Download App
We're in "Ber" Month We're in "Ber" Month original

We're in "Ber" Month

Author: NandaKimchi

© WebNovel

Chapter 1: Chapter 1

{September}

Gemerlap kota itu di selubung hujan yang tak kian henti di setiap malamnya karena kalender telah menunjukkan bulan berakhiran "Ber" dimana hujan lebih rutin turun di kota itu.

"hujan terus..mana lupa bawa payung lagi.." dengus pria dengan tinggi normal ras Asia. Bibirnya penuh dengan mata sedikit sipit tanpa kantong mata.

Sudah hampir setengah jam lamanya dia menunggu di halte. Bus yang akan membawanya ke rumah belum juga datang. Padahal waktu telah menunjukkan pukul 09.30 malam. Sudah sangat telat untuk tiba di rumah. Entah kenapa tadi cafe tempat ia bekerja begitu ramai dengan pelanggan yang terjebak hujan. Mungkin ini "berkah hujan?"

Hujan kian lebat dan jalanan rusak berlubang itu mulai menggenang kan air yang dalam ditambah tempias air hujan menerobos masuk ke atap halte.

Beberapa orang tak tau tata krama mengebut seenak jidat melintas membelah genangan air hingga menciprat kemana-mana.

"Anjing!" Pekik Khalil pada sosok yang melintas tadi dengan motor besar dan suara knalpot yang berisik. Rasa kesal yang sudah tertanak sejak tadi meluap begitu saja.

Ia mendengus, mengeluh, mengusap celana jeans nya yang kebasahan.

"napa sih tuh orang matanya gak di pake apa?! lu pikir edgy lo pake moge kayak gitu?!" rutuknya.

Sesosok yang tak sengaja terintip dari sudut matanya membuat Khalil tersadar bahwa ia tak sendiri di halte tersebut.

Sosok itu berdiri membatu di sudut halte tak berbangku itu. Ia tak bersuara sedikitpun hingga Khalil pun tak merasakan keberadaan manusia lain disana.

Khalil teringat beberapa menit yang lalu ia berperilaku "kurang sopan" seakan hanya dia sendirian disekitar.

Gadis itu tampak tegang. Sedikit ia melirik pada sosok Khalil yang tak enakkan. Netra mereka bertabrakan saling tatap. Gadis dengan cardigan coklatnya yang kebasahan menegang lalu mengalihkan pandangannya secepat yang ia bisa.

"mbak..." Khalil mencoba menyapa gadis itu. Ia tak enak hati. Ia perlahan menghapus jarak dengan langkahnya.

Seirama dengan langkah Khalil. Gadis itu mundur selangkah jua bersamaan dengan sorot matanya yang memandang lantai halte.

"mbak maap tadi aku nggak so--"

Gadis itu berlalu ketika Bus yang ia tunggu tiba. Langkahnya tergesa-gesa seakan menghindari Khalil yang mendekatinya.

Khalil heran.

"gue hantu kali yaa..." ucapnya lalu menatap dirinya pada pantulan kaca mading "yaa gue emang hantu banget.."

"bentar..."

"anjir itu kan buss gue?!"

Sayang buss itu sudah berlalu jauh. Bisa saja ia kejar tapi menembus lebatnya hujan bukan ide yang bagus.

"eh ini..." Sorot mata Khalil tertuju pada payung hitam yang tersandar pada dinding halte.

"punya mbak tadi?"

"biarin ajalah..palingan nanti dia balik kesini.."

drttttt

"halo.." ucap seseorang pada balik telepon.

"De jemput gue dong di halte.."

"hah? dh malem woy..hujan

juga..biasanya lu pulang pake buss?"

"dalam 15 menit lu gak kesini gue bilang ke Mama lu bolos kemarin bye.."

"Abang sialan!"

tutt tutt

15 menit kemudian

"cih adek yang baik..." ledek Khalil ketika adik yang berselisih tiga tahun dengannya itu tiba dengan motor matic dan mantel hujan abu-abu.

"bacot lo!" Rutuknya kesal seraya melemparkan satu set mantel pada abangnya yang menybalkan itu.

