Download App
14.69% VOLDER

Chapter 61: Chapter 61

(POV - Alayna Morrel)

Apa aku sudah mati?

Tapi aku masih bisa merasakan sakit di sekujur tubuhku, dan aku yakin aku berada di atas tempat tidur saat ini.

Apa aku di rumah sakit? Kucoba untuk membuka mataku yang berat, hanya ada bayangan kabur dan bercak-bercak kehitaman yang terlihat. Kukerjapkan mataku untuk melihat lebih jelas tapi sinar yang terang membuatku harus memejamkannya lagi.

Rasa sakit dan mual yang sangat terasa membuatku ingin mati secepatnya, bahkan tenggorokanku terasa menyakitkan saat aku berusaha menelan ludah. Perlahan seluruh indraku mulai bangun disertai dengan rasa sakit di kepalaku. Samar-samar aku bisa mendengar suara gonggongan anjing dari kejauhan yang perlahan menemaniku kembali ke dalam tidur.

Saat aku terbangun lagi matahari sudah terbenam, dan aku yakin aku belum mati karena aku berada di sebuah kamar yang terasa familiar. Tempat ini mirip dengan kamar di rumah yang kusewa sebelumnya, hanya berbeda di letak perabotannya. Walaupun rasa sakit di kepalaku masih terasa tapi tidak seburuk sebelumnya, kutarik selimut tebal yang mmebungkus tubuhku lalu turun dari tempat tidur. Satu hal yang kusadari saat kakiku menyentuh lantai yang dingin adalah saat ini aku hampir tidak mengenakan apa-apa, hanya kemeja tipis yang menutupiku sampai beberapa senti di bawah pinggulku. Sesaat aku berpikir untuk menutupi kakiku yang telanjang dengan selimut tapi pintu di seberangku terbuka sebelum aku bisa melakukannya.

"Mencoba untuk lari lagi dariku?"

Pandanganku terpaku pada Greg saat Ia berjalan masuk. Ia tidak terlihat seperti Greg yang sebelumnya kukenal. Rambut coklat gelapnya beberapa senti lebih panjang hingga ikalnya menyentuh kerah kemeja yang Ia kenakan. Kemeja yang sama persis dengan yang kukenakan saat ini. Kedua kantong matanya terlihat sedikit menghitam karena lelah, dan rahangnya ditutupi oleh janggut yang membuat penampilannya semakin terlihat tidak terurus.

Menyadari arah tatapanku, Greg mengusap wajahnya dengan salah satu tangannya sebelum mengguman, "Aku tidak sempat mencukurnya."

Bahkan suaranya pun terdengar lebih berat dari sebelumnya.

Aku ingin bertanya bagaimana, sejak kapan, dan untuk apa Ia ada disini tapi sepertinya aku sudah tahu semua jawabannya. "Kita sudah putus, Greg."

Tiba-tiba Ia tertawa pendek saat mendengar ucapanku. "Putus? Lana, kau terdengar kekanak-kanakan."

"Semuanya sudah berakhir... kau dan aku." Aku tidak memiliki tenaga yang tersisa untuk berargumen dengannya saat ini. "Aku tidak mencint—"

Kedua mata Greg berkilat marah saat mendongak untuk memandangku, "Tutup mulutmu, Lana." desisnya dengan lembut, suaranya terdengar kontras dibanding tatapan marahnya. Seperti serigala yang sedang mengincar mangsanya, Greg berjalan ke arahku tanpa memutus tatapannya dariku. Setiap langkah mundur yang kuambil diimbangi oleh Greg hingga akhirnya punggungku menabrak dinding di kamar ini. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari kedua matanya yang perlahan berubah dari biru menjadi hampir hitam.

"Kau pikir aku akan bersimpati karena penyakitmu?" Greg mengucapkan setiap kata dengan perlahan, hampir mendesis.

"Lalu kau akan mengubahku menjadi sepertimu?" kedua telapak tanganku berada di dadanya, aku bisa merasakan debaran jantungnya samar-samar di balik kemeja yang Ia kenakan.

Greg menelengkan kepalanya lalu tersenyum, tapi senyumannya tidak mencapai kedua matanya. "Insting dasar kami adalah berburu. Aku tidak akan pernah berhenti sebelum mendapatkan apa yang kuinginkan."

"Bahkan jika itu bukan hal yang kuinginkan, Greg?"

"Bahkan jika aku harus mengikatmu di atas tempat tidur sebelum aku meminum darahmu sampai habis... Lana."

Bulu halus di tengkukku meremang saat melihat sepasang taring yang mengintip dari balik bibirnya. "Bahkan jika aku membencimu?"

