Download App
12.5% ZEVA

Chapter 2: Part I

Kerajaan Zeda.

Matahari menyapa dunia, menebarkan cahaya yang hangat di musim gugur ini. Walaupun semakin hari, suhu semakin rendah menandakan bahwa musim salju akan tiba. Tidak bedanya seperti Matahari, seorang wanita sudah duduk di atas ayunan kayu berhias bunga-bunga kecil yang merambat di dua pegangannya. Angin musim gugur yang dingin tidak membuatnya berpindah.

"Zeva, apa yang sedang kamu lakukan disini? Apa tidak merasa dingin?" Ucap seorang wanita yang berumur sekitar 50 tahun itu, sembari melangkah mendekati wanita muda yang asyik dengan bacaannya. Zeva itu namanya.

"Hanya sedang membaca dan aku tidak merasa dingin"

"Gunakan ini, walaupun kamu tidak merasa dingin, Ibu takut kamu sakit" Disampirkannya sebuah selimut ke kedua bahu Zeva.

"Hmm.. Terima kasih, Ibu" Zeva melanjutkan bacaannya. Ya, memang begitulah Zeva, dingin, irit bicara, pendiam bahkan disaat bersama dengan keluarganya. Sudah beribu kali Ia di tegur oleh Ayah dan Ibunya agar bisa mengeluarkan ekspresinya. Namun, Zeva sendiri juga tidak mengerti kenapa, dia merasa senang jika kedua Orang tuanya dan adiknya senang. Dia juga merasa sedih jika kedua Orang tua dan adiknya sedang merasa sedih. Hanya saja entah kenapa wajahnya tidak menunjukkan perasaan yang di alaminya.

"Zeva, kamu sudah sarapan?" Ibunya—Ratu Alyssa duduk di ayunan kosong yang ada di sampingnya, menggoyangkan sedikit badannya agar ayunan itu dapat berayun pelan.'Ibu ku kekanak-kanakkan sekali. Dia sangat lucu' Batin Zeva.

"Sudah Ibu. Bagaimana dengan Ibu sendiri?" Zeva tahu, sangat tahu malah. Kebiasaan Ibunya sejak Ia di lahirkan, Ibunya harus melihat Zeva terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas apapun.

"Aku baru saja terbangun. Sebentar lagi akan sarapan. Mau menemani, Ibu?"

"Ayo, Ibu" Zeva langsung beranjak dari ayunannya, memegang selimut yang diberikan oleh Ibunya lalu disampirkan ke tubuh Ibunya.

"Ibu tidak tahan dengan udara dingin" Hanya 6 kata yang terucap dari mulutnya namun, berdampak besar bagi Alyssa. Ia tahu anaknya sangat menyayanginya, walau tidak ada ekspresi apapun yang keluar dari wajahnya selain datar.

-ZEVA-

"Selamat pagi, Kakak"

"Pagi" Wanita yang memanggil Zeva, Kakak itu berlari kecil menghampirinya juga Ibunya.

"Jangan berlari seperti itu, Emma. Ibu sudah bilang berapa kali, hm?" Wanita yang di panggil Emma hanya tersenyum tak enak. Dia memang sering melanggar aturan kecil di istana.

"Seorang Puteri itu tidak seharusnya seperti itu.. bla bla bla" Begitulah yang di dengar oleh Zeva dan Emma, sudah sangat paham dengan Ibunya yang terlalu cerewet.

"Sudah. Ayo, sarapan" Zeva berjalan menuju meja makan, menarik salah satu kursi di bagian kanan, memang disitulah tempatnya , berada di sisi kanan Raja—Ayahnya. Ibu dan adiknya berada di sisi sebelah kiri.

"Dimana Ayah?" Zeva memandang sekilas ke arah kursi tengah yang di tempati oleh Ayahnya.

"Kamu seperti tidak tahu saja. Ayahmu berselingkuh dengan berkas-berkas juga pada menterinya. Pagi-pagi sekali dia sudah pergi, Ibu di tinggal sendiri di kamar yang dingin itu" Terlihat Emma memutarkan kedua bola matanya, jengah dengan sikap Sang Ibu yang masih seperti anak Remaja.

"Ibu dengan majas Hiperbola-nya"  Alyssa menatap Emma dengan tajam, tidak setuju bahwa apa yang dia katakan tadi itu hanyalah sebuah omong kosong. Emma hanya mengendikkan kedua bahunya, sudah sangat hapal dengan kelakuan Ibunya.

"Kalian makanlah, aku hanya menemani saja" Kata Zeva yang dibalas dengan delikan dari 2 pasang mata dari adik juga Ibunya.

'Ibu maupun adikku sama saja' Batinnya.

Ia menatap mereka dengan datar, "Makanlah" Satu kata yang dapat membuat Alyssa dan Emma menurutinya. Sejak dulu, Zeva tidak terbantahkan, dia seakan mendominasi segala hal. Apapun perintah yang dia keluarkan, atau sesuatu yang diinginkan , Dia pasti mendapatkannya.

Walau dengan wajah datarnya, banyak warga penyihir yang mematuhi, menyayangi dan menyukainya.

