Download App

Chapter 2: Great Master

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Selama beberapa hari akhirnya Chu Yue bisa beradaptasi dengan identitasnya yang baru.

Dan setelah melakukan olahraga selama beberapa hari, walaupun tubuhnya saat ini masih terasa kaku dan berat, tapi sudah lebih baik daripada pertama kali dimana dia harus berhenti setiap berjalan beberapa langkah untuk mengatur nafasnya.

"Nona, saya berencana untuk turun gunung dan membeli kain." Kata Hubo.

"Ingat untuk membeli kurma merah, kemudian jahe dan juga madu." kata Chu Yue.

"Baik." Hubo menganggukkan kepalanya.

"Tapi barang yang perlu kamu bawa begitu banyak, sebaiknya aku juga ikut pergi denganmu." kata Chu Yue setelah berpikir lagi.

"Tidak bisa, dengan status Nona mana boleh Nona melakukan hal seperti ini." Hubo bersikap teguh dan tidak membiarkan Chu Yue untuk ikut dengannya.

Walaupun Hubo merasakan Chu Yue mengalami banyak perubahan, tapi tetap ada hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh Chu Yue.

Chu Yue dengan lemas berkata, "Kalau begitu gunakan uang yang ada untuk meminta bantuan orang membawa barang-barang saat kamu pulang."

Hubo menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Nona, Anda jangan pergi ke sembarang tempat, ya. Walaupun kita tidak saling berhubungan dengan mereka tapi mereka tetap bersikap tidak ramah kepada kita."

Itu karena Hubo pernah dimarahi dengan sangat keras.

"Aku mengerti, ajak Yuhe untuk pergi bersamamu. Sepertinya ada yang ingin dia urus." Kata Chu Yue sambil menganggukkan kepalanya.

Yuhe adalah seorang perempuan muda yang tinggal di sebelah rumah mereka dan dia adalah orang yang sangat baik. Dia adalah anak yatim piatu yang dibawa pulang oleh pemilik Shang Qing Guan, selama beberapa hari ini Chu Yue sudah mengenal majikan serta pelayan itu.

Hubo menganggukkan kepalanya kemudian dia memanggil Yuhe dan mereka pergi bersama.

Chu Yue merasa sangat bosan berada di dalam rumah terus menerus. Setelah Hubo turun gunung, Chu Yue memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar gunung.

Karena bagaimanapun juga dia bukanlah pemilik tubuh asli, jadi dia jauh lebih berani dari pemilik tubuh asli. Selama beberapa hari belakangan ini dia sudah mengelilingi gunung itu beberapa kali. Dia menyadari tidak ada yang bisa dilihat dan tidak mudah untuk mencari kayu bakar.

Untuk menghangatkan air dan memasak nasi memerlukan kayu bakar, tapi harga kayu bakar sangat mahal dan di gunung ini tidak hanya ada Chu Yue dan Hubo, tapi masih ada Shang Qing Guan di sebelah mereka.

Para bibi yang ada di sana sangat rajin dan pekerja keras, mereka selalu mengambil semua kayu bakar yang ada di gunung hingga tidak ada yang tersisa.

Kemudian dia melihat ke arah gunung yang ada di dekat tempatnya tinggal itu.

Dia pernah bicara dengan Guru Kecil Yuhe tapi dia tidak pernah mendengar apapun tentang monster atau semacamnya, karena itu Chu Yue tanpa ragu langsung pergi ke sana.

Saat dia melihat seorang biksu yang sedang memungut kayu bakar, dia langsung berkata, "Tuan yang hebat dan baik hati, sisakan sedikit kayu bakar untukku juga."

Biksu itu sepertinya tidak menyangka akan ada seorang perempuan yang datang kemari sehingga dia menolehkan kepalanya dan melihat ke arah Chu Yue.

Chu Yue bahkan tidak melihat ke arah bisku itu. Setelah selesai bicara dia langsung memungut kayu bakar. Dia tidak memiliki pilihan lain karena jika tidak memungutnya maka dia akan membeku kedinginan saat musim dingin.

Sebelumnya dia mendengar Hubo mengatakan bahwa harga arang sangat mahal dan mereka hanya memiliki sekitar 10 tael, sehingga mereka tidak akan bisa membeli banyak batu arang.

Musim dingin akan segera tiba, jika mereka menggunakan uang yang tersisa untuk batu arang maka mereka tidak akan bisa membeli kebutuhan lainnya.

Selain itu dia belum tahu bagaimana dia akan bertahan hidup untuk tahun depan. Chu Yue bukan orang yang biasanya menerima makanan dan pakaian tanpa melakukan apapun, tapi dia adalah orang yang selalu penuh dengan perjuangan.

"Tuan yang hebat dan baik hati, aku boleh mengambil kayu bakar, kan?" tanya Chu Yue sambil masih memungut kayu bakar.

Tapi biksu itu tidak mengatakan apapun.

"Aku benar-benar tidak memiliki pilihan lain. Suamiku meninggal sehingga hanya ada aku seorang diri yang bisa keluar dan mengumpulkan kayu bakar untuk melewati musim dingin. Aku berasal dari gunung sebelah, bisa dikatakan kita adalah tetangga." Kata Chu Yue yang terus bicara.

Sekarang biksu itu paham, karena Chu Yue adalah seorang janda jadi dia mau tidak-mau harus keluar sendiri untuk mengumpulkan kayu bakar, tapi biksu itu tetap tidak mengatakan apapun dan terus melanjutkan memungut kayu bakar. Dan juga karena Chu Yue adalah perempuan, jadi dia juga tidak tahu harus bicara apa dengannya.

