Download App

Chapter 2: Tetamu ayah

"Runi,saya sudah mendapat banyak aduan dari guru kelas kamu."

"..."tiada sebarang jawapan.

"Nampaknya saya tiada pilihan lain selain memanggil orang tua kamu kesini untuk membicarakan hal ini.Kamu sudah menunggak waktu saya sangat banyak,kalau bukan kerana orang tua kamu tu banyak duit saya tak mungkin tolong kamu diamkan hal ini."

"..."

Guru dihapannya itu tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.Murid yang sering berada diatas no.1 dalam setiap peperiksaan.Dirinya pun berasa bangga akan kejayaan yang sangat baik namun disekolah itu berprinsip bahawa kesemua pelajar diharapkan dekat dengan rakan sekelas untuk membina kepercayaan sesama mereka.Namun Runi Adelia lain dari murid yang lain apabila ia sering berdiam diri saat ditanya dan tidak rapat dengan mana murid.

Apakah ia memiliki masalah dengan keluarganya atau ia sebenarnya sakit sebab itu ia sering menjauhkan diri.Gurunya pun pusing memikirkan muridnya satu ini.

Memiliki darjat tidak memiliki makna bagi Runi Adelia.Orang tuanya hanya sibuk seharian mana pernah jadi orang tua yang benar padanya.Buat apa duit banyak tapi tidak bahagia.

Tak disangka yang hadir cuma bibinya.Bibinya datang dan mengaku sebagai emaknya supaya hal ini tidak diketahui orang tuanya.

"Cik Runi,jangan risau berikan masalah ini diselesaikan oleh saya.Cik Runi hanya perlu bersedia waktu pulang nanti,katanya puan besar,cik Runi harus berpindah mulai hari ini setelah pulang sekolah."

"..."

Seperti biasa tiada jawapan darinya.Bibi Rasya memahami situasi Runi,Runi yang sudah menghadapi semua segala masalah hidupnya dengan sendirian,sejak menjadi bibinya Runi. Runi tidak pernah memberi masalah besar padanya dari balik itu tiada satu pun dirumahnya yang memberi perhatian padanya.

"...baiklah.Apa kata setelah ini kita berjumpa sahabat cik Runi sebelum pergi,bagaimana?".

Cadangan yang ditawarkannya terlihat membuat Runi tiba-tiba menggenggam pakaiannya dengan erat.

Nampaknya cik Runi tidak mengalami waktu yang bagus saat ia di sekolah itu,bagaimana ia boleh terlepas akan hal sebesar itu.

"Baiklah,kalau begitu tunggu saya selesai berbicara dengan gurunya nanti kita pulang bersama pak Sorya."

Runi terlihat sedikit tertunduk kepalanya.

Setelah beberapa minit kemudian,mereka pun keluar dari bilik guru pengetua.

"Cik Runi,kenapa tidak beritahu bibi Rasya yang cik Runi selama ini dibuli oleh rakan sekelas.Mereka terlalu berlebihan hanya kerana cik Runi tidak ingin mendekati mereka, berbicara dengan mereka."Bibi Rasya tidak berpuas hati setelah mendengar kata-kata dari guru disiplin yang bersamanya dibilik pengetua sebentar tadi.

Sejak dari dalam kereta Runi hanya terdiam dan tidak melihat pemandangan dari dalam kereta sejak mereka mula bergerak menuju kerumah.

Runi memikirkan kemana pula orang tuanya ingin menghantarnya setelah ini.Apakah semua ini boleh diubah menjadi lebih baik, apakah ia perlu cuba berani berbicara dengan orang disekelilingnya.

Runi bukanlah orang yang tidak tahu berbicara cuma dari segi nak bercakap dengan orang lain,normal macam orang lain. Runi masih tidak pandai untuk bersosial dari segi bercakap.

Setibanya dirumah Runi mendapati ada tetamu dirumahnya.Dirumah yang cuma dihuninya,emak dan ayahnya kini terdapat dua kasut yang tidak dikenali dihadapan rumah mereka.

Dua orang?

Melihat isi rumah yang kebiasaanya sunyi kini terdengar bunyi riuh ketawa yang deras membuatkan Runi tidak senang hati.

Ia memang tidak suka tempat yang bising terutamanya suara orang.

"Bagaimana dengan perusahaan kamu di Jerman,Noval."ia bertanya dengan rasa senang kerana teman lamanya datang mengunjungi rumahnya.

"Biasa sahaja.Eh,aku dengar dari isteriku anak kamu perempuan,bukan.Tunjuklah mana dia sekarang?"lelaki itu menanyai keberadaan Runi yang pada waktu itu berdiri dari balik dinding mendengar perbicaraan mereka.

"Dia pergi ke sekolah,sebentar lagi pulanglah orangnya."ayahnya terdengar seperti tidak senang saat membicarakannya.

Runi pun berjalan cuba melepasi mereka, akan tetapi sebuah teguran tertuju padanya membuatkan Runi terhenti dan terpaksa menemani mereka.

"Runi?"tegur ayahnya.

Melihat ayahnya memberi isyarat padanya untuk duduk bersamanya membuatkan Runi berjalan lambat menuju ke arah ayahnya. Setelah ia duduk,ia pun mengambil perhatian pada biskut yang sudah dihidang di atas meja.

"Bagaimana kita jodohkan mereka berdua. Lagipun anak aku sibuk bekerja,jadi sebagai seorang ayah aku ingin dia miliki seseorang untuk menjaganya."

"Mestilah,pada waktu ini kita buat pertunangan dulu tiga tahun kemudian kita khawinkan mereka berdua.Bagaimana?"

Runi tidak berkata apa-apa memandangkan keputusan sebegitu ia sudah tidak kesah.Ia cuma ingin hidup yang kurang berkomunikasi.

"Aku setuju.Lagipun kalau kita tetapkan awal macam ini,kita tak perlu fikir banyak."

Ayah sudah pun buat keputusan.Dia bercakap seperti aku ni sebuah bebanan.

Temannya melihat jam tangannya seketika.

"Nampaknya aku sudah terlalu lama disini."

Yeay,sudah mahu pulang rupanya.

"Nampaknya kamu pun sibuk juga seperti saya,tidak memiliki waktu sedikit pun untuk diri sendiri."

Kenapa ayah berbicara seperti memiliki waktu untuk berbual kosong.

"Baiklah,Runi mari ikut sekali hantar tetamu kita sehingga ke depan pagar."

Runi hanya menganggu.

Tak perlu ajak sekali kalau nak hantar tetamu pun.

Didepan pagar,aku melihat pak cik yang bakal tak lama lagi jadi ayah mentua aku melambai aku dengan mesra,senyuman wajahnya dilihat oleh aku membuat hati aku sedikit terbuka untuknya.

Sebelumnya tidak ada yang tersenyum sebegitu bahagia saat bertemu denganku.

Tapi siapa anaknya.

Sebelum pergi,orang itu ada berkata sesuatu.

"Esok,anak aku akan datang kemari.Jangan risau tentang pakaian tunangan anak aku akan hantar dan bersiap disini.Kita akan lakukan akad nikah dirumah kamu.Tentang tok iman kau boleh jadi kan.Kalau sibuk esok aku akan hantar seorang kesana."

Ia berbicara banyak sampai satu pun aku tidak dapat hadam.

Kalau dilihat pada ayah,nampaknya ia akan benar-benar terjadi kerana ia tidak terlihat terlalu tenang dengan hatinya sendiri.Matanya sering melarikan diri saat bertemu mataku.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login