Download App
1.22% The Alchemists: Cinta Abadi / Chapter 13: Makan Malam di Restoran Berbintang Michelin

Chapter 13: Makan Malam di Restoran Berbintang Michelin

Ketika jam kantor berakhir, Finland segera bersiap-siap menjemput Caspar - Heinrich Schneider - ke NUS untuk janji makan malam mereka. Tak dinyana, di depan kantornya telah menunggu Maybach hitam yang khas itu, dan sopir Caspar dengan hormat menyambutnya dengan membukakan pintu mobil.

"Lho? Kok aku yang dijemput?" tanya Finland keheranan.

"Tuan bilang saya harus mengantar nona pulang dan berganti pakaian, baru ke NUS menjemput beliau." jawab Ben, sopir Caspar dengan hormat.

Waduh...

Caspar pasti mengira mereka akan pergi ke restoran mahal.

Seketika Finland merasa tidak enak. Mengendarai mobil semewah Maybach ke hawker center untuk makan nasi ayam pasti akan membuat heboh sekitar tempat itu. Pada dasarnya Finland tidak menipu Caspar, karena mereka memang akan benar-benar makan di restoran berbintang Michelin, tetapi nasi ayam Liao Fan adalah suatu pengecualian di dunia kuliner. Harga makanan per porsinya hanya 2 dolar dan antriannya panjang sekali...

"Ben, aku tidak perlu ganti baju. Kita langsung ke NUS saja." Akhirnya Finland memutuskan tetap pada rencana semula untuk makan malam di Liao Fan. Ia tidak rela menghabiskan uang bonusnya ratusan dolar hanya untuk makan malam di restoran Michelin* lain yang mahal. Yang penting ia menepatinya janjinya kepada Caspar.

Ben menuruti perintah Finland dan membawanya langsung ke NUS.

[Aku sudah di tempat parkir.]

[Kelas hampir selesai. Tunggu aku di mobil.]

Finland menunggu di mobil dengan sabar sambil ngobrol dengan Jean lewat Whatsapp.

[Akhirnya aku dapat nama lengkap pria misterius kita. Heinrich Schneider. Membosankan, tidak banyak informasi tentang dia di Google]

Jean mengirim screen shot hasil pencariannya kepada Finland 10 menit kemudian.

[Di sini ada banyak nama Heinrich Schneider, kalau aku cari di google images, ada banyak foto orang berbeda. Dia yang mana?]

Finland meneliti foto-foto itu dan menggeleng sendiri.

[Tidak ada. Semua Heinrich Schneider yang ada di Google bukan dia. Kok bisa ya? Bukannya kita bisa cari informasi tentang semua orang di Google? Misalnya aku ketik namamu, pasti banyak info yang keluar. Tuh, aku ketik Jean Pierre Wang, ada banyak fotomu bertebaran, dan aku juga bisa lihat jadwal show-mu bulan kemarin.]

[Kalau orang kaya dan berpengaruh sih bisa, Fin. Mereka akan memblokir berita tentang diri mereka di internet. Kalau memang kita tidak bisa menemukan berita atau foto tentang orang itu.... artinya dia memang orang kaya dan berpengaruh. Dia itu benar-benar kaya!]

Finland tertegun. Ia mulai melihat Caspar secara berbeda.

Pemuda itu ternyata sungguhan kaya dan berpengaruh, sampai bisa memblokir berita dan fotonya di internet. Finland bahkan tidak tahu bahwa hal itu dapat dilakukan. Dia kira hanya FBI atau Interpol yang bisa melakukan hal semacam itu.

Lalu, mau apa orang sepenting dan seberpengaruh itu dengan dirinya? Finland tidak punya apa-apa yang bisa dimanfaatkan...

Belum sempat ia berpikir lebih jauh, tiba-tiba pintu mobil dibuka dan masuklah Caspar ke dalam. Rambut dan pakaiannya agak basah karena ternyata di luar hujan. Finland tidak sadar bahwa hujan telah turun selama 5 menit terakhir ia menunggu di dalam mobil.

"Tolong ambilkan handuk di kabinet kecil itu," pinta Caspar kepada Finland sambil menunjuk rak kecil di sebelah kanan gadis itu. Finland menurut dan menyerahkan sebuah handuk putih kepadanya.

Caspar membuka kancing kemejanya, lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia kemudian menunjuk ke rak satu lagi di sebelah kiri Finland, "Tolong ambilkan kemejaku di kabinet yang itu."

Ia membuka kemejanya yang basah di depan Finland yang terpana, tidak sanggup bereaksi melihat Caspar dengan cueknya berganti kemeja di depannya, namun tanpa sadar tangannya mengambilkan kemeja baru dari rak sebelah kirinya dan menyerahkan kepada pemuda itu.

"Kau kenapa?" tanya Caspar keheranan. "Belum pernah lihat laki-laki ganti baju?"

"Be...lum..."

"Oh... apakah kau di sekolah tidak pernah ikut pelajaran renang?"

"Itu tidak masuk hitungan," protes Finland cepat.

"Kenapa?"

Finland tidak menjawab.

