Download App
87.5% Tentang Rasa

Chapter 56: Aduh...Sakit...

Netta memakai pakaiannya satu persatu dengan pelan, tapi Max masih bergeming. Apa kamu bener-bener sudah nggak menginginkanku, Max? Tapi kenapa kamu cemburu pada Dewa? Huffttt! Sepertinya usahaku sia-sia! batin Netta.

" Aku pergi!" kata Netta. Max masih saja diam ditempatnya. Perlahan Netta melangkahkan kakinya menuju ke pintu kamar, tapi dia tidak melihat sedikitpun gerakan dari Max. Apa aku sudah jadi seorang wanita yang baik sekarang? Apa pesonaku sudah pudar dihadapan pria? batin Netta kesal yang merasa kalah oleh sikap keras kepala Max. Netta membuka pintu kamar Max dan keluar, karena tidak melihat kedepan, kaki Netta tersandung kaki lemari.

" Auwwww!" teriak Netta sambil mengaduh kesakitan.

" Netta!" ucap Max lalu berlari dengan cepat keluar dari kamarnya. Dia melihat Netta memegangi kakinya sambil meringis kesakitan.

" Kamu kenapa? Apa sakit? Yang mana yang sakit?" tanya Max bertubi-tubi.

" Tidak! Aku baik-baik saja! Jangan memperdulikanku! Aku akan menelpon Dewa untuk menjemputku kesini!" kata Netta begitu saja karena kesal pada Max.

" Aku tidak mau dia menginjakkan kakinya disini!" kata Max marah.

" Tapi kakiku sakit! Dan dia seorang dokter!" ucap Netta dengan sengaja.

" Aku bisa mengobatimu walau bukan seorang dokter!" kata Max tegas. Dengan cepat pula dia menggendong Netta ala bridal style.

" Maxxx!" teriak Netta kaget.

" Diamlah! Aku akan merawatmu!" kata Max dengan suara seksinya yang mengalun indah ditelinga Netta. Apa menunggu aku kesakitan? Sebel! batin Netta. Dia menempelkan kepalanya di dada bidang Max yang terbuka karena belum memakai apapun. Max mendudukkan Netta di sofa. Max masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil kotap P3K. Ujung ibu jari Netta sedikit berdarah, maka Max membersihkan dengan alkohol dan memberikan betadine lalu membungkusnya dengan hansaplast.

" Apa cukup?" tanya Max.

" Iya!" jawab Netta kesal.

" Kenapa wajahmu masih terlihat kesal?" tanya Max melihat ke arah wajah Netta.

" Kamu mau aku jujur ato bohong?" tanya Netta.

" Jujur!" jawab Max.

" Aku membenci sikapmu yang sekarang ini!" kata Netta jujur.

" Apa kamu lebih suka Dewa yang melakukannya?" tanya Max dengan nada sedikit tinggi. Netta tahu dari dulu Max adalah tipe orang yang tidak mau ada yang lebih dari dia. Apalagi soal Netta, karena Netta mengetahui titik kelemahan Max.

" Iya!" jawab Netta santai. Lalu dia berdiri dari duduknya.

" Mau kemana?" tanya Max yang ikutan berdiri.

" Menelpon Dewa!" kata Netta.

" Tidak! Kamu diam duduk disitu!" kata Max lalu mengunci pintu kamarnya dan mengambil kuncinya.

" Apa yang kamu lakukan?" tanya Netta pura-pura kesal.

" Aku bilang duduk!" teriak Max. Netta tidak menuruti kata-kata Max, dia pergi ke arah pintu sambil berjalan tertatih.

" Apa suarau kurang keras?" tanya Max kesal.

" Kamu nggak berhak menahanku disini!" kata Netta.

" Lalu siapa yang berhak? Dewa? Apa kelebihan dia dibanding denganku?" tanya Max kesal. Netta ingin tertawa bahagia mendengar ucapan Max, tapi dia ingin tahu seberapa besarkah keinginan Max untuk bersamanya.

" Hahaha! Apa perlu aku katakan?" ucap Netta tertawa. Max terdiam, dia lupa jika dia tidak memiliki apa-apa.

" Aku akan bekerja lebih keras lagi dan menjadi pengusaha yang besar lagi!" kata Max dengan sombongnya.

" Berapa lama? Apa kamu pikir aku akan menunggumu?" tanya Netta. Deg! Max lupa jika itu semua memang tidak akan secepat membalikkan tangan.

" Aku tidak perduli! Jika kamu nekat menikah dengan Dewa, aku akan menculikmu!" kata Max.

" Ken akan melindungiku!" kata Netta CEPAT.

" Aku akan berusaha apapun itu agar kamu tidak pergi lagi dariku!" sahut Max cepat.

