Download App
Veintiséis (Dua Puluh Enam) Veintiséis (Dua Puluh Enam) original

Veintiséis (Dua Puluh Enam)

Author: SkylaMaryam

© WebNovel

Prolog

(Yogyakarta, 2007, ketika senja menguning dengan sempurna.)

Aku membenarkan tali pada wedges toska yang dibelikan oleh kekasihku kemarin. Not bad, meski aku kurang suka dengan warnanya. Terlalu manis dan terkesan menghilangkan aura mistis yang kumiliki. Huh, geli rasanya mengatakan hal itu, tetapi hanya itu lah yang membuatku bisa bertahan hidup sampai saat ini. Aura mistis.

    Rolling door kios aku geser. Lalu, dengan satu tangan saja, aku pasangkan kunci gemboknya. Huft, selesai sudah menjadi cenayang hari ini. Meski sebenarnya, istilah cenayang sangat tidak aku sukai. Karena sebenarnya, aku bukan cenayang, peramal, ataupun ahli nujum. Aku hanyalah pembaca kartu tarot yang dipilih oleh klienku. Dengan kalimat yang meyakinkan, aku menginterpretasikan kartu yang muncul hingga aku mendapat anggukan dari para klien yang kebanyakan meragukan masa depannya.

    Jujur saja, aku tidak punya ilmu magis apa pun. Prinsip membaca kartu tarot hanyalah menyambungkan antara cerita yang diberikan oleh klien dan kartu yang mereka pilih. Aku tidak pernah menjamin kebenaran dari kalimat yang aku katakan pada mereka. Aku hanya membaca, bukan menerka masa depan mereka. Sama halnya seperti seorang psikolog yang membaca hasil test psikologi, prinsip kerja kartu tarot yang aku jalankan adalah seperti itu.

    "Kenapa kamu nangis?" Suara anak kecil membuatku menoleh.

    Aku mengamati dua orang anak dengan kisaran umur 5 tahun yang tengah berdiri di samping bangunan kios. Satu laki-laki, satu perempuan. Anak perempuan itu menangkupkan kedua tangannya di wajah. Beberapa saat kemudian, anak laki-laki di hadapannya menyodorkan permen. Oh, manis sekali.

    Pikiran usilku tersentuh. Selain itu, aku pun merasakan aura yang berbeda dari kedua anak kecil tersebut.

    "Dua puluh enam," ujarku. Keduanya menoleh. "Kalian lahir di tanggal 26, kan?" Kini mereka mengangguk. Menarik sekali.

    "Kok, Kakak bisa tahu?" tanya anak laki-laki itu. Permen yang disodorkannya tadi sudah berpindah ke tangan sang anak perempuan.

    "Karena 26 adalah angka yang spesial untuk kalian berdua. Tadi ada yang berbisik seperti itu kepada Kakak." Aku lantas berbisik di kalimat kedua yang aku sampaikan pada mereka.

    Keduanya terlihat bingung. Aku suka melihat ekspresi seperti itu. Polos, menggemaskan, dan penuh dengan keingintahuan. Aku lantas merogoh tas dan mengeluarkan 2 buah magnet kulkas kepada mereka. Magnet kulkas berbentuk topi pandora aku serahkan kepada anak laki-laki, sedangkan anak perempuan cantik itu, aku berikan magnet kulkas berbentuk stiletto.

    Saat keduanya memandangi magnet kulkas itu secara bersamaan, dengan segera aku pergi dari hadapan mereka. Tugasku hari ini selesai. Mereka akan bertemu lagi suatu hari nanti dalam keadaan baik dan dalam keadaan buruk.

    Aku bukan peramal, tetapi aku tahu bahwa mereka tidak akan pernah bisa melepaskan benang merah yang sudah terjalin di jari kelingking keduanya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C0
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login