Download App

Chapter 2: Para Keturunan Bintang

"Apa kalian mencari kami?" kata seseorang dari balik semak belukar, mereka bertiga pun terkejut dengan suara itu, perasaan khawatir dan takut pun mulai menghantui mereka bertiga, dengan sedikit keberanian mereka menengok ke arah suara itu "Si..siapa kalian?" Tanya Vera "Hahaha!!! Buat apa kalian tahu kami hah!? Ngga ada gunanya juga kan?" kata salah satu dari mereka dengan nada sedikit menakutkan "Hei!! Kita tanyanya baik-baik yah, ngga usah nyolot dong!!" bentak Revan.

"Hei lebih baik lo diem aja Larnix Revanius." Kata orang itu. Astaga dari mana mereka tahu nama gue... kata Revan dalam hati yang sudah mulai khawatir. Larnix? sepertinya aku tak asing dengan nama itu... kata Vera dalam hati yang mencoba mengingat tentang nama itu "Sebenarnya siapa kalian hah!?" Tanya Farel yang mulai geram "Kami adalah keturunan rasi bintang Andromeda." Jawab orang itu

"Apa? Keturunan rasi bintang Andromeda? Hello!! Handphone kali yah hahahah!!!" ledek Revan "Android kali itu mah." Sanggah Vera sambil bercanda "Kamu boleh ketawa sekarang wahai keturunan Larnix, tapi itu tak akan lama karena kami akan membunuh kalian semua para keturunan rasi bintang ke tujuh." Kata orang itu dingin. Astaga iya!! Itu dia Larnix dia salah satu bintang lebih tepatnya dialah si bintang ungu. Jadi sekarang para musuh bintang pun sudah mulai berdatangan di dunia nyata, tidak!! Samanta, Arjuna, Sherin datanglah kami butuh kalian!!! Kata Vera yang sudah mulai ketakutan.

"Apa maksud kalian hah! Siapa yang keturunannya siapa? Jangan ngaco kalo ngomong yah!" bentak Farel "Tidak mereka benar Rel, Revan adalah keturunan bintang rasi ke tujuh dia adalah si bintang ungu." Sanggah Vera "Apa-apaan sih lo Ve, kenapa lo jadi ikutan edan kaya mereka." Kata Revan "Siapa juga yang edan Revan! Gue masih waras kali!" kata Vera dengan nada sedikit sebal "Hihihi maaf maaf tek kira karena kamu takut, kamu jadi ikut-ikutan edan hehe!" ledek Revan

"Sudah bicaranya? baiklah sekarang akan kami mulai. Bersiaplah para bintang hiyaaaa!!!!!!!" kata kedua orang itu yang kemudian mulai menyerang ke arah mereka bertiga. Tak pernah disangka dan tak pernah Vera duga, ternyata kedua temannya yang suka bercanda dan konyol itu pun bisa seserius ini dalam pertarungan, namun anehnya dari mana mereka belajar silat, Vera pun hanya bisa terduduk di tanah dengan pandangan yang tetap terarah pada Farel dan Revan yang masih bertarung dengan kedua orang itu untuk melindungi dirinya.

Sedangkan Farel & Revan sendiri tidak tahu kenapa mereka bisa seahli ini dalam ilmu silat, tubuh mereka terasa panas dan gairah untuk bertarung pun muncul dalam jiwa mereka. Lecutan demi lecutan serangan diarahkan kedua orang itu pada mereka, sejauh ini mereka masih bisa menahan semua serangan itu sampai pada akhirnya kedua orang itu mengeluarkan serangan yang begitu dahsyat ke arah mereka "Elementara Andromeda!!!!" teriak kedua orang itu sambil mengarahkan kedua tangan masing-masing ke arah Farel & Revan.

Farel & Revan pun tak bisa menghindar, mereka berdua terkena serangan tepat di dada dan itu membuat mereka seketika jatuh tersungkur ke tanah dengan keras, tak lama kemudian mereka pun jatuh pingsan.

"Hahaha! Keturunan rasi bintang ke tujuh memang sangat lemah, dan kini hanya tinggal kau seorang diri gadis manis apa yang akan kau lakukan ha?" Tanya salah satu dari mereka yang lama kelamaan mulai mendekat ke arah Vera. Vera sendiri hanya bisa terus memundurkan tubuhnya tanpa bisa berdiri karena rasa ketakutan yang luar biasa yang tengah melanda hatinya "Kau mau kemana hah? Kenapa harus takut wahai keturunan Calico." Kata orang itu. Entah kenapa bayangan Calico muncul dalam pikirannya..

alam ilusi ...

"Keturunanku, jangan pernah lari. Jangan pernah takut untuk menghadapi kenyataan yang ada. Kuatkan hatimu dan yakinkan dirimu bahwa kamu bisa menghadapi mereka. Bangkitlah wahai keturunanku (Memeluk tubuh Vera)." Kata Calico yang kemudian bayangannya mulai memudar.

alam normal..

"Siapa yang bilang gue takut hah?!" kata Vera yang kemudian mulai berdiri dengan aura kekuningan yang menyelimuti tubuhnya, kedua orang itu pun sedikit demi sedikit mulai mundur dari Vera "Perbuatan kalian pada teman-temanku adalah bumerang bagi kalian sendiri!! Hiyaaaa!!!!" kata Vera yang kemudian dengan cepat menyerang kedua orang itu. Perlawanan Vera yang secara tiba-tiba, membuat dua bintang Andromeda itu sedikit terkejut namun mereka masih bisa menandingi kekuatan Vera.

