Klaint."

"Riyan, nama yang bagus. Aku Faleon, salah satu jenderal kerajaan Alivonia yang ditunjuk untuk membimbing kalian."

'Membimbing?'

Riyan bingung dengan kata 'membimbing' yang ia dengar dari Faleon. Tidak salah jika Riyan bertanya-tanya karena situasi yang tidak ia mengerti saat ini. Kemudian Faleon berjalan keluar dari kamar dan Riyan mengikuti langkahnya yang tegap tersebut dari belakang.

Beberapa saat kemudian mereka mencapai sebuah aula besar, setelah menyusuri lorong gedung. Di sana terdapat sekitar 14 teman sekelas Riyan yang sedang duduk di kursi yang telah disiapkan. Faleon mengantar Riyan sampai ke kursi dan menyuruhnya duduk.

Riyan pun menuruti kata-katanya dan duduk dengan tenang. Ketika ia melihat ke arah teman sekelasnya, mereka menunjukkan ekspresi yang tidak mengenakkan begitu Riyan duduk di dekat mereka. Melihat hal itu, Riyan menarik kursinya sedikit lebih jauh dari tempat yang seharusnya, lalu mereka mengalihkan pandangan lagi ke depan tanpa mempedulikan Riyan sedikit pun.

Tak sampai setengah jam, semua murid yang tadinya pingsan, sekarang telah sadar dan duduk di kursi yang telah disiapkan di aula besar ini. Mereka masih dalam kondisi bingung dan ketakutan, terutama para gadis, mereka seperti gemetar ketakutan.

Saat itu juga, pintu aula yang lebar kembali terbuka, kali ini di sertai suara sambutan tegas dari para prajurit yang berada di aula ini. Semua murid, termasuk Riyan, menoleh ke belakang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Seorang pria dengan rambut putih platinum dengan pakaian mewah mencolok seperti kerajaan Inggris beberapa abad yang lalu, disertai dengan mahkota berwarna putih bercampur emas yang berkilau berjalan menuju sebuah singgasana yang terdapat di depan sana. Ia berdiri di depan singgasana tersebut dan melihat ke arah para murid, lalu ia mengangkat suaranya.

"Selamat datang di dunia ini, wahai para pahlawan dari dunia lain."

Mendengar hal itu, para murid sangat terkejut. Kata 'pahlawan' dan 'dunia lain' itu membuat mereka kaku tidak bisa bergerak. Riyan merasa pernah mendengar kalimat ini sebelumnya, entah dimana. Tak lama kemudian ia mengingat dimana ia menemukan kalimat ini.

'Oh, kalimat ini sering kutemui di novel-novel fantasi. Apa mereka sedang bermain drama dengan tema fantasi seperti itu?'

Memang benar kalimat semacam itu sering muncul di novel dengan genre fantasi, tapi yang tak disangka adalah tebakan Riyan yang berisi sebuah drama disuguhkan kepada para murid. Jika itu memang benar, maka seharusnya akan jauh lebih banyak yang akan menonton dan pencahayaannya harus lebih baik dan propertinya terlalu berkualitas, terasa seperti kenyataan. Tapi sayang sekali, itu hanyalah tebakan yang salah dari seorang anak SMA, Riyan Klaint.

"Kalian pasti mengira bahwa ini adalah mimpi, tapi sayang sekali, ini adalah kenyataan."

Begitu kalimat tersebut terucap dari bibir pria bermahkota tersebut, keterkejutan sekali lagi memenuhi pikiran dan hati para murid, termasuk Riyan. Ia terdiam tak bisa berpikir ketika mendengar pernyataan tersebut. Singkatnya, seluruh siswa yang berada di dalam kelas Riyan saat ini berada di dunia lain.

"Namaku adalah Alestein von Tardent, raja dari kerajaan Alivonia ini."

Begitu sang raja mengucapkan kalimat tersebut, kepala Riyan tiba-tiba berdenyut disertai sedikit rasa sakit. Riyan yang merasakan hal itu langsung memegang kepalanya.

'A-apa ini? Kenapa kepalaku tiba-tiba sakit?'

Selagi Alestein menjelaskan tentang kerajaan serta dunia ini, Riyan mendengarkannya sambil menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Tidak ada seorang pun yang melihat Riyan kesakitan memegangi kepalanya. Walau begitu, Riyan tetap mengarahkan konsentrasinya untuk mendengarkan penjelasan dari Alestein.

