Download App

Chapter 5: Direnggut (21+)

Note:

So guys. Kalian pasti dah tau apa yang aku mau omongin di sini, tentang adegan 21+.

Jadi, buat adek-adek dimohon untuk tidak mapir kemari, kalau masih nekat, tolong dosa tanggung sendiri. Wkwkwkw.

Jaga hati dan pikiran kalian para saudara-saudara sekalian. Adegan ini tak se-hot adegan di cerita-cerita lain yang hot tapi keren gitu, karena sebenarnya aku tidak pandai menulis hal ini. So, ini pertama kali. Tapi, bagaimanapun ini adegan 21++. Aku saranin, habis baca ini cepat-cepat mandi wajib.

***

Hidup Stella mulai berubah semenjak menjadi kekasih Alex. Ia selalu diawasi dan dibatasi dalam melakukan kegiatan. Hidupnya tidak sebebas dan semenyenangkan dulu.

Stella diangkat menjadi sekertaris pribadi Alex, agar lebih sering bersama. Ia juga diharuskan pindah ke apartemen Alex dan tinggal di sana. Pulang bersama dan makan bersama merupakan kewajiban mereka, lebih tepatnya kewajiban Stella.

Alex memiliki mansion yang ditinggali oleh istrinya dan ibunya. Terkadang di hari libur, Alex akan pulang ke mansionnya untuk sekedar berkunjung. Istrinya sangat sabar dan mengerti keadaan Alex yang sibuk dan jarang pulang. Ia tak pernah marah ketika Alex hanya pulang sekali atau dua kali dalam sebulan. Alex memiliki apartemen mewah di kawasan elit. Ia meminta Stella pindah agar lebih mudah mengawasi dan menjaga Stella.

Selama Stella tinggal bersama Alex di apartemennya, ia menyimpulkan bahwa Alex memiliki penyakit bipolar. Perubahan moodnya sangat cepat dan itu menyeramkan. Terkadang Alex akan berperilaku lembut ketika Stella menurut seperti peliharaan. Dan akan mengamuk ketika Stella membangkang dan menolak. Stella juga memahami bahwa tidak boleh mengucapkan kata 'putus' atau ia akan berakhir mengenaskan. Alex akan marah besar dan menyetubuhinya seharian penuh hingga Stella jatuh sakit.

Mahkota berharga yang Stella jaga direnggut oleh Alex ketika pertama kali Stella pindah ke apartemen.

***

#flasback on

Malam hari.

"Ini rumahmu sekarang. Kau bebas melakukan apapun disini." Alex meraih pinggang Stella dan mengecup pucuk kepalanya.

"Ah, okey." Stella melihat-lihat isi apartemen itu. Ini benar-benar luas. Bahkan berkali lipat lebih besar dari apartemen lamanya. Interiornya sangat modern dan mewah. Stella yakin Alex pasti sangatlah kaya.

"Mandilah. Akan kubuatkan makanan." Alex beranjak menuju dapur dan memulai aktivitas memasaknya.

Stella melangkahkan kakinya ke kamar mereka. Kamarnya sangatlah luas. Warna hitam dan emas mendominasi kamar ini. Stella melangkah ke kamar mandi dan betapa terkejutnya ia melihat kemewahan sebuah kamar mandi. Bathupnya dilapisi warna keramik putih dan emas. Sungguh elegan dan mahal. Ranjangnya sangat besar, bahkan mampu menampung 6-7 orang. Disini juga terdapat walk in closet yang cukup besar. TV dan sofa kecil nyaman terdapat di ujung kamar ini. Bahkan kulkas kecil juga tersedia. Hei, bahkan ada brankas yang lumayan besar.

Apakah di dalamnya berisi uang? Entahlah.

Stella pun bergegas mandi. Tak butuh waktu lama, ia telah selesai mandi. Harum strawberry dan floral bercampur menjadi satu. aroma yang sangat wangi dan menenangkan. Stella hanya menggunakan bathrop karna dia belum membongkar isi kopernya.

"Stella, kau sudah selesai mandi?" Alex memanggil dari arah dapur. Stella berlari keluar kamar dan menuju dapur dan jangan lupakan Stella masih memakai bathropnya sehingga nampaklah belahan dada yang sexy dan menggoda.

