Download App
4.29% Yes, Nona

Chapter 13: Rumah Lama

Nona turun dari mobil saat Leon baru saja mematikan mesin mobilnya. Ia tidak terlalu manja dan berharap pintu mobilnya dibukakan oleh seorang pria. Nona membuka pintu sendiri dan turun tanpa mau menunggu. Wanita itu berdiri di samping mobil sambil memperhatikan rumah mewah yang ada di hadapannya. Aliran darahnya mengalir dengan begitu kencang. Nona merasa ada perasaan aneh yang kini ia rasakan. Perasaan nyaman seperti pulang ke rumah yang sudah lama ia tinggal pergi.

Leon berjalan cepat mendekati Nona. Pria itu mengukir senyuman indah. Masih seperti mimpi bagi Leon bisa membawa Nona kembali ke rumah itu. "Nona, ayo masuk," ajak Leon yang memutuskan untuk berjalan lebih dulu. Pria itu memandang wajah dua pelayan wanita yang telah menyambutnya di depan pintu.

Nona mulai melangkahkan kakinya. Ia juga tidak mau hanya diam mematung di tempatnya berdiri. Kedua matanya memandang wajah dua pelayan yang berdiri di depan pintu untuk menyambut kedatangan Leon. Nona masih ingat betul bagaimana wajah pelayan di rumah itu saat ia pertama kali tiba di rumah itu. Kali ini wajah pelayan itu tidak lagi sama. Bahkan saat Nona masuk ke dalam rumah, dekorasi yang ada di depan rumah telah berbeda. Kini ada bunga yang di rangkai dengan begitu indah seolah menyambut kedatangannya malam itu. 

Nona melanjutkan langkah kakinya. Masih mengikuti Leon dari belakang. Kedua matanya memperhatikan seisi rumah itu dengan saksama. Kali ini apa yang baru saja ia lihat membuat langkah kakinya terhenti. Sebuah foto pernikahan dirinya dan Leon telah terpajang indah di dinding. Saat Nona memutar tubuhnya, ia melihat sebuah lukisan berukuran sangat besar yang sengaja dilukis langsung di dinding. Lukisan itu adalah wajah miliknya. Nona tidak menyangka kalau Leon masih mengingatnya. Bahkan tidak berniat untuk membuang kenangan mereka sama sekali.

Leon memasukkan kedua tangannya di dalam saku. Pria itu melangkah pelan mendekati Nona berdiri. Kali ini ia paham dengan apa yang dipikirkan oleh Nona. Ia bahkan mengukir senyuman kecil sebelum mengeluarkan kata.

"Kita memang berpisah. Tapi tidak dengan cintaku padamu. Nona, selamanya aku merasa kalau kau tetap istriku. Pemilik hatiku dan-"

"Kau berjanji untuk tidak membahas hal apapun. Jika kau masih bersih keras seperti itu, maka aku akan pergi sekarang juga," ketus Nona tanpa mau memandang wajah Leon. Ia tidak ingin memberikan cela sedikitpun kepada Leon untuk merayu dan membuat hatinya luluh. Walaupun memang apa yang kini ia lihat sudah berhasil membuat perhatian khusus di dalam hati Nona. Tapi, Nona berusaha keras untuk menghilangkan perasaan itu dari dalam hatinya.

Leon mengangkat kedua tangannya ke atas. Kepalanya mengangguk pelan. "It's ok. Maaf!" ucap Leon singkat. Pria itu memandang wajah dua pelayan yang sejak tadi berada di belakang tubuh Nona. "Antarkan tamu kita ke kamar utama," perintah Leon dengan sorot mata yang tajam.

"Aku akan tidur di kamar tamu," ucap Nona sambil berjalan ke sebuah lorong yang menghubungkannya ke kamar tamu yang ada di lantai bawah.

Leon berjalan cepat mengejar Nona. Pria itu tidak rela jika sampai Nona tidur di kamar tamu. Sejak tadi memang Leon sudah menyiapkan kamar utama sebagai tempat istirahat bagi mantan istrinya tersebut.

"Jangan!" bantah Leon. Pria itu menggenggam pergelangan tangan Nona. Menarik tubuh wanita itu hingga mendekat dengan tubuhnya. "Kau harus tidur di kamar utama. Biar aku yang tidur di kamar tamu. Nona, sudah selama ini kita berpisah. Tapi, kamar itu tidak pernah aku tiduri. Aku bahkan belum pernah pulang ke rumah ini. Saat kau pergi meninggalkan rumah ini, di saat itu juga aku pergi meninggalkan Indonesia."