"let's go!" ucap Khalil.

"itu payung siapa?" tanya Dematra ketika melihat payung digenggaman Abangnya itu.

"ah? ini..." Khalil diam.

"lanjut aj lah banyak tanya lo!"

"njir cuman nanya.."

Mereka berlalu menembus hujan di bulan "Ber" yang menuju penghujung tahun.

**✿❀ ❀✿**

Gadis dengan rambut pendek se pundak itu menyandarkan kepalanya pada kaca jendela yang dingin diterpa hujan.Tatapanya kosong.

Ia duduk seorang diri dengan bangku kosong di sampingnya yang hanya berpenghuni tas miliknya.

Sengaja.

Agar tak ada yang mau mengisi kursi itu.

Sepintas ia teringat sesuatu.

"payung?" ia sadar bahwa sesuatu yang berharga baginya kini tak ada bersamanya. Ia heboh sendiri mencari ke sekitar.

"ketinggalan ya.." keluh nya. Orang-orang yang terganggu karenanya tadi melempar pandangan tak suka.

Gadis itu mengeluh. Mencebikkan bibirnya.

drrtt drrtt

"Na udah dimana?"

"bentar lagi sampai Rin.."

"oke ntar aku tunggu di halte yaa.."

"ehmmm..."

"obat lu masih ada kan..."

"ada kok..."

Mina langsung menutup panggilannya.

Ia masih kepikiran dengan payung pemberian ibunya yang meninggal satu tahun yang lalu. Hal yang sangat traumatis baginya. Payung itu satu-satunya ingatan indah yang ia punya.

Mungkin besok Mina akan kembali ketempat itu lagi...

Tapi pria tadi..

**✿❀ ❀✿**

Setibanya dirumah Khalil bersegera ber bersih dirinya yang tampak seperti "hantu"

Tak berapa lama di wc ia keluar dengan aroma lavender yang menguap keluar. Sebidang handuk bertengger di pinggangnya.

Khalil menggapai handphone miliknya. Mengecek beberapa pesan yang masuk.

Tak ada yang penting. Hanya pesan grup dan broadcast yang tak penting baginya.

Sudah tiga tahun semenjak terakhir kali ia memutuskan untuk meng single . Bukan karena ingin. hanya saja luka itu masih bersisa.

"Lil udah makan?" Sontak Khalil terkaget-kaget. Ia baru saja hendak memakai celananya tapi sang ibu masuk tanpa ba bi bu.

"bu...aku lagi pake baju.."

"cih dramatis banget..Wah anak ibu dah gede ya.." ledek ibunya.

"paan sih bu.." Khalil bersegera memasang lengkap pakaiannya.

"kalo lapar di dapur ada makanan ya.."

"iya..iya.." Jawab Khalil dengan sepasang kaos oblong hitam dan celana boxer selutut.

Khalil turun ke lantai bawah. Menuju dapur. Hendak mengisi perut yang kerocongan.

"Lil ini punya kamu?" ucap Ibu seraya menunjuk payung hitam di dekat pintu.

"ehh bukan.."

"jadi? kamu curi?"

"bukan bu...tadi ketinggalan di halte..punya orang.." Jawabnya sedikit menggerutu.

"napa kamu bawa? kan punya orang.."

"nanti ilang.."

"bukanya ilang karena kamu ambil?"

"besok aku mau kembaliin ibunda.."

"kamu tau orangnya?"

Kali ini Khalil tak mampu menjawab pertanyaan ibunya itu.

"eh itu.."

"hmzz dasar..."

**✿❀ ❀✿**

Angin yang berhembus kencang dan genangan air di jalanan membuat Khalil kehilangan niat untuk pergi ke tempat kerjanya. Padahal ia sudah telat satu jam.

Santai.

Khalil itu maskot Cafenya. Tugasnya hanya menyambut tamu dengan wajahnya.

Beruntung punya wajah tampan...

**✿❀ ❀✿**

"Yakin ketinggalan di halte?" tanya Sana ketika mereka tiba di halte.

"iya yakin...semalam ketinggalan karena ada..."

