Download App

Chapter 6: Keluarga Arsya (revisi)

20 menit kemudian mereka sampai di rumah yang cukup besar tapi terlihat sederhana dan nyaman.

"Rumah siapa ini mas Arsya?"

🔹🔹🔹

"Ini rumah mama sama papa ku" jawab Arsya berharap Yumna tidak marah padanya.

"Apa mas? kenapa mas Arsya bawa aku kemari?"

"Hehee , Itu... Tapi kamu jangan marah ya? Mama menyuruhku membawa calon mantu untuknya, aku tidak tau lagi harus gimana na. Kebetulan kamu disini aku jadi kepikiran membawa kamu. Maaf ya na"

Sambil tersenyum "Mas Arsya, mas Arsya bikin jantungan aja. Kenapa mas Arsya gak bilang to? kenapa bawa aku? tau gini kan aku bisa sedikit rapi. Yumna takut ngecewain mas Arsya". Ucap Yumna di iringi tatapan yang lain dari Arsya.

"Kalau kamu jantungan kan ada aku yang obatin. Udah kamu santai saja" Arsya berusaha menenangkan Yumna yang terlihat kahawatir.

Dengan langkah gemetar Yumna mengikuti Arsya dibelakangnya sambil bergumam

'hah mimpi apa aku semalam'.

Dengan langkah gemetar Yumna mengikuti Arsya dibelakangnya sambil bergumam

'hah mimpi apa aku semalam'.

Menyadari Yumna tidak dibelakangnya, Arsya kembali menjamput Yumna yang sedang mematung di halaman.

"Kamu tenang saja tidak usah gugup, mama dan papa baik. Kamu gak bakal digigit" Ucap Arsya menenangkan Yumna yang terlihat shock.

Yumna memang gadis yang pemalu, tidak banyak bicara sehingga diajak dengan cara tak terduga seperti ini membuat gemetar dan gugup.

Arsya menarik tangan Yumna dan menaruhnya di tangan Arsya yang sudah melingkar untuk digandeng.

Yumna tidak menolak dan akhirnya berjalan mengikuti langkah Arsya disampingnya.

Mereka masuk dan disambut baik oleh mama dan papa Arsya. Arsya memperkenalkan Yumna begitupun sebaliknya.

Tidak berapa lama mereka makan malam masakan mama Arsya yang sudah di persiapkan. Yumna duduk disamping Arsya, dan mama Arsya duduk disamping papa Arsya berhadapan dengan mereka.

"Oh jadi ini sayang pantas saja beberapa bulan ini tidak pulang, ternyata ada gadis manis yang membuat kamu betah di Malang?". Mama Arsya meledek putranya.

"Mama apaan to" jawab Arsya malu-malu

Mereka makan sambil berbincang dan sesekali tertawa bersama. Merasakan itu Yumna bahagia, diterima baik oleh keluarga Arsya meskipun tidak ada persiapan khusus.

Dengan menggandeng tangan Yumna, mama Arsya mengajak Yumna untuk keluar dan berbincang. Mereka berjalan keluar menuju halaman belakang rumah keluarga Wijaya.

Mama Arsya yang menggunakan hijab syar'i tetap terlihat anggun dan cantik. Sedangkan Yumna dengan menggunakan gamis dan hijab yang dibelikan Arsya juga semakin terlihat kalem.

"Terima kasih sayang, karena kamu Arsya bisa tersenyum lagi. Dia menjadi lebih perhatian dan sekarang mama bahagia melihat dia bahagia". Ucap mama Arsya sambil menggenggam tangan Yumna yang terasa dingin.

"Terima kasih untuk apa tante?" Yumna masih bingung dengan ucapan mama Arsya

"Panggil saja tante mama, seperti Arsya ya sayang. Hmm karena kamu, dia bisa tertawa lepas lagi. Karena mengenal kamu, dia bisa tersenyum. Sebelum ini mama melihat Arsya sangat pemurung, dia selalu menyalahkan dirinya karena kepergian Putri".

"Putri siapa tante? eh mama?" tiba-tiba dada sesak mendengarnya.

"Jadi begini ceritanya...."

#Flash back

Dulu semasa kuliah tahun pertama Arsya dekat sekali dengan teman semasa sekolahnya dulu. Meskipun berbeda jurusan tapi mereka selalu bersama-sama.

Arsya yang melanjutkan study jurusan bisnis, sedangkan Putri dibidang IT. Hubungan mereka semakin dekat. Mereka terlihat serasi saat bersama membuat siapa yang melihatnya iri. Putri adalah gadis cantik berambut panjang. Tampilannya sederhana namun menawan.

1 tahun berlalu tiba-tiba Putri pergi meninggalkan Arsya tanpa kabar apapun. Itu membuat Arsya terpukul dan hampir putus asa. Setiap orang yang terdekatnya selalu menolak memberi penjelasan kepada Arsya. Mereka hanya bilang jika Putri berada di Singapura. Setiap hari dia selalu datang ke rumah Putri tapi dia tidak menemukan apapun. Tanpa adanya masalah Putri memutuskan hubungannya dan pergi meninggalkan Arsya.