Caspar tiba-tiba seperti memikirkan sesuatu. Ia menyipitkan mata dan mendekatkan wajahnya ke arah Finland seperti ingin melihat gadis itu baik-baik. "Kau... belum pernah tidur dengan laki-laki?"

"Kurang ajar ya, aku belum pernah punya pacar. Dan kalaupun punya, aku tidak akan tidur dengan laki-laki," tukas Finland ketus. "Kau pikir aku ini siapa?"

Finland tahu budaya orang Barat dan orang Asia berbeda. Bagi mereka berhubungan seksual sebelum menikah adalah hal biasa, ia tak tahu Caspar sudah tidur dengan berapa banyak perempuan dan ia tidak peduli. Tetapi ia tidak mau Caspar menganggapnya seperti itu.

Ia lahir tanpa ayah, dan hal terakhir yang diinginkan Finland adalah pacaran dengan seorang pemuda Eropa tampan dan hamil di luar nikah seperti ibunya.

Kalau Caspar mendekatinya hanya untuk tidur dengannya, maka Finland sudah menetapkan hati untuk menjadikan makan malam ini sebagai pertemuan terakhir mereka. Ia tidak ingin terlanjur berhubungan semakin dalam, karena ia sadar, dunia mereka sangat berbeda dan mustahil Caspar punya niat serius kepadanya.

"Kenapa kau marah? Aku cuma tanya, soalnya ini zaman modern dan banyak orang yang berhubungan secara kasual. Tidak usah marah-marah." Caspar mengangkat bahu, "Gadis secantik dirimu, kupikir pasti sudah punya banyak kekasih."

"Thanks. Aku tidak ada waktu untuk pacaran. Aku harus kerja cari uang," jawab Finland datar. "Kau ini kenapa, sih? Apa yang sebenarnya kauinginkan dariku?"

"Aku menyukaimu. Menurutku, kau cantik dan menarik. Kau orangnya tabah dan keras hati. Jadi wajar saja kalau aku ingin mendekatimu," jawab Caspar dengan wajah sungguh-sungguh.

"Tapi, kau kan bisa mendapatkan perempuan lain yang lebih cantik... Kau bisa pacaran dengan artis atau model, atau anak orang kaya mana, kenapa harus aku?"

"Aku sudah hidup cukup lama dan bertemu sangat banyak perempuan, tapi aku belum pernah jatuh cinta. Jadi bisa dibilang kau ini anomali. Aku biasanya tidak sebaik ini sama perempuan. Untukmu aku menjadi orang yang sangat sabar dan pengertian." Caspar menyentuh dagu Finland dan menatapnya dekat sekali, "Rasanya.. aku jatuh cinta kepadamu."

Finland pura-pura tidak mendengar bahwa Caspar menyebut kata 'cinta' dalam kalimatnya barusan. Yang benar saja. Mereka hampir tidak kenal, namanya saja baru ia ketahui siang tadi. Bisa jadi ia begini kepada semua perempuan yang sedang didekatinya.

Memikirkan itu membuat Finland sebal sendiri. Ia menarik wajahnya menjauhi Caspar dan mengarahkan pandangannya ke jendela mobil.

"Kita ke Chinatown, Pak Ben," katanya kemudian.

"Kau pura-pura tidak mendengar pernyataan cintaku barusan," kata Caspar sambil tersenyum dan menggeleng-geleng. "Kulitmu tebal sekali ya. Bisa-bisanya ekspresimu tetap datar begitu. Perempuan lain kalau dinyatakan cinta sudah menangis terharu..."

"Kau ini selalu bicara yang tidak-tidak setiap kita bertemu. Waktu itu kau bicara tentang membeli hotel, sudah puluhan tahun jadi dokter bedah dan bisa operasi sambil tutup mata, bla bla bla..." tukas Finland sambil mengangkat bahu, "Kau ini sangat ringan bicara, sehingga aku tidak pernah lagi menganggapmu serius."

Caspar memandang Finland dengan pandangan tidak percaya. Gadis ini keras kepala sekali. Finland terus memandang ke luar jendela, menghindari topik tentang cinta yang barusan diucapkan Caspar.

"Kita turun di sini," katanya kemudian begitu mereka tiba di Chinatown. "Kita jalan kaki sedikit. Kalau mobil ini berhenti di sana, bisa heboh..."

Caspar keheranan, tetapi ia ikut turun bersama Finland. Keduanya berjalan kaki sedikit menuju sebuah hawker center (pujasera), dan semakin dekat ke sana semakin wajah Caspar bertambah bingung.

"Kita antri dari sini," kata Finland menghentikan langkahnya. Caspar memandang Finland, lalu antrian panjang di depan mereka, lalu pada pakaiannya yang mewah, lalu ia melihat tanda di atas konter nasi ayam di ujung antrian mereka...

"The Cheapest Michelin Restaurant in the World"

---Restoran berbintang Michelin Termurah di Dunia---

Ia menatap Finland lama sekali sambil geleng-geleng kepala.

.

* restoran Michelin adalah restoran yang mendapatkan bintang dari asosiasi kuliner dunia karena makanannya dinilai yang luar biasa. Restoran Michelin biasanya adalah restoran mewah dan berkelas.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login