"Dua lawan satu, kau tak akan menang melawan kami hahah!!!" kata salah satu dari mereka di sela-sela pertarungan "Kami datang Ve!!!!" kata Arjuna yang diikuti oleh Samanta dan Sherin "Hehe jadi sekarang siapa yang akan kalah? Dua atau empat?" kata Vera dengan sedikit meledek dua bintang Andromeda itu. Sam, Juna dan Sherin pun langsung membantu Vera mengalahkan kedua orang itu, cukup lama mereka bertarung dan saling jual beli serangan akhirnya di tuntaskan oleh para rasi bintang ke tujuh dengan gabungan serangan "Evira dragonoid star!!!" teriak mereka berempat.

Kedua bintang Andromeda itu pun tak bisa menahan serangan itu, mereka terpental dan tubuh mereka pun menabrak pohon dengan keras, namun mereka masih bisa berdiri kemudian pergi dengan cepat "Pengecut lo!!, sini jangan lari woyyy!!!!" teriak Vera "Maaf kami terlambat." kata Samanta "Iya ngga papa. Astaga! Farel sama Revan!" kata Vera yang teringat dengan kedua temannya itu "Bagaimana ini Sam?" Tanya Vera "Mereka cuma pingsan Ve, mungkin dengan kekuatan kita, kita bisa menyembuhkan mereka." Kata Samanta "Ayo kita coba." Sambung Sherin.

Mereka berempat pun langsung mengarahkan telapak tangan mereka yang bercahaya ke arah dada Farel dan Revan, lama kelamaan gerak tubuh mereka mulai terlihat dan akhirnya mereka pun tersadar.

"Awwww!" kata Revan sambil memegangi dadanya begitu juga dengan Farel "Kalian tidak apa-apa kan?" Tanya Vera yang begitu khawatir pada mereka "Kami tidak apa-apa Ve, nah lo sendiri?" Tanya Revan "Gue baik-baik aja Van." Jawab Vera "Loh kok ada Sam, Juna sama Sherin?" bingung Farel "Iya kami juga keturuan bintang seperti kalian, lihatlah kalian pun telah memakai kalung bintang seperti kami." Jelas Samanta.

Vera, Revan, dan Farel pun langsung melihat ke arah leher mereka, dan ternyata benar mereka telah mengenakan kalung itu entah sejak kapan "Loh kok bisa sih?" Tanya Revan keheranan "Bisa saja." Jawab seseorang yang tubuhnya bercahaya "Hah!!! Kamu kan..... Elezar!" kata mereka serempak dan terkejut kecuali Farel dan Revan yang masih kebingungan, sang penjaga kalung bintang kini ada di depan mereka, orang yang mereka lihat pada 700 tahun yang lalu, kini benar-benar muncul di zaman mereka "Gue ngga mimpi kan? Awwww!!!!" kata Revan sambil memegangi pipinya yang ditampar oleh Vera "Ngga kan hehe." Kata Vera "Sakit kali Ve ih jahat banget lo mah." Kata memelas Revan "Hehe maaf maaf." Kata Vera.

"Elezar ada apa? Kenapa kamu bisa datang kesini?" Tanya Samanta "Maaf aku datang secara tiba-tiba, aku hanya ingin menyampaikan bahwa musuh para bintang kini mulai berdatangan ke dunia kalian. Seperti halnya tadi dua bintang Andromeda itu." Kata Elezar "Hah? Kenapa bisa secepat ini sih, kami aja baru tahu kalo kami ini keturunan bintang." Kata Farel "Ya itulah yang disebut waktu, seperti halnya yang dikatakan oleh pemimpin bintang yang dulu, waktu dimana kalian akan menghadapi hal yang sama seperti 700 tahun yang lalu mungkin lebih mengerikan." Kata Elezar.

"Oh ya! gue baru sadar, kalo sekarang kita udah ditambah Vera, Revan dan Farel berarti tinggal..." "Satu orang lagi, yaitu si bintang biru pemimpin kita." Kata Samanta yang menyambung kata Sherin yang menggantung "Elezar apa kamu bisa kasih tahu seperti apa bintang biru pemimpin kami itu?" Tanya Arjuna "Maaf aku tak bisa memberitahu kalian karena itu bukanlah tugasku, ngomong-ngomong tentang bintang biru aku akan memberikan kalungnya kepada kalian (Sambil mengulurkan tangan yang berisi kalung bintang biru pada Samanta)." Kata Elezar

"Loh kok ngga dipakai langsung sama yang punya? Kaya kita-kita ini." Kata Revan bingung "Kalung bintang ini berbeda dengan kalian, kalung ini tidak bersatu dengan kalung kalian pada 700 tahun yang lalu benar kan Sam?" Tanya Elezar "Iya! aku baru ingat kalo kalung bintang biru ini tidak bersatu dengan kalung kita karena, kalung ini digunakan untuk menyegel satu kekuatan besar tapi aku lupa namanya." Kata Samanta.

"Ya sudahlah yang penting jaga kalung ini baik-baik, sekarang waktuku di dunia kalian sudah habis jadi aku harus cepat pergi ingatlah kebenaran akan terungkap pada suatu saat nanti." Kata Elezar yang kemudian tubuhnya mulai memudar dan menghilang, ke enam bintang pun memberikan senyuman nya kepada Elezar untuk tanda ucapan terima kasih. "Oke guys sekarang tugas kita hanya tinggal mencari bintang biru, tapi ingat kita harus tetap waspada karena mungkin musuh-musuh kita tengah berkeliaran di sekitar kita." Kata Samanta.