" Itu tidak akan mudah!" kata Netta cepat.

" Aku tidak perduli!" sahut Max cepat.

" Kenapa kamu sangat ingin menculikku?" tanya Netta.

" Karena hanya aku yang boleh memilikimu!" jawab Max.

" Kenapa?" tanya Netta lagi.

" Karena aku mencintaimu!" jawab Max tegas, dia tidak percaya dengan apa yang diucapkannya. Netta berdiri dan mendekati Max yang berdiri di dekat ranjang.

" Katakan sekali lagi!" pinta Netta sambil menangkup wajah Max.

" Tidak!" kata MAX.

" Katakan atau aku akan..."

" Kau akan apa? Aku akan mengurungmu disini bersamaku jika kau berani lagi menyebut namanya!" kata Max dengan tajam. Netta tidak menunggu lama, dia melumat bibir Max yang sedikit tebal itu. Ahhh! Setelah sekian lama, aku bisa menikmati lagi rasa kenyal bibir ini! Bibir yang membuatku tergila-gila! batin Netta. Max membalas lumatan Netta, dia bagaikan musafir yang mendapatkan oase dipadang pasir.

" Arnetta Johanson!...Kau membuatku...Gila!" kata Max disela-sela ciuman panas mereka. Mereka saling menikmati rasa bibir mereka, melilitkan lidah dan menelan saliva bersama. Max seakan tidak puas, dia menggigit bibir Netta hingga bengkak.

" Max! Sakit!" keluh Netta melepaskan ciumannya.

" Aku sangat gemas dengan dirimu, darling!" kata Max.

" Aku akan mencukur dulu jambangmu!" kata Netta. Max langsung merasa lemas, dia tahu jika Netta tidak suka jika dirinya berjambang atau berkumis. Netta menarik tubuh besar itu ke kamar mandi dan duduk diatas wastafel agar bisa sejajar dengan Max. Netta memberikan krim cukur pada wajah Max hingga terlihat seperti Sinterklas.

" Apa kamu pernah mencukur jambang, darling?" tanya Max.

" Tidak! Ooppsss!" jawab Netta. Max mendelik menatap Netta.

" Bagaimana jika kamu melukai wajah tampanku?" tanya Max bercanda.

" Siapa juga yang mau dengan pria tua sepertimu!" kata Netta kesal karena Max meremehkannya sambil memulai mencukur.

" Wenny menyukaiku!" kata Max spontan. Shiiittt! Kenapa juga mulut ini ember! batin Max. Netta menatap kesal dan cemburu pada Max.

" Apa kamu ingin alat cukur ini menggores lehermu?" tanya Netta kesal.

" Aku hanya bercanda, darling!" kata Max. Netta masih memasang wajah kesalnya. Lalu Max mengambil sedikit cream yang menempel di wajahnya dan mengoleskannya pada hidung Netta.

" Max! Apa yang kamu lakukan?" ucap Netta memejamkan matanya.

" Maaf!" kata Max. Netta melanjutkan lagi mencukur bagian bawah leher Max.

" Apakah kalian pernah pergi bersama?" tanya Netta kepo.

" Tidak! Dan tidak akan pernah!" jawab Max. Netta tersenyum tipis, dia tidak mau jika Max melihatnya cemburu.

" Finishhhh!" kata Netta tersenyum. Lalu Max melihat ke arah cermin, meraba-raba pipi dan lehernya, wajahnya terlihat lebih cerah walau agak tirus. Netta tidak berhenti memandangi Max, kenapa kamu selalu terlihat sangat tampan dimataku? Aku selalu saja lemah jika melihatmu! batin Netta.

" Apa kamu sudah puas menatapku?" tanya Max tiba-tiba. Dia mengungkung Netta dalam tangannya yang memegang bibir meja wastafel.

" A..aku...tidak memandangmu!" jawab Netta dengan pipi yang sudah seperti kepiting rebus warnanya. Dia menundukkan kepalanya.

" Kenapa pipimu memerah?" tanya Max yang mengangkat dagu Netta. Netta menggigit bibir bawahnya.

" Jangan melakukan itu!" kata Max.

" Me...melakukan..a...apa?" tanya Netta.

" Menggigit bibirmu seperti itu!" ucap Max kesal. Netta segera melepaskan gigitannya dan membuka sedikit bibirnya. Shiittt! batin Max, dengan cepat dia melumat bibir itu dengan lembut, Netta memejamkan kedua matanya dan melingkarkan kedua tangannya ke leher Max. Mereka kembali saling melumat dengan lembut dan panas. Yang terdengar disana hanya kecapan-kecapan dari bibir mereka.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C56
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login