Download App
1.79% TWIN’S PET

Chapter 7: DREAM

Kegelap menyelimuti jalanan di pinggir hutan. Tidak ada suara lain yang terdengar selain deru nafas Liffi yang tersengal-sengal dan jantungnya yang berdetak terlalu cepat.

"Tidak!!!" teriaknya.

"Jangan mendekat!! Tolong!!!"

Liffi terus berteriak dan berlari. Ada dua serigala besar mengejarnya, yang satu hitam legam yang satu putih bersih. Liffi ketakutan, ia hanya bisa berlari dan berlari.

"Liffi!!"

"Liffi!!" Wilona menggoncangkan tubuh Liffi yang tertidur di atas meja kantor.

"Hah?!" Liffi tersentak kaget, tubuhnya berkeringat dingin.

Hanya mimpi, desah Liffi lega.

Setelah menarik napas panjang Liffi mengumpulkan kembali kesadarannya. Menyeka keringat dingin dengan punggung tangan.

"Maaf, Miss, saya ketiduran." Liffi sangat malu, ketahuan tidur di jam kerja.

"It's OK. Kau pasti sangat lelah selama seminggu ini." Wilona menepuk pundak Liffi.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Liffi.

"Mr. Hans memanggilmu, Liffi." Wilona meninggalkan meja kerja Liffi.

Liffi memandang sebentar pada kaca kecil di dalam dompet, merapikan rambutnya dan menghapus keringat yang tersisa. Setelah menyiapkan hati dia berjalan menuju ruang kerja bossnya itu.

"Anda mencari saya?" Liffi menengok sedikit dari pintu masuk.

"Iya, duduklah Liffi."

Liffi mendekat, duduk di depan bosnya. Tangannya terus menggenggam ujung rok sampai kusut. Liffi merasa tak melakukan kesalahan apa pun. Kenapa dipanggil?

"Jadi bagaiamana semalam? Saya minta maaf tidak berkata jujur."

"Ya??" Liffi nampak bingung.

"Tuan Sadewa? Apa yang beliau katakan?" Mr. Hans juga tampak bingung.

"Saya hanya menyerahkan amplop itu lalu pulang." Liffi berkata dengan jujur.

"Hah?? Kau tidak bertemu dengannya?" Mr. Hans terlihat panik. Amplop hanya alasan, sebenarnya Liffi yang harus dia antarkan.

"Bertemu, dia hanya menanyakan beberapa pertanyaan dan mengijinkan saya pulang," jawab Liffi, ia sedikit berbohong. Pasalnya Sadewa tidak pernah mengijinkan Liffi pulang, gadis itu yang bersih keras ingin keluar.

"Dia mengijinkanmu pulang?"

"Kenapa memangnya?"

"Nggak kok, saya kira dia akan membicarakan bisnis." Mr. Hans mencari-cari alasan.

"Dengan anak magang seperti saya?" Liffi heran.

"Ah, sudahlah, yang penting dia sudah bertemu denganmu. Kembalilah bekerja." Mr. Hans menyuru Liffi keluar dari kantornya.

Liffi keluar dengan masih menyisakan pertanyaan.

"Dasar aneh."

ooooOoooo

Liffi harus menyelusuri dua buah blok lagi setelah turun dari bis untuk sampai ke studio (mini apartemen/kamar kos). Tubuhnya kelelahan, tak biasanya dia begini. Lembur seminggu penuh dan jam makan yang tidak teratur menjadi penyebab utamanya.

"Aku lapar." Bunyi perutnya keroncongan.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Reflek Liffi langsung menoleh, ia kaget karena seorang laki-laki serba hitam menghampirinya. Liffi melangkah sedikit mundur ke belakang dan mengambil ancang-ancang. Ia mengangkat tasnya sebagai pertahanan diri.

"Ini aku, Liffi." Pria itu membuka maskernya.

"Black?!" Liffi terpekik tak percaya.

"Yo, whats up, Girl?" Black berjalan di samping Liffi.

"Bagaimana kau tahu aku di sini?"

"Aku sedang berjalan di sekitar sini dan melihatmu. Bunyi perutmu memanggilku." Goda Black. Dia tak bisa berkata jujur kalau sudah membuntuti Liffi sejak pagi tadi. Aroma Liffi membuat Black terus memikirkannya, Black merindukannya. Black ingin terus melihat Liffi, ingin menyentuh Liffi.

"Hahaha ... kau benar, aku lapar. Apa Kau mau ikut aku makan, Black? Biar aku yang traktir, uangmu dulu masih tersisa." Liffi berbasa-basi. Mana mungkin seorang artis mau makan bersamanya.

"Boleh," jawaban Black membuat Liffi terbelalak kaget.

"Beneran? Serius?" Liffi tersenyum senang.

"Tentu saja. Ayo kita makan."

"Tunggu! Tapi aku tak bisa mentraktirmu makan makanan mahal. Apa kau keberatan makan di rumah makan biasa?" Liffi mengakui kekurangannya.

"Restoran kecil juga tak masalah, Liffi, yang penting jangan terlalu ramai." Black mengenakan kembali masker dan mendahului Liffi berjalan.

Ah iya, bener juga. Diakan artis, gawat kalau banyak orang yang mengenalinya, pikir Liffi senang.

"Ayo, Liffi, aku tahu rumah makan yang enak," tukas Black.

"Tunggu aku, Black!" Liffi kesusahan mengikuti langkah kaki Black yang jenjang.

Mereka sampai di sebuah rumah makan masakkan Indonesia. Black yang mengajak Liffi kemari. Black berbicara dengan bahasa Indonesia kepada pemilik rumah makan. Liffi kaget sekaligus senang.

"Kau bisa bahasa Indonesia, Black?" Liffi menggunakan bahasa Indonesia.

"Tentu saja, aku besar di Indonesia." Black memberikan Liffi nampan.

"Serius???" Liffi tak percaya, artis besar di negara ini adalah orang Indonesia.

"Aku berdarah campuran Liffi, Indo-West." Black mengambil nasi padang yang di pesannya.

"Hahaha, aku tak menyangka." Liffi senang. Dia memesan makanan yang sama dengan Black.

Mereka mengobrol dengan santai. Black menyelidiki latar belakang Liffi lewat obrolan mereka. Tapi Black tak menemukan apa pun. Black terus memandang gadis di depannya dengan penasaran. Liffi manusia, dia bahkan bukan darah campuran seperti dirinya. Apa Moon Goddess sedang bercanda dengannya? Menjadikan seorang manusia sebagai mate-nya?

"Apa kau tahu werewolf, Liffi?"

"Tahu, Logan, X man, Van Helsing, Twilight, apalagi, ya?" jawab Liffi.

"Apa menurutmu mereka real? Ada di dunia?" Black melanjutkan.

"Nggaklah. Itukan cuma film." Liffi mengangkat sendoknya.

Black Diam. Liffi sama sekali tidak tahu tentang kaumnya. Black tersenyum kecut, memikirkan masalah ini membuatnya sebal. Belum lagi dia harus terus menahan kekuatannya saat bersama dengan Liffi.

"Sepertinya aku harus pergi Liffi. Aku akan meneleponmu." Black mengacak pelan rambut Liffi sebelum meninggalkannya.

"Oke, Black, terima kasih." Liffi tersenyum dan melambaikan tangannya.

Liffi masih terus tersenyum melihat Black pergi menjauh. Black berlari dengan cepat sampai masuk ke ujung jalan, perasaannya tidak nyaman dan insting bertarungnya menyala.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login