Ke lima bintang yang lain pun mengangguk paham, kemudian dengan cepat mereka kembali ke tenda masing-masing.

Keesokan harinya, para murid mempunyai kegiatan wide game. Kelompok pun sudah terbagi dan siap untuk diberangkatkan.

"Oke murid-murid sekarang waktunya kita wide game. Di perjalanan nanti kalian harus mengikuti tanda alam yang sudah kami buat, dan kalian bukan hanya jalan-jalan saja. Nanti kalian juga harus mengumpulkan bendera merah putih yang sudah kami sebar ke beberapa titik, dapatkan bendera itu sebanyak-banyaknya dan cepat kembali ke perkemahan kalau sudah menemui finish. Kelompok yang benderanya paling banyak akan menjadi pemenang paham!" kata Pak Guru

"Paham Pak!!" jawab para murid "Baiklah berangkat!!" perintah Pak Guru. Semua murid pun mulai berangkat, untuk jalurnya sendiri dibagi menjadi empat, sesuai dengan arah mata angin yang umum. Masing-masing jalur terdiri dari dua kelompok, mereka saling bersaing untuk mendapatkan bendera sebanyak mungkin.

Keberuntungan kini berada di para bintang karena mereka berenam menjadi satu kelompok dan ditambah empat orang yang lain yaitu Panji, Amara, Melan dan Rey. Mereka diarahkan untuk melewati jalur selatan yang dipimpin oleh Samanta "Aduh banyak banget sih nyamuknya, ih sebel deh!" kata Amar "Heh! namanya juga di hutan ya wajar dong kalo banyak nyamuknya, emang Hutan kaya hotel apa hihihi!" ledek Revan "Heh! Denger yah, gue tuh ngga pernah kali ikutan kaya gini. Lagian ngga ada manfaatnya juga kan." Kata Amar.

"Yaiyalah lo kan anak mamih hahah!" ledek Sherin "Apa lo bilang!!!" bentak Amar "Hei udah dong kita kan lagi di hutan, usahakan kita harus tenang. Lebih baik kalian gunain mata kalian untuk cari bendera dan bicara seperlunya." Kata Samanta yang mencoba menenangkan.

"Sam! Lihat kayanya itu bendera deh?" panggil Rey yang berada paling belakang. Samanta pun langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rey "Iya itu bendera guys, yaudah Rey tolong ambilin yah?" pinta Samanta karena jarak Rey yang cukup dekat dengan benderanya "Oke kalian tunggu sini yah jangan ninggalin gue." Kata Rey yang kemudian pergi untuk mengambil bendera itu "Nih Sam benderanya." Kata Rey yang mengulurkan benderanya

"Oke makasih, kita lanjut lagi pencariannya." Kata Samanta "Heh! Sam istirahat dulu napa, capek nih gue!" bentak Amar "Yaelah Mar baru juga beberapa meter udah capek aja." Kata Panji "Iya Mar, lagian kan perjalanan juga masih jauh masa segini aja udah ngeluh katanya leader?" ledek Melan "Iya leader cewek-cewek alay hahaha!" sambung Revan, yang lain hanya bisa tersenyum geli atas candaan Revan. Sedangkan Amara hanya bisa mendengus kesal karena tak ada satu pun yang membelanya, dan perjalanan pun dilanjutkan.

Di kelompok lain yang melewati jalur timur, terdapat pradana dan anggotanya. Mereka beruntung karena bisa satu kelompok dengan sesama anak pramuka. Kelompok pramuka ini bukan dipimpin oleh pradana putranya melainkan oleh pradana putrinya yaitu Viona, karena di antara sepuluh anak kelompok ini Viona lah yang paling bersifat cuek, dingin, namun cerdas pemikirannya dalam segala hal patut diacungi jempol, makannya dia dipercaya untuk menjadi leader nya.

"Vi dari tadi kita belum nemu bendera nih." Keluh Mawar "Iya nih Vi, apa benderanya ngga ada di sekitar sini kali yah? Atau mungkin kelompok lain sudah pada ngambil kali." sambung Nevil "Kalian tenang aja, jalurnya udah benar. Lihat dibalik pohon itu ada bendera." Kata Viona tenang sambil menunjuk ke arah yang dimaksud "Wah hebat! Kok lo bisa jeli gitu sih Vi?" kagum Elang "Cuma kebetulan." Jawab Viona singkat. Nevil dan Elang pun mengambil bendera itu "Asyik udah ada satu bendera nih!" Kata Nevil girang "Yaudah kita lanjutin lagi perjalanannya." Kata Viona "Siap komandan!!" jawab ke sembilan anggotanya dengan serempak.

Saat perjalanan sudah terasa agak jauh, kelompok pramuka pun memutuskan untuk beristirahat dengan tujuh bendera yang sudah didapat. "Eh Vi gue izin mau buang air kecil yah, udah ngga tahan nih!" Kata Yoga "Yang penting jangan sendiri, Zal temenin Yoga. Dan ingat apa-apa harus izin dulu, ini kan tempat asing." Perintah Viona "Loh kok gue sih ndan? Ngga mau ah! ngapain juga nemenin orang kencing!" Tolak Rizal, namun Viona hanya memberi tatapan tajamnya kepada Rizal.