Stella harus cepat, karena Alex tidak suka orang terlambat walau dalam keadaan apapun, seperti yang dialami Stella saat ini.

Sesampainya disana, diatas meja telah tersedia berbagai macam hidangan. "Makanlah sayang." Ia mencium bibir Stella kilat dan duduk berhadapan dengan Stella. Awalnya Stella terkejut dengan skinship yang Alex lakukan. Tapi, sekarang ia harus mulai membiasakan diri. Tentu tidak mudah.

"Mari makan!" seru Stella bersemangat. Cacing di perutnya sudah mulai berkonser ria pertanda minta diisi. Alex terkekeh dan menggelenggkan kepalanya pelan. Tingkah Stella sungguh seperti anak kecil. Menggemaskan.

Selama makan, mata Alex tidak lepas dari Stella atau lebih tepatnya belahan dada Stella. 'Begitu bulat dan menggoda' pikir Alex, mesum.

Alex sibuk menjilat bibirnya dan menahan gairahnya sedari tadi dan Stella menyadari hal itu. Bodohnya dia tidak mengganti bathropnya dulu sebelum turun. Sekarang lihatlah mata Alex yang di penuhi gairah dan ingin menerkam Stella kapan saja.

Selesai makan, Stella berinisiatif untuk mencuci piring. Ia bersenandung kecil, sambil mencuci. Tiba-tiba, sepasang lengan kekar melingkari perutnya dan Stella dapat merasakan tengkuknya meremang karna hembusan napas dari orang dibelakangnya. Alex menciumi tengkuk Stella. Mengusap pelan perut Stella yang tertutupi bathrop.

"Lex...ngh." Stella melenguh geli.

"Kau akan menjadi milikku," ucapnya tajam sarat akan keposesifan. Ia membalikkan badan Stella dan mencium bibirnya. Melumatnya pelan menyalurkan nafsunya. Lumatan pelan itu berganti menjadi liar dan penuh gairah. Bunyi khas orang berciuman terdengar jelas di dapur itu. Benang saliva entah milik siapa jatuh di bibir Stella turun hingga ke leher jenjang nan putih mulusnya.

"Mhm...Alex." tangan Alex mencengkram pinggang Stella dan tangannya yang lain menekan tengkuk Stella. Memperdalam ciuman mereka.

Permainan bibir mereka semakin membara, saling menjelajahi dengan rakus hingga rasanya luar biasa nikmat dan Stella tak kuasa menahan pesona luar biasa dari bibir Alex hingga rasa panas mendadak memenuhi tubuhnya. Stella tenggelam dalam aroma parfum maskulin dan lidah Alex yang membelai bibirnya dengan ahli hingga Stella sudah kehabisan napas, Alex tetap menekan tengkuk Stella agar tak bergerak.

Stella memukul dada Alex dan dia pun menjauhkan bibirnya dan beralih ke leher jenjang Stella, menciptakan tanda kemerahan yang tak kan hilang dalam beberapa hari. Sedangkan Stella meraup oksigen dengan rakusnya. Sungguh, tadi rasanya hampir mau mati kehabisan napas jika Alex tidak melepaskan bibirnya.

"Alex, stop it! Berhenti." Stella hendak mendorong dada Alex, tapi Alex segera mengambil alih kedua tangannya dan menggabungkannya menjadi satu untuk ditahan di atas kepalanya. Dan saat ini, Stella benar-benar tak berdaya dibawah kungkungan pria ini.

"Kita akan berhenti jika aku ingin berhenti, Baby. Kau akan benar-benar menjadi milikku. Sekarang, kita harus ke kamar dan melanjutkan kegiatan kita di sana." Alex mengangkat tubuh Stella dengan mudahnya, seakan-akan tubuh Stella ringan bagai kapas.

Panik melanda Stella saat tubuhnya diangkat dan digendong ala bridal style oleh Alex menuju kamar di lantai dua.

"No, Alex. Turunkan aku!" seru Stella. Kepalanya sibuk menggeleng dan tangannya memukul dada Alex.

Alex tersenyum miring. "Tidak." Suara Alex tersirat akan keseriusan bahwa dia tak kan melewatkan seks malam ini bersama Stella dan kesempatan untuk memiliki Stella sepenuhnya.