Baginya informasi tentang kerajaan serta dunia ini sangatlah penting, jadi ia harus memperhatikannya mau tidak mau.

Kerajaan Alivonia adalah salah satu dari 5 kerajaan besar di dunia ini, kerajaan yang cukup makmur. Saat ini Alivonia sedang dipimpin oleh raja Alestein von Tardent yang sedang duduk di atas singgasananya menjelaskan tentang kerajaannya dan dunia ini.

Dunia ini memiliki 3 benua yaitu benua iblis, benua Tendo, dan benua Lidian. Kerajaan Alivonia terletak di benua Lidian, benua yang terletak paling timur. Benua Lidian memiliki 2 kerajaan besar seperti Alivonia dan Ilivania.

Benua Tendo adalah benua sebelah selatan dari benua Lidian. Kedua benua ini dipisahkan oleh sebuah laut besar, tapi tidak sebesar dunia Riyan yang sebelumnya. Bisa dikatakan laut ini hanya sebagai selat penghubung antara kedua benua ini.

Kerajaan Ranshu, Ling, dan Komatein adalah kerajaan yang terletak di benua Tendo. Kelima kerajaan besar ini menjalin hubungan netral, tidak bersahabat dan tidak bermusuhan. Memang ada sedikit perseteruan-perseteruan kecil di sekitar perbatasan, tapi permasalahan itu tidak terlalu diperhatikan karena tidak ingin memulai peperangan.

"Sampai di sini apakah ada yang ingin bertanya?"

Ketika Alestein melontarkan kesempatan untuk bertanya, seorang murid laki-laki berambut kuning pirang mengangkat tangannya tinggi. Alestein melihat hal itu dan menunjuknya.

"Berdirilah dan beritahu namamu, lalu bertanyalah."

Laki-laki itu menurunkan tangannya dan berdiri dengan tegap seperti yang diperintahkan Alestein.

"Nama saya Gilbert Arkbell, biasa dipanggil Gilbert."

Gilbert, seorang murid teladan dari kelas Riyan. Ia adalah sosok yang ramah dan peduli kepada siapa pun, bahkan termasuk Riyan. Beberapa teman kelasnya ada juga yang mempedulikan dan memperhatikan Riyan, tapi mereka tidak pernah menunjukkannya langsung di hadapannya.

"Saya ingin bertanya, untuk apa kami dipanggil ke sini? Dan apa maksud anda memanggil kami dengan sebutan pahlawan?"

Mendengar hal ini, para murid juga ikut bersuara menyetujui ucapan Gilbert. Mereka dipanggil ke dunia ini bukan karena kemauan mereka sendiri, tapi dipanggil secara paksa oleh mereka. Alestein memanggil para murid kelas Riyan dengan sihir pemanggil yang dapat memanggil pahlawan dari dunia lain, dan hal ini telah dijelaskan olehnya tadi.

"Alasannya karena kami membutuhkan bantuan kalian."

Para murid sangat terkejut begitu mendengar kalimat yang terucap dari bibir Alestein. Mereka adalah murid-murid SMA biasa, jelas mereka kebingungan dengan maksud dari kalimat tersebut.

"Dunia ini sedang terancam hancur karena kebangkitan dari raja iblis tertinggi sekaligus terkuat di benua iblis sana."

Pasukan iblis di benua iblis berkembang sangat pesat, bahkan melebihi perkiraan para peramal. Sejak perang yang berlangsung 30 tahun lalu, harusnya pasukan iblis tidak bisa berkembang secepat ini. Beberapa waktu lalu, ada sebuah ramalan dari seorang peramal terkenal yang berisi raja iblis tertinggi sekaligus terkuat akan bangkit dan menghancurkan dunia, cepat atau lambat.

Mendengar hal itu tentu saja seluruh isi dunia terkejut dan ketakutan. Raja iblis adalah eksistensi yang tidak boleh berada di dunia ini karena kekuatannya yang terlalu besar. Ia telah disegel oleh seorang pahlawan 300 tahun lalu di 9 batu permata yang disebarkan ke tempat-tempat tersembunyi di seluruh dunia.

"Kenapa anda malah memanggil kami yang tidak berhubungan dengan dunia ini sama sekali? Bukankah walau kami dipanggil kemari, kami tidak bisa berbuat apa-apa?"

Yang dikatakan Gilbert adalah kenyataan. Mereka hanyalah seorang murid SMA yang tidak tahu apa-apa dan tidak memiliki keistimewaan sama sekali di dunia ini. Murid lain mendukung ucapan Gilbert.

