Download App

Chapter 2: BAB I

Namaku Stevan boltz Maeger seorang sarjana jurusan perbisnisan, panggil saja aku Eger.

Sudah satu Minggu setelah aku pergi ke agensi pencari kerja di kota ini.

Namun, hingga saat ini masih belum ada kabar perihal lamaran yang aku ajukan tempo hari.

Dari seminggu yang lalu, tak henti aku melihat telpon genggamku.

Tak sedikitpun tanda-tanda orang menghubungi diriku perihal pekerjaan yang aku lamar. Baik itu lamaran yang Minggu lalu, ataupun bulan-bulan sebelumnya.

Aghh.. rasanya sangat lelah sekali, bila sudah usaha tapi tidak membuahkan hasil. Apalagi, tabunganku sudah hampir habis. Kontrakanku pun bulan ini sudah jatuh tempo.

Belum lagi, orang tuaku yang menunggu kepulanganku ke rumah sedari aku lulus tahun lalu.

Teruntuk ibu dan ayah,

maaf bila aku tidak bisa cepat-cepat pulang ke rumah. Aku akan mencari pekerjaan di kota setelah aku lulus. Jadi, aku harap kalian bersabar sedikit lebih lama. Kelak bila anakmu berhasil nanti, aku janji ibu...ayah, aku pasti pulang dengan membawa harapan yang kalian dambakan.

Anakmu tercinta, Eger.

Setelah mengirim surat dengan sok kerennya begitu. Mana mungkin aku pulang dengan tangan kosong. Ditambah lagi, aku adalah lulusan 10 terbaik dari jurusan bisnis universitas elit di kota besar ini. Tentu saja aku malu bila pulang nanti tidak membawa apa-apa.

Huh.. hidup ini berat juga yah, tapi aku masih bersyukur karena aku tidak menganggur-nganggur amat. Yah, karena aku masih memiliki kerjaan cadangan sebagai pegawai freelance di sebuah toko kue di sekitar kontrakanku. Jadinya aku tidak ngenes-ngenes amat gitu.

Terlebih lagi, anak dari pemilik toko ini sangat manis sekali. Aku rasa, aku mulai menyukainya sejak aku mulai pertama bertemu dengannya tahun lalu.

Namanya adalah Lucia Velmets anak dari keluarga Velmets pemilik toko kue dimana aku bekerja freelance. Dia adalah seorang perawat di klinik kecil di kota ini. Dulu sekali saat aku belum tahu dia adalah anak pemilik toko tempat aku bekerja. Dia pernah menolongku dikala aku terluka di pinggir jalan karena sebuah kecelakaan. Saat itu aku baru lulus kuliah, kebetulan aku sedang bokek gak punya duit sedikitpun jadi aku pulang dengan jalan kaki ke kontrakan.

Dikala bimbang meradang gegara gak punya duit. Aku berjalan tanpa tujuan sambil melamun. Oleh sebab kecerobohanku itulah aku terserempet motor yang ugal-ugalan dijalan.

Kupikir, aku akan mati saat itu, tepat tengah malam kepalaku terbentur aspal dan kakiku terluka hingga tak bisa berjalan. Karena tengah malam tak satupun orang yang lewat membantuku. Meski ada beberapa orang yang melintasi menggunakan mobil, tak satupun dari mereka peduli terhadap seseorang yang tak dikenalnya.

Beberapa menit telah berlalu, badanku mulai menggigil kedinginan. Aku rasa hari itu.. adalah hari terakhirku di dunia. Hanya bayangan penyesalan dalam hatiku saja yang menyelimuti saat itu.

Ibu... Ayah.. maafkan anakmu ini.

Disaat kupikir aku akan mati saat itu juga. Dimana kesadaranku hanya sepersekian saja, aku merasakan hangat didalam dadaku. Samar-samar aku melihat sesosok wanita sedang membopongku. Hingga akhirnya aku tersadar, diriku sudah beradaa di sebuah klinik di keesokan harinya.

Dimana aku?... Apakah aku selamat ataukah sudah mati?.

"Selamat pagi tuan, syukurlah anda sudah sadar. Sudah dua hari anda tak sadarkan diri," ujar perawat itu sembari mengganti infus untukku.

Rupanya saat aku kritis tak sadarkan diri saat itu. Ada seorang wanita baik hati yang menolongku pergi ke klinik ini. Dia adalah Lucia, yang kebetulan seorang perawat di klinik tempat aku dirawat.

Kudengar dia yang membawaku kemari sembari membopongku di malam itu. Saat berusaha bertemu dengannya, ternyata malam itu adalah hari terakhir dia bertugas di klinik ini. Alhasil aku tak bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasihku padanya.

Setelah sembuh dari lukaku, aku bermaksud membayar tagihan menggunakan asuransi kesehatan yang kebetulan masih bisa digunakan untuk bulan ini. Namun, saat aku akan membayarnya. Ternyata semua sudah dibayar oleh Lucia perawat yang menolongku malam itu. Bahkan dia bersedia menjadi waliku untuk semua persyaratan administrasi yang harusnya di tangani oleh keluarga pasien. Sungguh wanita yang memiliki hati yang mulia.

Setelah aku keluar rumah sakit. Beberapa hari setelah aku pulang ke kontrakan, aku pun pergi ke klinik tempat kerja suster Lucia yang pernah menyelamatkan nyawaku.