"ada apa?" Gadis berambut pirang itu sedikit bersungut. Mina itu teledor. Dan penyakitnya bisa kambuh kapan dan dimana saja. Bahkan karena hal yang sepele.

Mina mengingat kejadian semalam ketika dirinya berdiri tegak menunggu buss seraya sedikit memerhatikan pria yang menggerutu sepanjang waktu.

"cowok aneh..." Gumam Mina pelan lalu mencebikkan bibirnya.

"dah lah yuk kayaknya mau hujan lagi nih..kita cari nanti lagi yaa"

Mina mengangguk. Ia bukan tipe gadis yang banyak bicara seperti Sana.

"lu mau apa?"

"serah deh.. " Jawab Mina seraya melempar pandang pada rintik hujan di balik jendela.

"Americano aja dua..." Ucap Sana pada salah satu pelayan di kafe itu.  Pelayan itu berlalu.

Lantunan musik klasik dan temaram cahaya lampu membuat keadaan sekitar terasa hangat. Langit kelam yang menggumpal membuat hari seakan telah di jemput senja.

Tak ada obrolan.

Kedua room mate itu saling diam.

Kring Kring...

Suara lonceng yang tertaut pada pintu tak sedikitpun mengalihkan perhatian Mina pada sosok diambang pintu.

"napa baru datang sih lo Lil?!"

"hehe sorry..."

"nih bawain ke meja 06..."

"Americano.." ucap Khalil tak beralasan. Ia bersegera ke tujuan.

"ini minumannya selamat menikmati..."

"terimakasih.." Ucap Sana.

"Min di mi---"

Suara decitan ban mobil yang tergelincir di jalanan yang licin itu meraih atensi orang-orang di dalam kafe.

Brukh!!

Mobil itu menabrak mobil lainnya yang sedang terparkir di jalan.

Netra Mina membelalak. Pupil nya membesar. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya serta tubuhnya ber gemetar hebat.

"MAMA!!!"

Trauma itu.

Orang-orang berkerumun di luar sana. Tak peduli dengan hujan. Beberapa diantaranya berpayung dan lainya tidak. Hujan hanya air bukan?

"Na lu gak apa-apa?" Melihat kondisi Mina, Sana bergegas meraih tas Mina sebelum Anxiety nya memburuk.

"MAMA!!!!!" Teriak Mina mengisi seluruh ruangan.

Tubuhnya bergetar hebat. Ia melihat ke sekitar. Menatapnya aneh. Tatapan itu. Tatapan menyalahkan.

"Na lu mau kemana woy?"

Mina abai. Ia seakan hilang akal menembus hujan tanpa mantelnya. Pandangnya buram melewati segerombolan manusia dan sesekali menabrak orang-orang yang ia lalui.

"kenapa tuh cewek? aneh banget.."

"ah?.." Khalil seakan familiar dengan gadis tadi.

Menyadari sesuatu Khalil bergegas mengejar gadis tadi menyambar payung hitam yang ia sandarkan di belakang pintu kafe.

"Mbak..." panggil Khalil pada sosok Mina yang hilang dimakan kerumunan.

brukhh! brakhh!

"Mbak hati-hati dong!"

"maa-maaf..."

Mina bangkit. Rasa perih itu ia abai. Dibelakang mimpi buruk mengejarnya rakus.

Butiran air hujan kian menderas. Jalan semakin becek dan mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Sial.

Gadis itu terjatuh lagi. Lututnya lecet. Cairan kemerahan mengalir ke betis dan penghujung kakinya.

"akhh.." Ringis Mina. Ia tak dapat bangkit kakinya serasa beku dan mari rasa.

" Aku dimana?" Mina tak sadar sudah sejauh apa ia melangkah. Menjauhi mimpi buruk itu.

Kini ia berada di persimpangan gang yang sepi dimana gedung-gedung menjulang membuat keadaan sekitar tampak gelap dan remang-remang.

Hujan berhenti.

"tapi kenapa masih terdengar suara hujan?"

Mina membalik badan dan mendongak seketika sepasang kaki berdiri di hadapannya. Memayungi nya dari terpaan hujan.

"ka..kamu?"

**✿❀ ❀✿**


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login