"Eh.. eh eh iya iya gue temenin ndan, yuk!" ajak Rizal pada Yoga dengan sedikit sebal, mereka pun pergi mencari tempat yang pas "Hadeh Vi, jangan dingin banget napa? Kasihan kan mereka jadi ketakutan gitu." Kata Mawar "Iya Vi, senyum dikit dong kaya gue nih hehe." Sambung Kaira "Hn." Jawab Viona dengan cueknya, ya itulah Viona cewek cuek, dingin namun manis. Teman-teman yang sudah lama mengenalnya tak pernah heran lagi kalau sifat cewek manis ini seperti itu.

Kaira dan Mawar pun hanya menghela nafas panjang. Lama mereka menunggu kedua temannya yang belum kembali, rasa khawatir pun mulai melanda hati Viona "Lang, Vil coba kalian susul mereka, kayanya ada sesuatu yang terjadi." Kata Viona yang menatap tajam ke arah Rizal dan Yoga pergi "Mawar, Kaira dan Kinan kalian juga ikut dan bawa alat P3K siapa tahu mereka membutuhkannya. Dinda, Jo, Kalian sama gue disini buat tandu." Perintah Viona.

Semua mengangguk paham tanpa bertanya sedikit pun, entah kenapa setiap kali Viona berkata tentang sesuatu hal, mereka semua percaya bahwa hal itu memang benar terjadi. Mereka pun langsung menjalankan tugas masing-masing.

Beberapa menit telah berlalu, rombongan Elang pun kembali ke tempat Viona dengan membawa Rizal yang terluka dibagian kepala yang sudah dibalut dengan pembalut gulung, sedangkan tangan Yoga yang juga dibalut dengan pembalut mitela di bagian telapak tangan kirinya. Viona langsung berdiri dari tempat duduknya yang diikuti oleh Dinda dan Jo

"Apa yang terjadi!?" Tanya Viona "Entahlah saat kami tiba disana, Rizal sudah pingsan sedangkan Yoga mengerang kesakitan sambil memegangi telapak tangannya." Jawab Elang yang juga khawatir, mereka pun mendudukkan Yoga dan membaringkan Rizal di tandu yang sudah dibuat "Yo apa yang sebenarnya terjadi?" kata Viona lembut berusaha untuk menenangkan temannya itu "Tadi.. tadi itu sangat menakutkan Vi!! pedang dan balok kayu itu..." jawab Yoga yang kelihatannya masih shock dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya dan Rizal.

Viona sendiri hanya memperhatikan mata Yoga yang masih terlihat ketakutan, lama dia memandangi mata itu, tiba-tiba... "Vi kita harus cepat keluar dari hutan ini!!! banyak pembunuh yang berkeliaran Vi. Gue takut!! gue takut kalau mereka mengincar nyawa kita Vi!" kata Yoga secara tiba-tiba, teman-teman yang lain hanya bisa tercengang mendengar perkataan Yoga, namun mereka bingung apa yang harus mereka lakukan sedangkan mereka sendiri belum mengalami apa yang sudah dialami oleh Yoga dan Rizal.

"Yo lo tenang dulu, kita akan baik-baik aja. Kita ini anak pramuka yang berjiwa ksatria kita ngga boleh takut. Kita bisa hadapi ini." Kata Viona yang mencoba menenangkan Yoga "Tapi yang mereka incar itu nyawa Vi!! Apa lo ngga kasihan sama Rizal hah!!!" bentak Yoga karena rasa shocknya.

Viona hanya memegang pundak Yoga dan menatapnya lembut, entah kenapa Yoga merasakan ketenangan dan nafasnya pun mulai teratur "Lihat aku Yo... Udah sedikit tenang?" Tanya Viona, Yoga hanya mengangguk pelan "Oke guys sekarang kita bagi tugas, Elang dan Kinan jaga bagian belakang. Jo dan Nevil kalian yang bawa tandu pertama. Dinda, Mawar dan Kaira kalian berada di sisi kanan dan kiri tandu, sedangkan gue ada di barisan depan. Yoga ada di belakang gue mengerti!?" Tanya Viona

"Siap mengerti!" jawab mereka serempak. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Perasaan waswas pun menghantui hati mereka, rasa takut, khawatir bercampur aduk menjadi satu. Di sisi lain lebih tepatnya kelompok Samanta, mereka sendiri baru mendapatkan lima bendera dan mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak "Rel coba lihat kompas, arah utara kemana?" Tanya Samanta. Farel pun langsung mengeluarkan kompas dari saku celana dan membukannya.

Tak pernah ia duga bahwa ada kejanggalan yang terjadi pada kompasnya "Sam! Kok aneh yah?" kata Farel "Aneh kenapa?" Tanya Samanta "Jarum kompasnya berputar terus bahkan sangat cepat." Jawab Farel. Perasaan apa ini? Kenapa tiba-tiba aku merasa khawatir seperti ini...Tuhan semoga saja tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kata Samanta dalam hatinya sambil melihat kompas itu "Guys kayanya ada yang ngga beres sama Hutan ini deh." Kata Melan "Apa maksudmu Mel?" Tanya Vera

"Lihat, bukankah kita baru saja melewati tanda ini yah?" Tanya Melan sambil menunjukkan tanda alam yang sama yang telah dilewati kelompoknya "Hutannya yang aneh? Atau leadernya yang ngga becus nih?" Tanya Amara dengan nada sedikit mengejek "Hei kalo ngomong dijaga yah, masih mending leadernya Sam, dari pada lo, bisa-bisa kita ngga bisa pulang." Kata Rey "Tapi sekarang buktinya kita tersesat kan?" Tanya Amara "Kita ngga tersesat. Ada yang sedang menjebak kita." Kata Samanta yang mulai waswas.

