Download App

Chapter 4: Kopi Darat

'Mungkin kau tak pernah merasakan apa yang kulakukan di setiap pengorbananku. Selalu jadi yang kau mau menjaga di setiap saat, tapi kau tak melihatku.'

Saras tersenyum saat mendengar lagu 'Cuek' yang dinyanyikan oleh Rizky Febrian diputar di dalam taksi. Lagu itu menemani awal perjalanan Saras pagi ini. Memikirkan lirik lagu tersebut, Saras jadi teringat pada suaminya.

Saras lalu membayangkan saat mereka berdua bertengkar pada suatu malam, satu tahun yang lalu. Ketika itu penyakit Deyra semakin parah, sehingga gadis kecil itu harus dirawat di rumah sakit. Karenanya, Saras harus pergi ke rumah sakit setiap hari bergantian dengan Mbok Yem untuk menjaga Deyra.

Pada saat itu Saras benar-benar merasakan kelelahan secara fisik dan mentalnya. Ditambah dengan sikap Bram yang terlihat tidak peduli dan hanya sibuk bekerja. Suaminya itu tidak datang setiap hari untuk menjenguk Deyra, melainkan hanya datang ke rumah sakit saat ia ada waktu luang saja.

Karena sudah tak tahan lagi dengan sikap Bram yang cuek, akhirnya pada suatu malam ketika mereka pulang ke rumah untuk mengambil baju Deyra, keduanya pun bertengkar. Sepanjang perjalanan pulang, wanita itu mengungkapkan semua kekesalannya pada Bram di dalam mobil. Bram hanya menjawab seperlunya saat mendengar omelan istrinya itu.

Akhirnya ketika mereka sudah sampai di rumah, Bram tiba-tiba menghentikan Saras dan langsung memeluknya sesaat mereka memasuki ruang tamu. Pria itu pun menangis di pelukan istrinya. Saras masih ingat apa yang Bram katakan pada malam itu, 'Maafkan aku karena selalu sibuk bekerja. Tapi kamu harus tahu, semua perjuanganku ini hanya untukmu dan Deyra. Jika aku tidak bekerja, maka dari mana lagi kita bisa mendapatkan uang untuk membayar perawatan Deyra?'

Hati Saras perlahan melunak ketika ia mendengar ucapan Bram. Karena terlalu sibuk mengurus Deyra, ia jadi lupa dari mana semua uang untuk membayar biaya operasi dan perawatan Deyra? Dari mana juga uang untuk menggaji pekerja di rumah dan di perusahaan Bram? Dan dari mana pula uang untuk makan dan kebutuhan mereka sehari-hari kalau bukan dari suaminya itu?

Itu adalah kali ke dua Saras melihat suaminya menangis. Yang pertama adalah pada saat ia mengalami kecelakaan sehingga ia harus melahirkan Deyra yang masih berusia 7 bulan. Dengan seketika, Saras merasa kasihan pada pria yang sedang menangis di pelukannya itu. Saras pun menyadari bahwa tak hanya dirinya yang merasakan frustasi dalam menghadapi keadaan mereka, tapi juga ada Bram yang merasakan perasaan serupa. Tanpa ia sadari, tangisannya pun ikut pecah. Saras dan Bram akhirnya bersama-sama melepaskan segala kegundahan yang membuncah di dada mereka melalui air mata. Hal itu cukup ampuh untuk meredakan emosi pasangan suami istri tersebut.

Sejak kejadian malam itu, Saras mulai menata hatinya kembali dan berusaha untuk menjadi istri yang lebih pengertian lagi. Maka dengan penuh kesabaran, ia pun merawat Deyra. Selain itu, ia juga selalu mendukung karir suaminya. Saras tidak pernah banyak komentar ketika Bram pulang terlambat ataupun ketika suaminya selalu pergi ke luar kota dan ke luar negeri untuk urusan bisnisnya.

Yang dapat Saras lakukan hanyalah merawat anak mereka dengan sebaik-baiknya, walaupun akhirnytakdir berkata lain. Saat ini, putri kesayangannya itu sudah beristirahat dengan tenang di sisi Tuhan. Meskipun sedih, namun Saras harus bisa menerima kenyataan itu dan terus meyakinkan dirinya bahwa sekarang jiwa Deyra sudah tenang dan bahagia di atas sana. Putrinya sudah tidak menderita lagi dengan harus meminum segala macam obat setiap hari dan juga merasakan tajamnya pisau bedah yang menyayat tubuh kecilnya.

Mengingat semua itu, hati Saras sungguh terasa pilu. Bagaikan sebuah luka yang baru akan sembuh, namun ditaburi lagi dengan garam. Saras tak tahu kapan ia bisa untuk ikhlas dengan sepenuh hati menerima kepergian Deyra. Seketika pandangan Saras menjadi kabur saat ia melihat ke arah jendela mobil. Satu dua titik air mata jatuh di pipinya, ia pun segera menghapus air mata itu dengan tissue dan mencoba untuk menenangkan hatinya kembali.

Lagu itu masih terdengar di telinga Saras, 'Mana ada ku cuek apalagi nggak mikirin kamu. Tiap pagi malamku selalu memikirkan kamu. Bukalah pintu hatimu agar kau tahu isi hatiku. Semua perjuanganku tertuju padamu.' Saras pun ikut bersenandung dan menikmati lagu tersebut.

Setelah melewati jalan raya yang cukup padat, akhirnya Saras sampai juga di Bandara. Ketika sudah membayar ongkos dan turun dari taksi, wanita itu berjalan dengan santai sambil mendorong kopernya. Masih ada waktu sekitar setengah jam untuk check in, jadi ia tidak perlu terburu-buru.

