Download App
7.14% Tentang Takdir / Chapter 1: part #1.
Tentang Takdir Tentang Takdir original

Tentang Takdir

Author: alma_widyana

© WebNovel

Chapter 1: part #1.

Hamparan lampu yang terlihat indah dari ketinggian 36.000 kaki, yang sedikit tertutup awan awan putih. Cahaya bulan begitu terasa hangat dengan suasana damai malam ini.

Pesawat yang diisi oleh penumpang yang dominan telah terlelap dibawah alam sadarnya. Ada satu pasang mata yang masih santai terbelaka, dengan aktivitas membaca.

Kacamata yang bertengger di hidung mancungnya yang memiliki peran penting untuk membantu memperjelas penglihatannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, rasa kantuk mulai bermunculan. Raka memutuskan untuk mengistirahatkan mata dan tubuhnya.

Besok dia dan ketiga sahabatnya akan pulang ke tanah air yang telah dirindukannya. Bukan hanya negaranya tetapi beberapa penduduk didalamnya. khususnya sahabat yang sudah lama terpisah dengan mereka.

----

Kring....kring....kring....

Kring...kring...kring....

Tangan putih dengan aksesoris gelang  hitam meraba raba nakas kayu dengan lampu tidur yang masih menyala.

Tangan itu membawa sebuah jam alarm digital. Matanya masih terpejam seolah enggan untuk dibuka.

Namun cahaya matahari sedikit memaksa dia untuk membuka matanya itu.

Matanya membelaka saat jam sudah

menunjukkan pukul 07.30.

"Mampus."ujar nya lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi.

Setelah 10 menit dia bersiap akhirnya dia telah siap dengan pakaian santai casual nya.

Saat sudah berada di ruang tengah, langkahnya terhenti oleh suara seseorang yang menyapanya.

"Pagi non..." Sapa bi Lastri , pembantu rumah tangga dirumah kediaman keluarga Radenttama.

"Pagi bi..."

"Bukannya ini hari libur ya non?"

"Iya bi. Tapi saya ada urusan. Bilang ke ayah saya keluar." Jawabnya lalu pergi meninggalkan bi Lastri yang tengah membersihkan rumah.

Selama perjalanan dia terus menggerutu, pasalnya jalan sedikit macet. Ini juga salah dia yang bangunnya malah kesiangan.

Suara klakson mobil membuatnya risih. Dia pun memutuskan untuk menyumpal telinganya dengan earphone.

Setelah berpuluh-puluh menit dia terkena macet. Akhirnya dia sampai di tempat tujuannya.

Bandara

Setelah sampai disana. Dia harus mencari keberadaan orang yang kan ditemuinya, ralat dijemputnya.

Bak ayam tengah mencari induknya. Dengan tangan yang terus menelfon seseorang dia tak sengaja menabrak bahu orang asing.

"Sorry-sorry" ujarnya lalu melanjutkan perjalanan.

Tanpa dia sadari dia telah menjatuhkan Tote bag miliknya.

"Ini jatuh.."teriak cowok yang tak sengaja tertabrak tadi.

Namun teriakannya tak didengar, bahkan bukan tak di dengar lagi, orangnya sudah hilang.

----

"Lo dimana sih bir.." ujar Airys sambil terus celingukan degan hp di telinganya.

"Bentar lagi rys, kayaknya gua-"

Bruk!

"Sorry-sorry"

"Ada apa?" Tanya Airys pasalnya dia sedikit mendengar ada benda yang jatuh.

"Airys..." Teriak seseorang, lalu airys membalikkan badannya. Matanya terbelaka saat melihat sahabat lamanya sudah berada di belakangnya dengan hp yang tak lepas dari telinganya.

"BIRU!!" ujarnya sambil berlari dan memeluk sahabatnya itu.

Tiga pasang mata memandang mereka dengan penuh kebahagiaan. Tiga tahun terpisah membuat rasa rindu menggunung di dalam hati.

Namun kini gunungan rindu itu sudah mulai menjadi bukit dan seiring dengan berjalan nya waktu menjadi datar seperti lahan kosong.

Tak lupa dengan tiga pasang mata, Biru menghampiri ketiga sahabat laki lakinya. Mereka bertos ria dan saling melempar candaan.

"Sorry ya gue telat, tau sendiri lah-

"Jakarta macet" potong keempat sahabatnya serempak

Lalu mereka saling melempar tawa.