"Maksud lo apa Sam? Jangan bikin takut dong." Kata Melan yang sudah mulai merinding.

Samanta sendiri masih mengamati keadaan di sekitarnya, dia merasakan hawa aneh di tempat itu "Hei guys, kompasnya bergerak semakin cepat!" kaget Farel, semua mata pun tertuju pada kompas itu dan tiba-tiba saja.. "Kompasnya berhenti?" kata Arjuna "Kenapa hutannya jadi semakin sunyi yah? Perasaan tadi suara hewan masih kedengeran." Khawatir Panji, semua mata pun kini mengamati keadaan sekitar, kini semuanya telah merasakan ada yang tidak beres pada tempat itu

"Oke jujur gue mulai takut dan mungkin emang bener kita ngga tersesat, tapi kalo kita sedang dijebak, jebakan macam apa ini?" kata Amara yang sudah mulai ketakutan "Panji, Rey, Melan dan lo Mar cepet merapat ke tengah, selebihnya buat lingkaran untuk melindungi mereka." Kata Samanta yang sudah mulai khawatir akan keberadaan sesuatu yang berbahaya "Sebenarnya ada apa Sam?" Tanya Panji, belum sempat Samanta menjawab pertanyaan dari Panji, tiba-tiba....

"Hei guys, kalian denger ngga? Ada suara kuda tapi jauhhhhhh banget." Kata Sherin, kini semuanya mempertajam pendengarannya berharap bahwa yang di dengar oleh Sherin adalah kebohongan "Sherin benar. Tapi lama-kelamaan suara kuda itu semakin....." "Dekattt." Kata Samanta lirih yang menyambung kata Melan. Suara itu semakin dekat ke arah mereka bahkan begitu dekat sampai pada akhirnya... "Suaranya berhenti di balik pohon beringin itu." Kata Arjuna.

Ketakutan pun mulai menjalar pada jiwa mereka bukan hanya pada manusia biasa saja, tetapi juga pada para bintang "Hei!!! Keluar lo kalo berani! Jangan jadi pengecut lo!!" teriak Revan. Tak lama kemudian setelah teriakan Revan itu, keluarlah sosok mahluk yang begitu menyeramkan "Itu.... Kuntilanak?" Tanya Revan "Hah! Masa sih di siang-siang gini ada setan!" Sanggah Panji, namun dengan cepat tiba-tiba makhluk itu menghilang begitu saja "Ha! Dia kemana?!!" Tanya Amara yang terkejut.

Debar jantung yang semakin cepat kini menambah rasa adrenalin yang tengah membara pada sepuluh remaja itu, ketakutan yang begitu hebat benar-benar tengah mereka rasakan dan tiba-tiba saja... "Aaaaaaaa!!!!!!!!!" teriakan Melan membuyarkan fokus mereka semua, ternyata makhluk itu kini tengah bertatap muka dengan Melan begitu dekatnya. Mahluk itu pun dengan cepatnya mencekik leher Melan dan menghempaskannya menabrak pohon "Melan!!!!!!" teriak Amara histeris, darah segar pun keluar dari mulut Melan karena hantaman yang begitu keras.

Samanta dengan cepat menghajar makhluk itu dan membuatnya terpental ke belakang. Namun makhluk itu masih bisa berdiri seolah-olah serangan Samanta tidak terasa sama sekali "Kalian bertiga, cepat sembunyi!! Ve, Rin cepat selametin Melan selebihnya lawan makhluk itu!!!" teriak Samanta. Mereka pun langsung bergerak sesuai dengan tugas masing-masing. Gerakan makhluk itu begitu cepat, hingga para bintang pun sedikit kewalahan "Ve luka Melan cukup parah, tulang rusuknya patah, tapi untung jantungnya tidak kena. Kita masih bisa selametin dia. Kita gunakan jurus yang sama saat kita sembuhin Farel sama Revan." Kata Sherin "Baik!" jawab Vera, mereka berdua pun mengarahkan kedua tangannya ke arah tubuh Melan yang sudah terkapar lemah.

Empat bintang yang tersisa kini tengah mati-matian melawan makhluk itu yang terlihat tidak kewalahan sama sekali untuk menghadapi mereka berempat, namun anehnya setiap diserang Makhluk itu hanya menghindar tak memberi perlawanan sama sekali. "Sepertinya target dia bukan kita Sam." Kata Arjuna di sela-sela pertarungan "Kamu benar Jun, tapi kalo bukan kita siapa targetnya?" Tanya Samanta belum sempat Arjuna menjawab, makhluk itu kembali menghilang dengan cepat dan...

"Juna!!!!! Tolong gue Jun!!!!! tidakk!!!!" teriak Panji dari kejauhan dan semua mata pun kini tertuju pada Panji, sedangkan Amara dan Rey hanya bisa mematung ketakutan "Panjii!!!!!!!" teriak Arjuna yang kemudian dengan cepat menuju ke arah Panji, namun dia gagal untuk menyelamatkannya karena tubuh Panji kini telah dihunus dengan sebuah pedang di bagian jantung oleh makhluk itu, dengan seringai yang menakutkan makhluk itu pun menengok ke arah Rey dan Amara.