"Seorang penyihir pernah berkata bahwa ada manusia lain yang hidup di dunia lain. Dunia itu memiliki kekuatan yang lebih kuat dari dunia ini, jadi kalian tidak perlu khawatir. Kalian yang kami panggil kemari adalah pahlawan-pahlawan kuat yang dapat menjaga perdamaian dunia ini."

Sakit di kepala Riyan telah mereda dan ia dapat mengerti penjelasan-penjelasan dari Alestein secara perlahan. Para murid yang mendengar situasi kenapa mereka dipanggil ke dunia ini sangat terkejut. Baru saja tiba di dunia ini, sudah dibebankan tanggung jawab besar untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran besar? Tentu saja mereka ketakutan.

"Tenang saja, para jenderal besarku akan melatih kalian sampai kalian siap untuk menghadapi saat itu."

Para jenderal besar yang disebutkan oleh Alestein maju ke depan murid-murid yang baru saja menerima tanggung jawab besar. Mereka terlihat kuat dan meyakinkan. Meski begitu, hal ini tidak dapat menenangkan para murid.

"Kalian juga akan kulindungi dari berbagai macam bahaya sebisaku dengan hukum dan para prajurit. Kalian juga mempunyai hak seperti bangsawan, jadi tenang saja."

Mendengar ucapan Alestein, para murid sedikit tenang, setidaknya untuk sekarang. Kebalikan dari para murid, Riyan sedikit gelisah karena perasaan sakit yang menyerangnya tadi. Ia benar-benar tidak melakukan apapun, tapi tiba-tiba rasa sakit itu datang sendiri menghampirinya ketika mendengar nama Alestein von Tardent.

Ia menyembunyikan kegelisahannya itu di dalam hatinya agar tidak terlihat oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.

"Apakah tidak ada jalan untuk kami kembali ke dunia asal kami?"

"Maaf, tapi kami tidak tahu bagaimana caranya membalikkan lingkaran sihir pemanggilan."

Alestein sedikit menunduk untuk meminta maaf kepada seluruh murid yang dipanggil ke dunia ini sebagai pahlawan. Para murid mulai menunjukkan kegelisahan dan berbagai perasaan semacam itu karena mendengar tidak ada jalan kembali ke dunia asalnya.

Sebagai seorang pahlawan, mereka dibebankan untuk melindungi dunia dari kehancuran yang akan disebabkan oleh raja iblis tertinggi yang akan bangkit, itu tidaklah mudah. Bayangkan saja jika kau adalah seorang anggota ekskul kesenian harus ikut dalam turnamen bisbol untuk menggantikan salah satu anggota yang cidera, bagaimana rasanya? Tentu saja aneh karena itu bukanlah bidang yang kau jalani, sama halnya dengan para murid ini.

"Oleh karena itu, tolong lindungilah dunia ini!"

""Yang mulia!?""

Alestein bersujud di depan para murid dari singgasananya sambil memohon kepada Gilbert yang kelihatannya memiliki kemampuan untuk memimpin teman-temannya. Gilbert melihat ke arah teman-temannya untuk memastikan, mereka mengangguk sedikit walau dengan berat hati. Lalu ia berjalan mendekati Alestein yang sedang bersujud di lantai singgasananya yang kotor dan dingin.

"Angkat kepala anda, yang mulia."

Mendengar suara lembut Gilbert yang memasuki telinganya, Alestein mengangkat kepala serta tubuhnya dari lantai dibantu dengan tangan Gilbert.

"Kami akan membantu anda."

"Apa kalian yakin? Kami memaksa kalian datang ke dunia ini dan memberi tanggung jawab untuk melindungi dunia ini, kalian berhak menolaknya."

"Tidak, ini sudah keputusan kami. Tidak ada yang bisa dilakukan, bukan?"

Alestein pun tersenyum mendengar jawaban dari Gilbert yang menenangkan hatinya. Dengan ini para murid—lebih tepatnya para pahlawan, telah bersedia untuk melindungi dunia ini dari raja iblis tertinggi dan terkuat yang akan bangkit tak lama lagi. Untuk itu mereka harus memiliki kekuatan dan satu-satunya untuk mendapat kekuatan adalah berlatih.


CREATORS' THOUGHTS
Galih_Gates Galih_Gates

Tersedia di wattpad dengan judul dan nama pengarang yang sama~

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login