Di sekitarnya, banyak mata yang tertuju ke arah Saras. Memang tak bisa dipungkiri, meski wanita itu sudah berusia 30 tahun, namun paras cantiknya serupa dengan gadis yang berusia 20 tahun. Ditambah dengan wajahnya yang mungil dan kulitnya yang cerah, membuat setiap mata terpana melihat pesonanya. Saras si ratu kampus itu masih sama dengan saat ia kuliah dulu. Walaupun sudah pernah melahirkan, namun tubuh indahnya masih tetap terjaga. Mungkin hal itu karena Saras selalu sibuk mengurus putrinya, sampai-sampai ia tidak terlalu banyak makan. Alhasil, tubuhnya masih langsing seperti seorang model.

Setelah melakukan check in, Saras lalu menuju ke boarding area untuk menunggu jadwal keberangkatannya.

Sementara duduk menunggu keberangkatannya, Saras meraih ponsel dari dalam tas dan menyalakan layarnya. Ternyata sudah ada beberapa pesan masuk dari teman di grup 'Novel: Affair'. Ia pun membacanya satu per satu.

'Reva : Hai guys, hari ini kita jadi ketemuan kan, ya?'

'Nanda : Jadi dong, Kak. Gimana yang lainnya?'

'Anggi : Aku belum pasti ya. Nanti mau lihat sikon dulu.'

'Reva : Jadi ketemuannya tetap di KU DE TA kan, ya?'

'Nanda : Iya, Kak. Sudah aku booking meja untuk kita ketemuan, hehe.'

'Mayang : Wah, asik! Ternyata kalian jadi juga kopi daratnya. Jangan lupa kirim foto di grup ya.'

'Nanda : By the way, Kak Saras kok belum ada kabarnya, ya?'

Saras pun segera membalas pesan mereka setelah membacanya.

'Saras : Sorry baru balas. Tadi ponselku ada di dalam tas, jadi tidak tahu kalau sudah ada pesan yang masuk. Aku masih di bandara nih, jadwal penerbanganku jam 9.'

Tak berapa lama masuk sebuah pesan balasan di grup itu.

'Nanda : Pas banget kalau begitu, Kak. Aku booking mejanya jam sebelas supaya sekalian kita makan siang. Itu berarti aku akan datang lebih dulu.'

'Saras : Oke.'

'Reva : Aduh, aku sudah nggak sabar ingin bertemu dengan kalian.'

Terdengar pengumuman dari operator yang memanggil penumpang dengan jadwal keberangkatan ke Bali jam 9. Saras beranjak untuk berdiri dari kursi sambil mematikan ponsel dan memasukkannya kembai ke dalam tas. Ia lalu berjalan sambil mendorong koper kabinnya dengan perlahan. Walaupun hatinya merasakan sedikit kecemasan, namun ia sudah bertekad untuk pergi. Jadi Saras harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi nantinya.

Setelah menempuh penerbangan selam 1 jam 50 menit, Saras akhirnya tiba di Bandara Ngurah Rai, Kuta, Bali. Ia melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 11 kurang 5 menit. Wanita itu lalu bergegas menuju ke pintu keluar untuk memanggil taksi dan berkendara ke tempat telah mereka sepakati untuk bertemu.

Ketika Saras sudah naik ke dalam taksi, ia pun berkata, "Pak, tolong antarkan saya ke Restoran KU DE TA, ya."

"Baik, nona," jawab sang sopir sambil mengendarai mobilnya ke luar bandara.

Tak tahu mengapa, jantung Saras semakin berdegup dengan kencang ketika sudah sampai di Bali. Ia pun meraih ponselnya dari dalam tas dan membuka lagi pesan di grupnya.

Melihat sudah ada satu pesan yang masuk, ia langsung membukanya.

'Nanda : Aku sudah menunggu kalian di sini. Jangan lama-lama ya, Kak. Aku sudah bosan selalu berduaan dengan mantan bosku itu. Sekarang pun dia ngotot ingin ikut denganku, huh.'

Pesan Nanda dikirimkan bersama dengan sebuah foto dirinya yang mengenakan kaos oblong dan sedang duduk sendirian di sebuah restoran.

Deg!

Saras merasa was-was saat membaca pesan tersebut. Ia sudah tak sabar untuk mengetahui siapa mantan bos Nanda yang katanya bekerja di ITReborn.

'Semoga tidak seperti kecurigaanku.' Batin Saras.

Setelah hampir 40 menit perjalanan, akhirnya Saras sampai juga di depan Restoran KU DE TA. Setelah turun dari taksi, ia pun berjalan sambil mendorong kopernya.

Ketika berada di pintu masuk, Saras bertanya pada salah satu pelayan di restoran dan mengatakan reservasinya atas nama Nanda. Setelah mendengarnya, pelayan tersebut secara profesional mengantarkan Saras ke meja yang ada di dalam. Ketika berjalan mengikuti pelayan, Saras melihat-lihat di sekitar restoran yang saat itu sudah cukup ramai dengan pengunjung yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Akhirnya sang pelayan berhenti di sebuah meja yang berada di dekat pagar pembatas, tepat menghadap ke arah pemandangan laut. Saras pun ikut menghentikan langkahnya dan tersenyum ke arah seorang gadis yang sedang duduk di meja tersebut. Namun, senyuman Saras menghilang dengan sekejap dan digantikan dengan kerutan di kedua alisnya saat ia melihat sosok seorang pria yang sedang duduk di sebelah gadis itu.

Pria itu pun langsung berdiri dan sontak meneriakkan namanya. "Saras!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login