"Target dia bukan kita melainkan manusia biasa!! Bintang lindungi teman-teman kita!!!!!!" teriak Samanta yang kemudian dengan cepat mengejar makhluk itu, sedangkan tubuh Panji sendiri kini telah terkapar di tanah dengan darah yang mengucur deras dari dadanya "Panji!!!!! Panji lo kuat Pan, lo kuat lo harus bisa tahan. Vera tolongin Panji Ve!!!!" teriak Amara histeris yang melihat darah begitu banyak, Vera pun dengan cepat menghampiri tubuh Panji dan mengarahkan tangannya ke arah luka Panji.

"Tolongin dia Ve..." kata Amara yang sudah mulai menangis karena ketakutan. Arjuna yang tidak terima temannya terluka, tiba-tiba kekuatan besar pun muncul dari dalam dirinya "Kurang ajar kau!!!! Rasakan ini hiyaaaa!!!!!" teriak Arjuna sambil memberikan serangannya ke makhluk itu, namun lagi-lagi makhluk itu hanya menghindar. Arjuna terus mengejar makhluk itu, namun makhluk itu hanya bisa lari dan menghindar terus menerus.

"Hei!!! Jangan lari lo pengecut!!!" teriak Revan yang kini membantu Arjuna, sedangkan Samanta dan Farel mundur untuk melindungi Rey dan Amara "Rel lindungi gue Rel, gue ngga mau mati disini!" Kata Rey yang sudah ketakutan "Kenapa makhluk itu hanya mengincar kami, apa salah kami hah!!?" Tanya Amara pada Samanta dengan sedikit amarah karena ketakutan akan kematian "Karena kami bukan manusia biasa seperti kalian." Jawab Samanta.

"Kami adalah manusia istimewa yang mempunyai kekuatan lebih dari manusia normal pada umumnya." Sambung Farel "Kami ditugaskan untuk melindungi umat manusia dari para musuh bintang." Lanjut Samanta "Melindungi apa hah!!! Mana buktinya? Dua teman kami telah terluka karena kalian tak mampu melindungi mereka iya kan!!" bentak Amara "Setidaknya kami telah mencoba Mar, kami memang kuat tapi hati kami ini sama seperti kalian, merasakan takut, sakit, khawatir. Kami juga manusia Mar!" jawab Samanta yang mulai mengalami tekanan batin.

Amara hanya bisa terdiam dan memalingkan pandangannya ke arah Panji yang masih tergeletak lemah.

Rasa putus asa pun kini menghampiri mereka, menyerah hanya itu yang ada dalam pikiran ke enam bintang. Di saat musuh mereka yang kuat dan teman-teman mereka yang terluka juga tak kunjung membaik, hati mereka sakit ketika melihat temannya itu ketakutan dan meneteskan air mata. Mereka tak tahu harus berbuat apa lagi, mereka telah menemui jalan buntu. Ketika mereka sudah nyaris menyerah, ada cahaya yang datang di tempat itu cahaya yang mereka kenali sebagai nenek moyang mereka, para rasi bintang ke enam.

Tujuh bintang itu langsung melancarkan serangan ke arah makhluk itu dan berhasil mengenainya. Kini makhluk itu hanya bisa mengerang kesakitan dengan tubuhnya yang terbakar, akhirnya makhluk itu pun berhasil dikalahkan "Semudah itukah bagi mereka mengalahkannya?" kata Farel lirih pada Samanta, sedangkan Rey dan Amara sendiri hanya kembali terpaku menyaksikan fenomena-fenomena aneh yang baru mereka lihat sekali dalam seumur hidup. "Kenapa kalian terlambat hah!!" bentak Arjuna pada tujuh bintang terdahulu "Lihat teman-temanku mereka terluka!!" kata Arjuna kembali yang tak bisa lagi menahan emosinya.

"Arjuna keturunanku, tenanglah. Kami datang juga atas kehendak sang Maha Pencipta. Kami tak sembarangan bisa datang ke dunia kalian. Jiwa kami telah berbeda dengan kalian." Kata Elderius "Arjuna, apa kamu menyadari apa yang membuat kamu tak bisa mengalahkan makhluk itu?" Tanya Demolius, Arjuna sendiri hanya bisa tertunduk sambil mengepalkan kedua tangannya "Kau terbawa oleh nafsu amarahmu, kalian masih bekerja sendiri-sendiri. Hati kalian belum kuat, kalian tak percaya akan kekuatan kalian sendiri." Kata Bilius.

"Lalu, apa kalian akan tenang jika melihat teman kalian terluka hah!" bentak Arjuna kembali, Samanta yang menyadari bahwa

hati Arjuna sedang kacau, dengan cepat dia menghadap ke arah Arjuna dan memeluknya "Juna, tenanglah mereka tidak salah. Kita juga seharusnya tidak mengandalkan mereka terus kan? Kita ini penerus mereka, kita harus bisa melampaui kekuatan mereka bukan malah bergantung pada mereka." Kata Samanta menenangkan.

Lama-kelamaan kepalan tangan Arjuna pun mulai melemah, nafasnya mulai teratur kembali, Samanta yang mulai merasakan bahwa amarah Arjuna sudah mulai mereda pun langsung melepaskan pelukannya. Para tujuh bintang terdahulu sendiri hanya bisa tersenyum melihat para keturunannya itu "Rey, Amara kalian tak perlu khawatir untuk keadaan Melan, dia baik-baik saja. Keturunanku Sherin, dia telah berhasil menyembuhkannya." Kata Demolius "Lalu bagaimana dengan Panji?" Tanya Amara.