Nona melepas paksa tangan Leon yang menggenggam tangannya dengan erat. Ia membuang tatapannya ke arah lain. "Baiklah. Aku juga tidak ingin mempermasalahkan persoalan kamar malam ini. Jika kau memintaku untuk tidur di kamar itu, aku akan pergi ke kamar itu."

Nona memutar arah tubuhnya. Wanita itu berjalan ke arah tangga. Ia tidak lagi mau berdebat dengan Leon malam itu. Dari lantai bawah, Leon melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu mengukir senyuman indah karena pada akhirnya Nona mau menuruti keinginannya.

"Sikapmu yang seperti ini yang selalu aku rindukan, Baby!" gumam Leon di dalam hati.

***

Franz membanting gelas yang ada di genggamannya di atas meja. Pria itu terlihat sangat kesal dan sakit hati. Sudah ada beberapa botol minuman yang kosong di atas meja. Sejak tiba di apartemen, Franz menghabiskan waktunya untuk meminum minuman keras. Hanya dengan cara seperti itu Franz berharap kalau ia bisa melupakan sakit hatinya kepada Nona.

Waren berdiri tidak jauh dari posisi Franz berada. Pria itu hanya bisa diam sambil memperhatikan Franz. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya Waren melihat Franz sekacau itu. Bahkan Franz menjadi seperti itu hanya gara-gara seorang wanita. Selama ini justru Franz yang telah berhasil membuat semua wanita menjadi gila karena dirinya. Tidak di sangka kalau saat ini posisinya terbalik.

Suara bel pintu apartemen membuat Waren tersadar dari lamunannya. Pria itu memandang ke arah pintu sebelum berjalan cepat. Ia membuka pintu apartemen secara perlahan. 

Seorang wanita berpakaian seksi berdiri di ambang pintu. Wanita itu bahkan memasang pose yang begitu menggoda. Waren memang memesan wanita malam untuk menyenangkan hati Franz malam ini. Walau ia sendiri tidak tahu, apa ide itu berhasil atau tidak.

"Masuklah," ucap Waren sambil berjalan bergeser. Pria itu memberikan jalan kepada wanita berpakain ketat itu untuk masuk. 

"Terima kasih, Tuan," ucap Wanita tersebut dengan satu kedipan mata. Ia berjalan bak seorang model. Tubuhnya yang sintal dengan rambut bergelombang sebahu membuat Waren sendiri tidak bisa menahan diri.

Franz meneguk minuman beralkohol yang ada di hadapannya langsung dari botolnya. Kali ini pria itu tidak lagi bisa bersabar menuang minumannya ke dalam gelas. Franz justru memilih untuk menikmati minumannya dengan cara meneguknya langsung dari botol. Saat mendengar sepatu high heels, gerakannya terhenti. 

Franz memiringkan kepalanya dan memandang wanita yang baru saja tiba. Bibirnya mengukir senyuman. Franz segera beranjak dari kursi yang ia duduki. "Kau wanita yang sangat cantik dan seksi, Anna," racau Franz sambil berjalan sempoyongan mendekati wanita tersebut. Tidak ada yang memenuhi pikiran Franz malam itu selain wajah Nona. Ia benar-benar telah tergila-gila pada wanita berusia 28 tahun itu.

Wanita itu mengeryitkan dahi sebelum memandang wajah Waren. Ia merasa kalau nama wanita yang disebutkan cliennya bukanlah nama miliknya. Waren hanya menatap tajam tanpa ingin memberikan penjelasan apapun.

"Lakukan tugasmu dengan baik. Aku akan membayarmu tiga kali lipat dari tarifmu selama ini," ucap Waren sebelum memutar tubuhnya. Pria itu memutuskan untuk pergi. Ia ingin memberikan waktu kepada Franz dengan wanita malam yang ia pesan untuk bersenang-senang.

Wanita itu menatap punggung Waren yang semakin menjauh. Ia kembali memutar tubuhnya untuk memandang wajah Franz. Belum sempat wanita itu mengeluarkan kata, tiba-tiba Franz telah ada di hadapannya. Pria itu menyerangnya dan mengunci bibirnya dengan ciuman. 


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login