Hari itu aku bermaksud untuk berterima kasih padanya. Namun setelah bertemu dengannya, rasa kagumku semakin bertambah melihat wajahnya yang juga cantik bagaikan malaikat.

Nada suaranya yang lembut membuat suasana hati ini menjadi tenang. Mungkin saat itu, aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Setelah beberapa waktu lalu aku mengucapkan terima kasih pada suster Lucia. Aku pun mencoba mencari pekerjaan dikarenakan uang simpananku sudah mau habis.

Meski satu Minggu sudah berlalu sejak aku melamar pekerjaan. Namun tak satupun panggilan kerja datang. Di saat keadaan terhimpit ini, kulihat selembaran brosur lowongan pekerjaan di depan sebuah toko kue. Aku pun melamar pekerjaan itu dan kebetulan masih ada satu lowongan yang kosong kala itu. Hingga pada akhirnya, aku bekerja di toko kue ini.

Kemudian setelah kira-kira satu bulan aku bekerja disana, tak aku sangka bisa melihat Lucia. Suster penyelamat hidupku disana. Disitulah aku mengetahuinya bahwa tempat aku bekerja itu adalah toko milik orang tua Lucia.

Mulai saat itulah aku dan lucia mulai dekat, hingga pada akhirnya aku mengetahui kebenaran yang menyakitkan ini.

"Eger... Orang tuaku telah menjodohkanku dengan seorang lelaki pilihan mereka. Aku tak tau harus bagaimana, mulai nanti sore aku akan bertemu dengannya."

Mendengar pertanyaan lucia membuatku merasa disambar petir seketika.

"Hey eger, kau dengar tidak?"

"Ah iya, aku mendengarkan kok. Terus bagaimana denganmu? Apakah kau akan menerima perjodohan itu?"

"Hmm.. aku tak tau, karena melihat orangnya saja belum. Bagaimana aku bisa mengambil keputusan bila begitu"

"Yah, apapun keputusanmu. Aku akan mendukungmu Lucia."

Bodoh.. bicara apa aku ini? Kenapa aku berpura-pura mendukungnya? Dasar Eger bodoh!

"Hmm.. begitukah, sembari menatap wajah Eger yang sedang gugup. Yasudahlah, aku harus pulang dulu. Dahh.. Eger, sampai jumpa lagi," ucapnya dengan melambaikan tangannya.

🚶🚶🚶🚶🚶

Setelah bertemu dengan Lucia, aku berjalan pulang menuju kontrakanku.

Haah, langit senja ini benar-benar membuat hatiku sendu. Andai saja aku... Bisa lebih jujur dengan perasaanku.

Bisakah.. aku berada di sisinya?..

Dreeet..

Dreeet..

Dreeet..

📲📲📲

Terdengar suara getaran handphone milik Eger di tas yang dia bawa.

"Ya, hallo dengan saya sendiri"

🍃🍃🍃

🍃🍃🍃

Keesokan harinya, Lucia pergi ke tempat pertemuan bersama keluarganya di hotel Nozelt. Dikarenakan mereka sekeluarga pergi, aku diamanati menjaga toko selama mereka pergi.

Keesokan harinya saat aku kembali ke toko untuk bekerja. Kebetulan keluarga Velmets sudah pulang dari acara pertemuan mereka. Lucia pun sedang libur dari pekerjaannya di klinik. Dia membantu kedua orang tuanya menjaga toko.

Dikala istirahat siang, basemen atap toko.

"Kau tau Eger, pada awalnya.. aku merasa gugup bertemu dengannya. Aku hanya mendengar bahwa dia adalah seorang bisnisman yang cukup sukses di kota ini.

Hatiku berdegup dengan kencangnya saat melihatnya untuk pertama kali. Tak aku sangka, ternyata dia orang yang amat ramah. Meski baru pertama bertemu, kami sudah bisa mengobrol dengan akrabnya. Aku rasa.. aku bersedia menikah dengannya"

Treng... Bunyi gelas yang jatuh dari telapak tangan Eger.

"Ada apa eger? Apa kau terluka? Bagaimana gelas itu bisa terjatuh? Kau tidak apa-apa kan?"

Seketika suara Lucia tidak terdengar begitu jelas bagiku. Mungkinkah aku kelelahan?.. kepalaku sempoyongan sejenak.

"Jangan khawatir, aku tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur saja. Kalo begitu aku akan kembali bekerja, aku permisi dulu."

Meski bukan untuk yang pertama kalinya aku merasa patah hati. Akan tetapi.. tetap saja rasanya menyesakan!"

Eger berjalan kembali menuju toko dibawah. Hingga saatnya tiba pulang kerja dia masih mencoba bersikap biasa saja. Sampai tiba di kontrakannya, eger pun mulai termenung di pojok kasur dengan badan tertelungkup.

Kring...kring.. kring...

📲📲📲

Suara dering handphone di meja dekat kasur dia termenung.

"Ya, hallo. Iya, dengan saya sendiri."

....

..

.

🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄

Keesokan harinya, Eger berhenti bekerja dari toko kue keluarga Velmets. Satu Minggu kemudian eger mendapatkan undangan pernikahan dari lucia yang akan diadakan Minggu depannya.

Sial... Breng**k

Dilemparlah surat undangan pernikahan tersebut ke tong sampah di pojokan.

Tapi... Sebenarnya.. yang salah itu adalah aku sendiri bukan?. Karena tak pernah berkata padanya perasaanku yang sebenarnya...

Dan kini sudah satu bulan berlalu, sejak kejadian itu...

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login