"Untuk Panji sendiri, dia telah dituliskan akan pergi pada hari ini Amara." Jawab Calico "Apa maksud kamu?" Tanya Amara "Dia telah pulang kepada Sang Pencipta." Kata Claraus "Apa!!! Ngga mungkin dia masih hidup kan Ve? Dia hidup kan?" Tanya Amara pada Vera yang tak percaya akan kematian Panji "Nji bangun Nji!!!! Lo ngga mati Nji!!!! Lo cuma tidur kan? Nji bangun Nji!!!!!" teriak Amara sambil mengguncang tubuh Panji dan terus menangis.

Rey hanya bisa menangis tak kuasa melihat kepergian sahabatnya itu, sedangkan ke enam bintang hanya bisa tertunduk sedih, merasa bahwa mereka telah gagal untuk melindungi temannya itu "Ada sisi gelap dalam diri Amara. Sisi gelap itu akan tumbuh setelah kematian Panji." Kata Claraus yang berbicara lirih pada saudara-saudaranya "Larnix hentikan waktu sekarang." Perintah Claraus, dengan memetikkan jarinya seketika waktu pun berhenti. Semua benda yang hidup pun seperti mati, hanya benda dan hal-hal yang dikehendaki sajalah yang bisa bergerak "Para keturunanku, kalian sudah hampir dekat dengan pemimpin kalian." Kata Claraus.

"Dia yang berhati bijak..." "Dia yang cerdik.." " Dia yang berhati adil..." "Dia yang selalu tenang..." "Dia yang mampu menenangkan..." "Dia yang mempunyai penglihatan tajam...""Dia yang mempunyai pendengaran tajam.. itulah keturunanku si bintang biru." Kata Claraus mengakhiri perkataan dari masing-masing bintang. "Lalu, sekarang bagaimana dengan tubuh Panji?" Tanya Vera "Cepatlah kembali ke perkemahan, karena hutan ini sudah tidak aman lagi untuk kalian." Kata Claraus "Baiklah, kami mengerti." Kata Samanta. Larnix pun kembali memetikkan jarinya, dan waktu pun kembali berjalan normal, seketika itu pula tujuh bintang telah menghilang.

"Mar lebih baik sekarang kita kembali ke perkemahan." Ajak Samanta, Revan dan Arjuna pun dengan cepat membuat tandu untuk membawa jasad Panji, akhirnya kelompok itu pun kembali ke perkemahan.

Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan kelompok Viona "Sam! apa yang terjadi dengan Panji?" Tanya Jonathan "Dia... Sudah meninggal Jo." Jawab Samanta "Apa!! lo bercanda kan?" tak percaya Jonathan "Sam benar Jo, Panji udah ngga ada." Sambung Rey, Jo yang tak percaya akan kematian sahabatnya itu, sangat terpukul. Dia sungguh berharap itu semua hanya mimpi semata "Ada apa dengan hutan ini, kenapa teman-teman kita menjadi korban?" Tanya Kinan.

"Ada yang sedang mencoba membunuh kita semua."Jelas Samanta "Lebih baik sekarang kita kembali ke perkemahan, karena ada yang sedang mengawasi kita." Kata Viona dingin. Semua mata pun langsung tercekat mendengar kata-kata Viona, ketakutan kembali menggerayangi mereka "Lang cepat bawa mereka kembali ke perkemahan." Kata Viona "Tapi Vi, lo bagaimana?" Tanya Elang, belum sempat Viona menjawab, tiba-tiba keluarlah sepuluh anak seumuran mereka, namun bukan murid  AKALA.

"Cepat Lang! ada nyawa yang harus diselamatkan (Sambil melihat ke arah Rizal)." perintah Viona dingin namun terkesan memberikan tanda waspada, Elang pun mengangguk dan segera membawa teman-teman nya kembali ke perkemahan. Di saat rombongan Elang sudah agak jauh, Viona justru diam-diam berhenti dan bersembunyi di balik pohon untuk memperhatikan gerak-gerik Samanta dan teman-temannya itu. Mereka justru terlihat ingin menghadapi sepuluh orang itu.

Tak pernah Viona duga, kalau Sam dan yang lain memiliki kekuatan melebihi batas normal manusia, dia begitu tercengang melihat fenomena yang ada di depannya itu "Di belakangmu Sam!!!" teriak Viona dari kejauhan, Samanta yang mendengarnya langsung berbalik dan memukul musuhnya itu "Revan, Arjuna bagian depan! Vera, Sherin samping kanan dan kiri! Samanta dan Farel bagian belakang!!" teriak Viona kembali mengarahkan ke enam temannya itu, namun entah mengapa mereka menurut saja dan posisi yang diperhitungkan Viona sangat tepat untuk kekuatan mereka masing-masing.

"Viona...  dia bisa memperhitungkan strategi ini." kata Samanta. "Dia mempunyai mata yang jeli." kata Revan. "Dia cerdik dalam mengatur kekuatan kami." kata Arjuna. "Dia mempunyai pendengaran yang lebih tajam." kata Farel. "Dia bisa memahami kami walaupun dia hanya seseorang yang kami kenal sebagai cewek yang dingin." kata Sherin. "Mungkinkah dia... Si bintang biru?" Kata Vera dan lima bintang yang lain dalam hati mereka masing-masing di tengah pertarungan.

Jual beli serangan pun masih terjadi di antara mereka, Viona yang menyaksikan pertarungan itu menyadari satu keganjalan. Musuh mereka kini hanya tinggal sembilan. Mana yang satu lagi? Tunggu. Kata Viona dalam hatinya, yang kemudian merasakan ada seseorang di belakangnya, lalu "Hiyaa!!!!" teriak Viona sambil mengarahkan tangannya ke arah perut orang itu. Orang yang terkena serangan dari Viona hanya bisa mengerang kesakitan lalu tewas. Apa itu tadi? Kenapa aku bisa melakukan hal seperti itu? Kata Viona dalam hatinya yang merasa bingung akan dirinya sendiri.