Mereka adalah sekumpulan orang yang memiliki jalinan hubungan yang kerap sering disebut sahabat.

Ralat mereka sudah tidak seperti sahabat lagi. Namun sudah menjadi saudara. Dari awal mereka bertemu saat masih kecil sampai sekarang menginjak remaja. Mereka selalu bersama.

Sampai kebiasaan-kebiasaan buruk pun mereka sudah tau satu sama lain. Dari menyimpan cucian kotor di lemari, yang suka jarang mandi.

Sampai mereka selalu satu sekolahan dan satu kelas. Dan diakhiri dengan perpisahan selama tiga tahun ini.

Perpisahan ini diawali dengan ketidak setujuan nya keluarga Biru untuk dia bersekolah di Korea.

Padahal mereka sudah merangkai rencana seindah dan serapih mungkin untuk melanjutkan sekolah menengah pertama di sana.

Flashback on

Tok..tok..tok..

"Iya masuk.." ujar seseorang dari dalam ruangan.

Raka, Kevin, Nathan, Airys, Dan Biru. Lima anak kelas 6 SD itu memasuki ruangan kerja ayah Biru.

"Ayah.." ujar Biru menghampiri Surya dan menyuruh sahabatnya untuk duduk di sofa.

"Iya sayang ada apa?.." tanya Surya dengan penuh kelembutan.

"Ayah kita sudah memutuskan mau melanjutkan sekolah kemana." Ujar Biru sambil duduk di kursi di depan ayahnya yang terhalang oleh meja kerja.

"Oh ya? Bagus kalo gitu.."

Ujar Surya tanpa melepas pandangannya dari laptop kerjanya.

"Jadi kalian akan melanjutkan kemana?" Lanjutnya bertanya sambil membenarkan kacamata.

Biru menatap keempat sahabatnya. Lalu sahabatnya mengangguk seraya tersenyum.

"Kita mau lanjutin sekolah di Korea ayah." Ujar Biru dengan penuh semangat.

Surya sedikit terkejut. Dia menutup laptopnya. Lalu melepas kacamatanya.

Dia melihat putri kandungnya yang tengah tersenyum manis ini.

Lalu Surya melihat keempat sahabat putrinya. Mereka tersenyum dengan penuh harapan. Semoga ayah Biru menyetujui mereka.

"Boleh Ayah tahu? Kenapa kalian memilih sekolah disana?" Tanya Surya lalu keempat anak itu mendekat menghampiri meja kerja Surya. Dan berdiri didekat Biru.

"Em ayah tahukan pendidikan disana bagus, kita juga sudah punya rencana untuk melanjutkan sampai universitas disana." Ujar Biru

"Pendidikan di Indonesia juga tak kalah bagusnya nak. Kita bisa sukses dan pintar bukan dilihat dari mana dan di mana kita sekolah, tetapi bagaimana dan seperti apa kita mengejar kesuksesan dan kepintaran itu." Dari penjelasan ayahnya Biru sedikit cemas akan ketidak setujuan ayahnya mengenai keputusan yang mereka buat.

"Tapi ayah tak salah kan jika kita mengejar cita cita sampai ke negara lain?." Ujar Biru, dia berharap ayahnya bisa mengerti dan menyetujuinya.

"Memang, itu tidak salah sama sekali."

"Biru, ayah selalu menuruti kemauan kamu selama ini, tapi ayah tidak bisa kemauan kamu untuk yang satu ini sayang." Tutur ayahnya sambil memegang tangan putih Biru.

"Maafin ayah ya." Ujar Surya lalu bangkit dari duduknya dan membawa beberapa berkas.

"Ayah ada meeting, kalian pulang diantar sama pak Doni." Lalu Surya pergi meninggalkan ruangan.

Tersisa lima orang anak dengan raut wajah kecewa. Keputusan ayah Biru diluar dugaan. Mereka pikir ayah Biru akan setuju. Pasalnya setiap apa saja yang Biru ingin ayahnya pasti akan menurutinya.

Rencana mereka hancur. Tetapi Biru tetap menyuruh sahabatnya untuk tetap pada rencana mereka. Dia tidak ingin menjadi penghalang bagi rencana mereka.

Dan mereka membuat sebuah kesepakatan untuk hanya Sekolah Menengah Pertama saja mereka di korea. Dan untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas sampai kuliah mereka akan melanjutkan di Indonesia.

Flashback off.

continued.....


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login