Stella menggeleng beberapa kali. "Tidak, Alex. Aku tidak mau. Ini terlalu cepat."

Perkataan Stella tidak dihiraukan Alex, saat Alex menghempaskannya ke ranjang yang empuk. Alex meraih pinggang Stella dengan mudahnya hingga paha mereka bersentuhan. Tangan Alex begitu besar di belakang pinggnganya.

"Kau menikmati ciumanku, Baby." Bibir pria itu mengecup bibirnya Stella sekilas. "Jangan munafik. Diam dan nikmati. Kau akan menjadi milikku malam ini."

"Aku-"

Perkataan Stella terputus saat Alex menyerang bibirnya dengan buas seperti tadi, namun kali ini lebih intens dan lidah Alex menelusup lebih dalam dan lebih dalam ke dalam mulutnya dengan agresif. Tangan pria itu tidak tinggal diam. Tangannya bekerja aktif melepas bathropnya, menelusuri tubuhnya dan sampai ke payudaranya.

Stella tak bisa berpikir jernih atau bahkan melindungi dirinya sendiri, ketika bibir dan lidah Alex memberikan sensasi kenikmatan di seluruh tubuhnya. Stella merasa lemah tak berdaya, namun di sisi lain, tubunya terasa hidup mendamba sentuhan Alex.

Pria itu begitu mendominasi tubuhnya, membuatnya tidak bisa bergerak dan pasrah menerima kenikmatan yang Alex berikan. Bahkan, Stella lupa bahwa pria di atasnya ini sudah mempunyai istri yang tinggal di satu atap bersama mereka.

"Alex..."

"You are so sweet, Baby," lenguh Alex di leher Stella, mencecap dan menghisap leher itu dengan rakus membuat Stella mengerang dan mendesah basah.

Bibir Alex semakin turun dan menggoda payudara Stella dengan lidahnya hingga tanpa sadar perempuan itu melengkungkan pinggangnya nikmat. Tak lupa, Alex memberikan tanda cintanya di payudara Stella yang menggoda. Terlihat, betapa basah dan bengkaknya ujung payudara Stella akibat keganasan pria itu.

Tubuh Stella memerah dari pipinya hingga ke perut. Bekas kecupan bibir di sepanjang leher dan dada semakin menambah hasrat Alex untuk menghabisi dan memiliki Stella malam ini.

Tangan Alex bergerak menelusuri tubuh Stella dan mencapai daerah sensitif perempuan itu. Menggoda daerah sana pelan dan Stella tak kuasa menahan desahannya. "Ngh...hah..." Stella merasakan geli dan nikmat secara bersamaan.

"Alex...stop...please," mohon Stella di tengah desahannya. Dia bingung. Ini salah. Alex sudah menikah, seharusnya ia menolak sentuhan demi sentuhan yang Alex berikan. Tapi pikiran Stella sudah dikuasai oleh nafsu dan gairah. Dia tidak yakin bisa menolak rasa ini.

"Alex," panggil Stella lirih, tapi Alex menghiraukannya. Justru, ia gencar menggoda payudara Stella dan daerah kewanitaannya hingga perempuan itu mencapai orgasmenya yang pertama.

Stella terengah-engah pasca kenikmatannya. 'Gosh, orgasme dengan cepat hanya dengan jari dan bibirnya. Memalukan.'

Dia terdiam sebentar dan berpikir bahwa semua ini salah, namun tubuhnya mengkhianati otak dan hatinya.

Seolah tahu dengan apa yang Stella pikirkan, Alex tersenyum miring. Kemudian dia merangkak naik hingga selangkangannya sejajar dengan wajah Stella. Little Junior Alex yang mengacung tegak memaksa bibir mungil Stella untuk terbuka dan membiarkannya masuk. Stella memberontak dan berusaha menutup bibirnya rapat-rapat. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Buka mulutmu!" pinta Alex.

Perempuan itu hanya diam dan itu menyulut amarah Alex. Dicubitnya rahangnya Stella kuat-kuat dan memaksa Little Junior Alex untuk masuk.

"Jilati dan hisap itu. Jangan sampai mengenai gigimu."