Arsya shock dan tidak terima perlakuan Putri padanya. Sampai pada akhirnya berita kepergian Putri mengagetkan Arsya. Ternyata Putri ke Singapura untuk berobat karena penyakit leukimia.

Arsya semakin terpukul dan menyalahkan dirinya. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui penyakit orang yang dia sayang. Arsya menjadi semakin terpukul karena tidak menemani di saat terahirnya.

Semenjak itulah Arsya mengambil kuliah lagi dibidang kedokteran dan mengulang dari awal.

#Back

"Begitulah ceritanya sayang..."

Mendengar itu Yumna pun meneteskan air matanya. Ada sesak di dada, ada persaan sedih dan kembali teringat juga dengan kepergian mas Dicky.

"Oh begitu ma, Yumna boleh masuk sebentar mau ke toilet"

"Iya sayang, ayo kita masuk saja nanti masuk angin "

Wajah Yumna menjadi pucat pasi dan badannya gemetar, tangannya dingin, suaranya sudah tidak terdengar lagi. Saat berjalan tiba-tiba terasa gelap dan 'bruukk' Yumna jatuh pingsan.

Melihat itu mama Arsya menjadi panik dan berteriak.

"Arsya ! papa ! tolong ... "

Seketika mereka berdua keluar mendengar teriakan mama Arsya.

"Ma, ada apa ! ?" teriak papa

"Yumna ... " sambil menunjuk Yumna yang pingsan di pelukannya.

"Mama ada apa? kenapa bisa begini? apa yang terjadi?" tanya Arsya dengan nada khawatir mengambil Yumna dari pelukan mamanya, lalu berjalan masuk menggendong Yumna.

"Mama gak tau sya, dia tiba-tiba pucat dan pingsan"

Mama dan papa Arsya mengikuti di belakang mereka.

Arsya meletakkan Yumna di kamarnya yang terdekat dari halaman dan memeriksa keadaannya. Beberapa waktu berlalu tapi Yumna masih belum sadarkan diri. Arsya yang memeriksanya melihat ada bulir air mata yang mengalir di sudut mata Yumna.

'Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu na?' batin Arsya sambil mengusap air mata Yumna

Melihat itu Arsya keluar dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada mamanya.

"Bagaimana sayang keadaan Yumna?"

"Dia tidak apa-apa ma. Hmm sebenarnya apa yang mama bicarakan sama Yumna tadi sehingga dia bisa pingsan ma?" Arsya bertanya karena penasaran

"Jadi dia pingsan karena ucapan mama? ya Allah, kok bisa nduk kamu pingsan? maafin mama ya" mama dengan kekahawatirannya.

"Yumna baik-baik saja, mungkin sedikit lelah tadi habis ketemu temannya dan langsung Arsya ajak kesini" Arsya berusaha tenang

"Lebih baik mama masuk saja dan temani Yumna, gantikan bajunya dengan pakaian yang nyaman" lanjut Arsya

Mama Arsya pun masuk dan menemani Yumna yang terbaring tidak sadarkan diri.

"Maafkan mama Yumna, mama tidak bermaksud membuat kamu begini? maafkan mama jika ada kata yang salah" ucap mama dengan sedih

Sedangkan Arsya merebahkan diri di sofa untuk berjaga jika tiba-tiba dibutuhkan.

Papa Arsya duduk dan menemani putranya sambil berbincang

"Apakah Yumna baik-baik saja sya? kamu terlihat khawatir dengan dia. Apa kamu benar-benar menyayangi dia?"

"Iya pa, Yumna baik- baik saja. Em maksud papa?" Arsya pura-pura tidak tahu maksud papanya

"Kamu tidak pernah gelisah seperti ini, mengkhawatirkan seorang perempuan sya. Bahkan putri... " papa tidak melanjutkan kata-katanya takut putranya akan sedih lagi

"Apa terlihat jelas pa? Yumna yang membuat Arsya pada akhirnya melupakan putri, dia yang membuat Arsya tertawa. Mungkin karena Arsya tidak mau terulang kedua kalinya pa" ucap Arsya sambil menitikan air matanya

Papa Arsya menepuk pundak anaknya

"Kamu ini lelaki, jangan tumbang hanya karena perempuan sya. Biarkan Putri pergi dengan tenang, jangan tangisi kepergiannya. Sekarang jaga Yumna baik-baik."

Arsya hanya mengangguk mendengar pesan papanya. Kemudian masuk dan melihat mama sudah tertidur disamping kasur Yumna. Melihat itu Arsya tidak tega. Mama yang mendengar kedatangan Arsya bangun dan menanyakan kenapa Yumna belum siuman.

Arsya meyakinkan mamanya jika Yumna sekarang sudah tertidur.

Beberapa menit kemudian Yumna membuka mata dan merasa haus. Dia beranjak mengambil minuman di meja kamar yang sudah disediakan namun melihat pemandangan Arsya dan mama tertidur di sofa.

Melihat itu, Yumna mengambilkan 2 selimut untuk mama dan Arsya. Mendengar langkah dan merasa hangat karena selimut yang di berikan Yumna, Arsya terbangun.

"Loh kamu kok bangun, kalau ada apa-apa panggil saja na"

ucap Arsya sedikit khawatir.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C6
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login