"Guys! Bintang biru telah muncul!" kata Samanta "Viona!! Cepat bantu kami!!!" teriak Revan. Viona hanya mengangguk dan dengan gerakan cepat, ia sudah berada di tengah-tengah pertarungan dan "Altania Ilazar!!!!!!!" teriak Viona, dengan seketika itu pula semua musuhnya terpental saat tangan Viona menghujam bumi.

Semua musuh itu pun merasa kesakitan yang amat sangat dan akhirnya tewas. Ke enam bintang yang lain pun hanya bisa tercengang melihat apa yang barusan terjadi, mereka tak menyangka bahwa selama ini pemimpin mereka adalah Viona si pradana putri AKALA yang terkenal sangat dingin dan jarang senyum itu. Kekuatan yang sungguh luar biasa yang dimiliki oleh Viona, membuat enam bintang yang lain pun kagum akan kekuatan pemimpinnya itu "Inikah si bintang biru itu?" Tanya Vera "Iya tidak salah lagi, Viona lah orangnya." Kata Arjuna.

Ke enam bintang yang lain pun mendekat ke arah Viona yang tampaknya masih terlihat bingung dengan kekuatannya sendiri "Selamat bergabung wahai bintang biru." Kata Samanta sambil memberikan kalung bintang dan tersenyum tulus "Bintang biru?" Tanya Viona "Yah, kamu adalah pemimpin kami Vi, kita semua adalah keturunan rasi bintang ke tujuh. Pakailah kalung itu dan kamu akan mengetahui semuanya." Kata Samanta.

Viona pun mengenakan kalung itu dan tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan gambaran-gambaran aneh tentang sesuatu hal yang mengerikan di masa lalu "Apa sekarang kamu mengerti?" Tanya Farel "Iya aku mengerti." Jawab Viona "Vio!!!! Kenapa kamu ngga nyisain buat aku sih! Aku kan juga pengin hajar muka mereka!" Kata Revan sebal "Lebih baik sekarang kita kembali ke perkemahan." Kata Viona, semuanya mengangguk paham sedangkan Revan sendiri hanya bisa melongo karena dikacangin oleh Viona "Haha! Kasihan dikacangin." Ejek Vera.

Mereka bertujuh pun langsung melesat dengan cepat ke arah perkemahan, di perkemahan sendiri banyak anak yang tengah menangisi jasad Panji, ke enam bintang kecuali Viona hanya bisa tertunduk sedih "Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Pak guru yang langsung mendekat ke arah tujuh bintang "Hanya sebuah kecelakaan Pak." Kata Viona yang langsung menjawab "Bagaimana bisa?" Tanya Pak guru.

"Banyak penjahat di hutan itu Pak, lebih baik sekarang kita segera pulang ke kota Pak." Saran Viona "Baik-baik. Bapak akan serahkan masalah ini pada pihak berwajib, dan kejadian ini akan jadi pembelajaran buat kita agar lebih berhati-hati." Kata Pak guru yang sangat terpukul dengan kematian Panji "Iya Pak." Kata Viona. Semua murid pun memberikan penghormatan terakhirnya pada Panji.

Setelah memberikan penghormatan terakhir, jasad Panji pun di pulangkan ke rumahnya untuk disemayamkan, sedangkan rombongan jelajah petualang kembali pulang dengan menaiki bus mereka sesuai dengan nomor urut masing-masing. Sungguh pengalaman terpahit dalam sejarah jelajah petualang di tahun 2017 ini, tepatnya pada 8 juli atas kematian Panji Arya Ginanjar. Selamat jalan kawan, semua murid yang ada di dalam bus hanya bisa berdiam diri duduk dengan tenang, seolah-olah rasa ceria mereka telah hilang. Namun ada juga yang justru membicarakan tentang kematian Panji.

Untuk Viona sendiri dia hanya menatap keluar jendela bus, melihat keadaan sekitar yang terlihat bergerak menemuinya. Kematian Panji merupakan awal dia menyadari bahwa akan ada sesuatu hal yang lebih buruk dari ini ke depannya, apalagi tugas dia sebagai seorang pemimpin yang harus bisa selangkah lebih maju dan bertanggung jawab pada semua hal mengenai bintang.

Apa yang akan terjadi besok, aku harap bukan hal yang akan membuatku kehilangan lagi. Kata Viona dalam hatinya. Sedangkan enam bintang yang lain hanya bisa melamunkan apa yang telah terjadi pada Panji, kematian Panji masih menghantui mereka. Lalu setelah kejadian ini, apa yang akan mereka temui besok?.

Amarah dan kebencian kini telah hinggap di hatinya, sebuah perasaan balas dendam ingin ia tuangkan pada tujuh bintang. Tujuh bintang yang tak menyadari bahwa sesungguhnya orang terdekat merekalah yang justru akan jadi bumerang bagi mereka sendiri. Dari balik kursi ke tiga paling belakang, terlihat mata yang memancarkan kebencian yang begitu besar, siapakah dia "Tunggu pembalasanku wahai para bintang." Kata orang itu, apakah yang akan orang itu lakukan terhadap para bintang?

"Intinya saat kamu berfikiran tentang satu hal penderitaan, kamu juga harus memikirkan beribu hal tentang kebahagiaan."

PASA 0216


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login