Mau tak mau, Stella menurutinya. Mulut Stella terasa sesak karena milik Alex yang terlalu besar sehingga membuat Stella kewalahan melakukannya.

"Shh...good, Stella," desah Alex, tak lupa memuji kerja Stella. Matanya terpejam menikmati sensasi nikmat di little juniornya. Tubuhnya ikut bergerak maju-mundur melecehkan mulut Stella. Tak berselang lama, cairan hangat menyembur ke dalam mulut Stella dan memenuhi rongga mulutnya.

"Telan semuanya!" pinta Alex. Dengan enggan, Stella melakukannya. Perempuan itu sampai tersedak karena menahan jijik dan mual saat menelan cairan putih kental milik Alex yang melewati tenggorokannya.

Pria itu kembali meraup bibir manis Stella. Menghapus sisa-sisa cairan yang masih tertinggal di sana. Tangan kanannya memegang little junior dan mengocoknya pelan hingga keras kembali, sedangkan tangan kirinya menahan bobot tubuhnya supaya tidak terlalu menimpa Stella.

Mereka berdua terlarut dalam ciuman liar, hingga Stella tak menyadari kalau little junior Alex sudah di depan pintu masuk daerah sensitifnya. Alex menggoda daerah sensitif Stella dengan menggesekkannya ke atas dan ke bawah.

Stella langsung tersentah saat merasakannya. 'Oh, no. Ini sudah terlalu jauh.' Permpuan itu berusaha meronta dan mendorong dada Alex.

"Alex, jangan. Stop. Berhenti."

Alex tidak menjawab, justru berkata, "Kaitkan kakimu di pinggangku," bisiknya pelan di telinga Stella, sesekali menggingit telinganya pelan.

"No! Jangan lakukan ini, Alex. Kau sudah mempunyai istri," ujar Stella, matanya berkaca-kaca. Dia menyesal. Sungguh menyesal. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika istri Alex mengetahui hal ini.

"Lakukan, Stella!"

Alih-alih menuruti permintaan Stella, Alex menggigit bibir Stella sampai perempuan itu berteriak sakit. Pada akhirnya, Stella menuruti Alex dan mengaitkan kakinya di sekitar pinggang Alex. Pria itu menggeram pelan karena aroma feminim Stella semakin menguar di sekitar mereka dan menambah hasrat Alex untuk meniduri perempuan di bawahnya ini.

"Aku mohon, Alex. Hentikan semua ini. Kau sudah beristri." Stella masih berusaha menyadarkan alex bahwa hal yang mereka lakukan ini salah dan harus dihentikan. Stella bersyukur, setidaknya masih ada kewarasan yang tersisa di dalam kepalanya.

Stella hendak melepas kaitan kakinya di pinggang Alex dan aksi Stella menyulut kemali amarah Alex. Kilatan matanya menggelap dan rahangnya mengeras. Tanpa aba-aba, dalam satu hentakan kuat tubuh mereka menyatu bersamaan teriakan kesakitan dari Stella dan geraman keras dari Alex. Pria itu merasakan kenikmatan luar biasa saat Stella begitu ketat menjepit miliknya, bahkan nyaris terasa menyakitkan.

"Akh! Sakit... keluarkan, aku mohon." Stella merasakan tubuhnya terbelah menjadi dua. Terdapat cairan merah yang mengalir di sana dan dapat diyakini bahwa itu adalah darah perawan Stella.

"Hiks. Pelan-pelan. " Perempuan itu tak mampu menahan tangisnya. Air mata terus keluar dari matanya yang indah seiring pria itu menggerakkan tubuhnya dengan kasar dan brutal.

Sembari bergerak, Alex membungkuk untuk memagut payudara Stella yang menegang, memutarnya dan menghisapnya kuat-kuat. Dan semakin lama, Stella juga merasakan kenikmatan di tubunya. Ia tak kuasa menahan hasrat seks ini. Dia sudah melupakan bujukan demi bujukan yang akan dia layangkan pada Alex untuk melepaskannya. Stella kalah oleh nafsu gairahnya.

'Sudahlah. Aku tidak kuat menahannya. Biarlah dengan apa yang terjadi besok.'