"Kak, aku ingin Kakak datang ke sekolah ku, mewakili Ibu menghadiri acara Magic Show. Ini pertama kalinya aku diperbolehkan mengeluarkan Magic-ku. Mau ya?"

"Ya. Kapan?"

"Besok, Kak"

"Baiklah, kalau begitu aku permisi" Zeva membungkukkan badannya, memberikan penghormatan kepada Sang Ibu, Emma pun melakukannya pada Zeva. Karena Zeva itu Kakaknya, status Zeva lebih tinggi darinya.

Zeva berjalan menuju kamarnya. Ini masih pukul 10 pagi, entah apa yang harus Ia lakukan saat ini. Semua buku yang ada di perpustakaan Kerajaan sudah dibacanya sampai habis. Buku yang Ia baca tadi juga sudah selesai.

Dia berjalan menuju ruangan pribadi Ayahnya, yang Ia tahu Ayahnya memiliki ruangan Rahasia yang tidak seorang pun yang tahu, bahkan Ibunya juga tidak mengetahuinya.

Di tutup pintu itu dan menguncinya dari luar, ya dia menggunakan Magic-nya untuk membuka juga menutup pintu itu. Hanya Zeva dan Ayahnya yang tahu Magic itu, Ayahnya secara langsung mengajarkannya pada Zeva. Zeva sangat berterima kasih pada Sang Ayah yang sudah mengajarinya Magic itu walau hanya dasarnya saja, selebihnya Zeva berlatih dengan buku-buku Perpustakaan dan mengembangkannya sendiri.

Ruangan pribadi Ayahnya tidak terlalu menarik menurutnya, tumpukkan berkas dimana-mana, membuat Zeva muak. Ia lebih suka jika yang menumpuk itu buku-buku sihir tebal daripada berkas-berkas tentang Politik dan perekonomian Kerajaan Zeda.

Zeva berjalan mendekati sebuah rak buku di belakang Meja kerja Ayahnya. Meneliti buku apa saja yang dikoleksi oleh Ayahnya, yah.. lebih banyak buku tentang Ekonomi dan Politik tentu saja juga beberapa buku sihir yang mungkin sudah berumur ribuan tahun yang lalu, karena buku itu sudah benar-benar tidak terlalu berbentuk layaknya buku biasanya. Zeva menyentuh Buku tua itu, Ia penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Dengan perlahan Ia membukanya, namun tidak bisa.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Zeva melihat ke sekeliling, tidak ada orang lain selain dirinya disini, lalu siapa yang berbicara?

"Letakkan aku kembali di tempatku" Zeva menatap ke arah Buku tua yang sedang Ia pegang, cukup terkejut karena Buku ini bisa berbicara.

"Kamu berbicara?"

"Aku juga memiliki Mata, Hidung dan Mulut dan jarimu menutup mataku" Zeva langsung meletakkan Buku itu di atas meja kerja Ayahnya, memang benar, Buku itu memiliki Mata, Hidung juga Mulut. 'Menarik' Batinnya.

"Kenapa kamu mengambilku ?"

"Hanya penasaran" Jawab Zeva singkat.

"Ahh.. aku tahu dirimu" Zeva menaikkan sebelah alisnya, menanyakan maksud Buku tua itu yang tahu tentang dirinya, seingatnya sejak kecil dia tidak pernah bertemu dengan Buku tua ini.

"Kamu adalah Puteri Sulung Zeda IX, kan?" Zeva hanya mengangguk, entahlah apa mungkin Ayahnya yang bercerita kepada Buku ini? Zeva tidak tahu sama sekali.

"Ya, benar"

"Astaga, akhirnya aku bisa melihatmu. Ayahmu itu benar-benar tidak ingin menampakkan dirimu padaku" Zeva semakin penasaran, utnuk apa Ayahnya tidak mengizinkan Buku tua ini bertemu dengannya?

"Dengan alasan apa Ayah tidak memperbolehkan mu melihatku?"

"Kamu istimewa. Kamu kunci dari semua hal yang terjadi di Alzeethan" Ia mengerutkan dahinya, apanya yang istimewa dan memangnya dia apa sampai dikatakan sebagai kunci dari Dunia Alzeethan?

"Lalu, hubungannya denganmu?"

"Di dalam sini, terdapat sebuah rahasia besar dunia Alzeethan juga penyebab tentang 2 Kerajaan yang tidak pernah akur itu" Zeva menduduki Kursi kerja Sang Ayah, Ia melihat ke arah jam yang tergantung di dinding. Masih ada 5 jam lagi sampai Ayahnya kembali dari Balai Utama.

"Aku memiliki waktu 5 jam dari sekarang" Ucap Zeva.

"Baik. Aku Buku yang di tulis sendiri oleh Raja Zeda I, seperti Buku Pribadinya. Ia menulis banyak hal tentang Kerajaan Zeda juga Kerajaan Alston dan setelah Raja Zeda I wafat, Adiknya yaitu Raja Zeda II naik Tahta dan pertempuran antara 2 kerajaan itu pun terjadi. Anak dari Raja Zeda II menemukanku dan melanjutkan tulisan tangan dari Pamannya. Ia menulis dengan begitu detail tentang apa yang terjadi pada Ayahnya yang mulai tamak akan kekuasaan"  Buku itu sedikit menjeda perkataannya, Zeva meliriknya.