"Astaga, ada katak!" Chu Yue yang terkejut langsung melompat ke samping biksu itu.

Biksu itu tertegun kemudian melihat ke arah Chu Yue, setelah itu dia melihat ke arah pandangan Chu Yue dan memang benar ada seekor katak.

"Cuacanya sudah menjadi sedingin ini tapi masih ada katak, apa dia tidak hibernasi?" Chu Yue mengatakan itu saat merasa tidak terkejut lagi setelah melihat katak itu mematung dan tidak bergerak.

Dia paling jijik dengan katak, tidak hanya jelek tapi juga karena beracun!

"Terima kasih Biksu." Chu Yue melihat ke arah biksu itu.

Setelah itu, saat dia bertukar pandang dengan biksu itu, dia baru melihat wajah biksu itu dengan jelas. Dia langsung tertegun untuk sesaat dan dalam hati bergumam, 'Di zaman dulu para biksunya memiliki kualitas yang begitu tinggi?'

Tinggi biksu itu sekitar 185 cm, dia termasuk laki-laki tinggi di zaman ini.

Tubuhnya tidak hanya tinggi dan besar tapi wajahnya sangat tampan.

Wajahnya begitu tampan hingga membuat orang tidak tahan untuk melihatnya. Para laki-laki di zaman modern yang menggunakan pakaian tradisional tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan biksu ini.

Chu Yue merasa semua tokoh sejarah dan biksu yang ada di sejarah negara Hua, tidak bisa menandingi ketampanan biksu yang ada di depannya saat ini.

Biksu itu terlihat sangat cantik tapi tidak menghilangkan sisi ketangguhannya sebagai seorang laki-laki, hal itu membuat Chu Yue tidak bisa berhenti melihat biksu itu.

Biksu itu mengerutkan alisnya. Setelah melihat Chu Yue, dia berbalik badan dan berjalan pergi.

"Biksu ini benar-benar terlihat sangat tampan dan menarik." Chu Yue tidak menahan biksu itu untuk tetap tinggal. Dia hanya menyentuh ujung bibirnya dan merasa lega karena dia tidak sampai meneteskan air liurnya, karena jika tidak dia khawatir bisa membuat biksu itu ketakutan kepadanya.

Walaupun biksu itu sangat menarik tapi Chu Yue tidak lupa apa yang harus dia lakukan, dia mengikat kayu bakar yang sudah dia kumpulkan kemudian membawanya kembali ke gunung tempatnya tinggal.

Setelah Chu Yue pergi, biksu itu juga kembali masuk ke dalam.

Kemudian seseorang berpakaian hitam muncul dan berkata, "Ini kesalahan saya, silahkan Tuan menghukum saya!"

Orang itu tidak hanya membuat kesalahan dengan membiarkan seorang perempuan naik ke gunung ini, tapi juga mengganggu majikannya.

"Tidak masalah." Biksu itu malah terlihat tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. Dia adalah orang yang memiliki kemampuan bela diri, dan dalam sekali lihat dia langsung tahu bahwa Chu Yue sama sekali tidak bisa bela diri dan merupakan perempuan biasa, dia sama sekali bukan pembunuh bayaran.

"Terima kasih Tuan sudah memaafkan kesalahan saya, kelak saya tidak akan membiarkan perempuan itu menganggu Anda lagi." Kata orang yang berbaju hitam itu.

"Biarkan saja, tidak mudah menjadi seorang janda." Biksu itu sama sekali tidak memperdulikannya, walaupun pada akhirnya Chu Yue terlihat sedikit tidak bisa mengendalikan dirinya, tapi biksu itu tidak ingin mempermasalahkannya. Dia tidak ingin membuat perhitungan dengan seorang janda.

"Master sangat baik!" Setelah mengatakannya, orang berpakaian hitam itu menghilang begitu saja.

Chu Yue, yang merupakan seorang 'janda' itu akhirnya tiba di rumahnya. Dia mulai menyalakan api dan merebus air untuk memasak bubur. Saat sedang memasak bubur, dia kembali teringat dengan biksu yang dia temui di gunung sebelah tadi.

Chu Yue berpikir, 'Biksu itu terlihat sangat tampan, kepalanya yang botak membuatnya terlihat begitu dingin terutama saat melihatku. Saat dia mengerutkan alisnya dia juga terlihat begitu dingin seolah ingin menjaga jarak dengan semua orang, tapi semakin dia bersikap seperti itu kenapa hatiku menjadi semakin tergerak, apa yang terjadi?'

"Nona, bagaimana Anda bisa memasak sendiri? Semua ini adalah pekerjaan saya." Hubo yang baru saja kembali melihat Chu Yue sudah selesai memasak bubur sehingga matanya langsung memerah.

"Cepat letakkan barang-barang yang sudah kamu beli, buburnya akan segera dingin." Chu Yue paling tidak bisa melihat air mata, jadi untuk mengalihkan pemikiran Hubo, dia langsung mengatakan ini.

"Nona harus berjanji kepada saya, kelak jangan melakukan semua ini lagi, jika tidak walaupun saya harus meninggal kelaparan, saya tidak akan makan." Hubo mengatakan itu dengan bersikeras.

Hubo tahu sejak dulu Chu Yue tidak pernah melakukan hal seperti ini karena ada pelayan yang akan melakukannya, tapi walaupun keadaan Chu Yue sudah seperti ini, dia tidak akan membiarkan Chu Yue melakukan pekerjaan rumah seperti ini.

"Iya, iya, sudah cepat makan." Chu Yue langsung mengatakan itu.

Setelah mendengar itu, Hubo baru mengusap air matanya kemudian dia berjalan ke arah Chu Yue dan menemaninya makan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login