Ekspresi marah di wajahnya memudar hingga hanya menyisakan senyuman sedih, "Bukankah itu pilihan yang mudah? Aku lebih memilih melihat kedua mata abu-abu itu melihatku dengan penuh kebencian daripada tidak sama sekali. Lana, kau bisa membenciku selama yang kau inginkan tapi aku tidak akan membiarkanmu mati."

Kubuka mulutku untuk menjawabnya tapi sesuatu menyumbat tenggorokanku. Hampir seumur hidupku aku sudah mempersiapkan diriku untuk mati. Menyedihkan memang, tapi aku berusaha menikmati setiap detik yang tersisa mencoba hal-hal yang kuinginkan selama aku masih hidup. Aku berhati-hati untuk tidak mencintai sesuatu terlalu dalam karena pada akhirnya rasa sakit dan kecewa dari kehilangan tidak akan sebanding dengan kebahagiaannya.

"Aku tidak bisa memiliki anak." bisikku dengan bibir bergetar. Greg meraih salah satu tanganku di dadanya lalu menggenggamku dengan erat. Pandanganku terpaku pada tangan kami di dadanya.

"Hanya itu?" Tanyanya setelah terdiam cukup lama.

Aku mendongak menatapnya lalu mengangguk kecil. "Aku tidak ingin kau membenciku s—suatu saat nanti." balasku dengan suara serak. Air mata mulai mengalir dari sudut mataku.

Kerutan di keningnya memudar begitu juga kedua matanya melembut saat memandangku, "Aku tidak pernah berpikir untuk menjadi ayah sebelumnya. Tapi jika kau sangat menginginkannya... kita bisa menculik salah satu milik Nick."

Greg tersenyum kecil saat memandang wajah bingungku. "Eleanor melahirkan bayi kembar beberapa hari yang lalu. Elliot dan Rosie... Aku merekomendasikan Elliot, karena menculik Rosie akan lebih sulit. Ia favorit Nick."

"Oh..." Kurasakan senyumanku di antara air mataku yang masih mengalir. "Ella? Kembar?"

Greg mengangguk lalu ikut tersenyum, "Aku akan menceritakannya nanti." Ia melepaskan tanganku lalu mengusap air mata di wajahku. "Sekarang... ada hal yang lebih penting untuk dilakukan."

"Kau akan mengubahku sekarang?" tanyaku dengan panik sambil berusaha menjauh darinya, tapi hanya ada dinding di belakangku dan mendorong Greg menjauh adalah hal yang mustahil.

"Tidak. Aku tidak bisa mengubahmu disini." Jawabnya sambil mencium puncak kepalaku.

"Oh..." balasku dengan lega. "Kenapa?"

"Karena Finlandia berada di sebelah Rusia." Kali ini mencium keningku lalu pelipisku.

"Aku tidak mengerti..."

"Hmmm..." ciumannya beranjak perlahan ke rahangku, karena jarak kami yang dekat Ia berbicara dengan suara pelan, "Aku mencoba membunuh Alice beberapa puluh tahun yang lalu, Ia berasal dari Rusia, jadi aku tidak bisa melakukan hal yang akan membuat Volder yang tinggal Rusia mengetahui keberadaanku disini."

Konsentrasiku mulai terpecah saat bibirnya merambat turun ke leherku. "Apa mereka akan melukaimu jika tahu?"

"Hh-mm." Di saat-saat seperti ini Greg berubah menjadi multi talenta, dengan ahli tangan kanannya membuka beberapa kancing kemeja yang kukenakan.

"Greg..."

Satu kancing lain ikut terbuka.

"Greg!"

Ciumannya berhenti bersamaan dengan tangannya, Ia menatapku dengan ekspresi khawatir. "Apa kau masih kesakitan? Jika kau butuh darahku—"

"Aku tidak apa-apa. Apa mereka akan membunuhmu jika mereka tahu kau ada disini?" desakku sambil menutup kancing kemejaku lagi.

Greg menatap jariku-jariku sebelum menghela nafasnya. "Aku tidak yakin. Tapi selama aku tidak bertemu dengan salah satu Volder Rusia—"

"Kurasa aku melihatnya satu minggu lalu, aku yakin Ia Volder. Greg sebaiknya kita pergi dari tempat ini." potongku sambil menjauh darinya untuk berkemas.

Greg menarik lenganku lalu menatapku dengan serius. "Bagaimana kau mengetahui Ia Volder?"

"Ah... Aku melihatnya saat Ia sedang... minum dari leher seseorang. Saat itu tidak terlalu jelas, tapi aku yakin, karena sepertinya... Ia juga melihatku."

Greg membeku sejenak setelah mendengarku, "Ia melihatmu tapi tidak menghapus ingatanmu? Lana, dimana kau melihatnya?" tanyanya dengan perlahan, nada suara dalam pertanyaan Greg membuatku takut.

Kutelan ludahku sebelum menjawabnya, "Di seberang danau."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C61
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login