"Tentu saja aku tahu, Rosie. Aku berhutang banyak hal padamu, dan hubungan kita masih belum selesai," jawab Alexei dengan senyuman tipis. "Malah, masih sangat… sangat panjang."
Bukannya menjawab pertanyaanku tapi Alexei malah berusaha mengalihkan topik pembicaraan kami. Apa ini strateginya? Pikirku dengan jengkel. "Aku tidak ingin mendengar omong kosongmu, aku ingin mendengar penjelasanmu. Kenapa kau menargetku?"
"Sebuah ciuman," katanya tiba-tiba sambil tersenyum manis, kedua matanya berkilat antusias ketika melihat ekspresi takjubku.
"Apa katamu?" bisikku tidak percaya.
"Aku akan menjawab pertanyaan itu jika kau menciumku," balasnya sebelum berjalan ke kursi di balik meja kerjanya yang besar. Ukiran detail dan rumit menghiasi kayu mahogani meja tersebut. Kedua mataku mengikuti langkahnya hingga Alexei duduk di kursi besarnya. Ia menarik salah satu tangannya ke atas meja kerjanya lalu kembali menopang dagunya. "Apa jawabanmu, Rosie?"