Alex mengangkat kepalanya, melihat pipi Stella yang merona, bibirnya yang merah membengkak, matanya yang indah dan berkaca-kaca, rambut pirang dan panjangnya berserakan di atas ranjang dengan kilau, terlihat begitu cantik dan menawan. Dunianya terasa menyusut dan terfokus pada perempuan ini. Membuat gairah Alex meninggi dalam sekejap, meletakkan tangannya di dagu Stella dan berkata,"tatap aku, Baby. Sebutkan namaku."

"Alex." Stella menurut, mengerang dan mendesah dengan hebat ketika Alex semakin menghujamkan miliknya dengan cepat dan mendorongnya untuk mencapai kenikmatan.

"Good, Baby." Alex mencium bibir Stella, semakin menambah ritme dorongannya untuk membantu perempuan itu mencapai orgasme. Setelah berhasil, rasanya luar biasa. Stella semakin menjepit milik Alex.

Kemudian, Alex mendorongnya lagi, memenuhi kebutuhannya sendiri dan membuatnya bergerak secara brutal dan lepas kendali. Sedangkan Stella hanya bisa mendesah menerima hujaman demi hujaman dari Alex. Tenaganya habis pasca orgasme tadi.

Saat orgasme Alex datang dan memenuhi rahim Stella, napasnya berhenti, seluruh tubuhnya menegang kaku dalam gelombang kejang yang membuatnya puas. Keringat membanjiri tubuh mereka. Keduanya sibuk mengatur napas, Alex membenamkan kepalanya di ceruk leher Stella dan mengecupnya beberapa kali seolah mereka adalah sepasang kekasih yang baru bercinta dengan panas, bukan seperti orang asing yang melakukan one night stand.

Stella lelah dan matanya terasa berat. Dia ingin tidur, namun sebelum memejamkan matanya, suara Alex yang serak akibat habis bercinta terdengar di telinga Stella.

"Jangan pernah-,"

"Menyebut orang lain, ketika kita sedang bercinta."

Awalnya Stella diam, tidak mengerti dengan apa yang Alex katakan. Dia mengingat kembali nama seseorang yang keluar dari mulutnya saat sesi bercinta tadi. Dan baru dia ingat, bahwa ia mengatakan 'istri' kepada Alex yang berarti, maksud Alex dengan 'orang lain' itu adalah istrinya.

"Hm." Stella ingin tidur, tapi suara bariton Alex mengintrupsi lagi.

"Dan Baby...Apa yang kita lakukan tidak berhenti sampai di sini," ujar Alex dengan senyum miring bin mesumnya.

Stella langsung menatap Alex. "Maksudmu?"

"Ini baru permulaan."

#flashback off

***

Stella lelah. Sudah dua bulan ia tinggal di apartmen milik Alex. Alex sebenarnya memenuhi semua kebutuhan dan fasilitas yang dia damba-dambakan, namun tetap saja itu tidak membuat Stella bahagia. Stella butuh kebebasan. Dia ingin melakukan apa pun yang ingin dia lakukan tanpa harus meminta izin dan sebagainya oleh Alex. Perempuan itu seperti putri yang terkurung di sangkar emas.

Hidup Stella sekarang bagai boneka yang harus menuruti perintah tuannya.

Pria itu sendiri, lebih sering menemani Stella di apartemennya dibandingkan bekerja di kantor. Dan hal itu membuat Stella bingung.

Apakah istrinya tidak curiga?

Stella menghempaskan pikiran tersebut dan memilih berpikir bagaimana caranya untuk keluar dari sangkar emas ini?

***

Jadi gimana, geng? Gimana perasaan kalian setelah baca ini? Apakah jantung kelen berdetak cepat kah? Apakah perut kelian terasa mules gitu? Apakah kalian berasa ingin pipis? Apakah kalian khilaf baca ini weee? Wkwkwkw.

Jangan lupa vote jika kalian suka dan coment jika kalian ada kritik dan saran. Suport kalian sangat membantu untuk perkembangan cerita ini dan perkembangan diriku sendiri. Jangan bosan-bosan menunggu kelanjutannya gengs. I love you epribadeh.


CREATORS' THOUGHTS
NurAzilawati_ NurAzilawati_

Di sini kita belajar bahwa, "Nafsu dapat mengalahkan segalanya."

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login