Kirana tidak berani mengangkat wajah. Jarak wajahnya dengan wajah lelaki itu nyaris tak terpaut. Jika dia nekat menaikkan pandangan sudah bisa dipastikan akan terjadi hal yang tak diinginkan.
Di posisi seperti ini saja jantung Kirana seperti mau melompat dari rongganya. Kirana menyesali itu, tapi ini memang sulit dia kendalikan. Miris, di saat dadanya berdegup kencang, belum tentu juga lelaki yang mengungkungnya saat ini memiliki degup yang sama. Itu artinya hanya dia yang memiliki perasaan ini. Menyedihkan.
"Aku mau mandi, Mas."
Gama menyeringai, tangannya masih memeluk pinggang ramping Kirana. "Mandi memang kegiatan yang cocok untuk melepas rindu."
Rindu karena tidak meniduri Kirana, begitu?
"Mas, aku—" Kirana tidak lagi melanjutkan kata-katanya saat Gama menjepit dagunya hingga wajahnya terangkat.
"Kamu hutang 10 hari, Kirana. Dan kamu bisa mencicilnya dari sekarang."