"Ada apa?"

"Kamu tidak terkejut dengan fakta itu?"

"Aku terkejut"

"Tapi wajahmu terlihat biasa saja"

"Wajahku memang seperti ini. Lanjutkan" Perintah Zeva dan Buku tua itu langsung tertegun. Ia seakan harus menuruti perkataan Zeva untuk tidak bertanya yang tidak penting.

'Anak ini memang berbeda dari keturunan Zeda sebelumnya' Pikir si Buku tua itu. "Sayangnya aku ketahuan oleh Raja Zeda II, Aku tidak mengerti mengapa Raja Zeda seakan membenci ku, Ia ingin merobek isi dari setiap lembaran yang ada di dalam tubuhku, hanya saja Raja Zeda I menyegel tulisan tangannya, bahkan aku sendiri tidak bisa membaca isi tulisan tangannya, namun aku bisa membaca tulisan tangan dari Anak Raja Zeda II"

"Lalu, kamu tidak bisa dibaca oleh siapapun kecuali Raja Zeda I?"

"Ya dan tidak. Aku memang hanya bisa dibaca oleh Raja Zeda I karena ini tulisannya dan tidak, bukan berarti hanya Raja Zeda I yang bisa membaca tulisannya. Setauku sebelum Raja Zeda I wafat, Ia menuliskan sesuatu dan tidak disegel olehnya"

"Kamu ingin memberitahuku?" Tanya Zeva, Ia hanya penasaran saja. jika tidak diperbolehkan apa boleh buat. Lagipula Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan masalah Kerajaan.

"Aku tidak tahu, sebenarnya aku tidak ingin memberitahumu. Tapi, entah kenapa mulutku bergerak dengan sendirinya untuk meberitahukanmu tentang semua hal ini. Mungkin karena hal inilah Ayahmu tidak membiarkanku mengetahui dirimu. Ayahmu tahu bahwa kamu istimewa"  Zeva hanya diam, 'Jadi, dia ini ingin beritahu apa tidak?' Pikirnya.

"Bertele-tele" Ucapnya. Buku tua itu sedikit kesal dengan Zeva yang menyebalkan tapi, dia tidak bisa melawan. Mulutnya tertahan ketika ingin mengumpat di depan Zeva. 'Apa benar dia ini anak Raja Zeda IX? Setahuku tidak ada yang keturunan Zeda yang seperti ini. Mungkin hanya 1, ya Raja Zeda I, hanya saja tidak se-intimidasi anak ini. Jadi, tulisan Raja Zeda I benar?' Batin Buku tua itu.

"Aku tidak akan bertele-tele, tulisan itu berbunyi, 'Hanya dia, penerusku yang sebenarnya yang bisa membuka ini dan membacanya. Hanya dia yang berkuasa di Alzeethan' dan sampai sekarang, bahkan sudah penerus ke-IX pun masih tidak dapat membuka juga membacanya. Ayahmu hanya dapat membukanya namun, tidak dapat melihat isinya"  Ucap Buku tua itu. Zeva memandanginya dengan seksama, masih berusaha mempercayai perkataan dari Buku tua yang ada di depannya.

"Menarik" Dari sekian banyak kata yang harusnya terucapkan di benak Zeva namun, hanya 1 kata itu yang keluar dari mulutnya. Buku itu membuka mulutnya dengan lebar, tak menyangka Ia bertemu dengan orang seperti Anak ini.

"Kalau begitu aku akan mencoba"  Dia hanya penasaran, rasanya sudah mencapai ke ubun-ubun kepalanya namun dalam hati seperti ada dorongan untuk harus membuka Buku tua itu.

"Baiklah, kamu boleh membuka diriku. Hanya saja tidak semudah—Apa-apaan ini?!"

"Kenapa? Dirimu merasakan sakit?"

"Jangan terburu-buru seperti itu, harusnya kamu itu merasakan rasa ragu untuk membukanya"

"Aku merasa ragu namun penasaran" Jawab Zeva, membuat Buku tua itu kembali tercengang dengan tingkah anak ini.

"Lagipula dirimu ini mudah dibuka, tidak susah"

"Hahh.. Baiklah. Apa kamu bisa membacanya?" Zeva kembali membuka Buku tua itu. Dari halaman pertama sampai seterusnya, Zeva terus membalik setiap lembarnya.

"Kamu juga tidak bisa membacanya ya?"  Tanya Buku tua itu. 'Jika bukan anak ini, lalu siapa lagi?'  Batinnya.

"Hhmm..  Half Demon, Half Magician. That's the true King in this world. Aku tidak mengerti maksudnya. Kamu tahu?"  Buku tua itu tertegun, Raja Zeda I mengatakan hal itu padanya dulu, saat pertama kali Ia menulis. 'Anak ini bisa membacanya!'

.

.

.

.

Ini adalah Novel pertamaku di Webnovel.

Semoga kalian menyukainya .. 🥰

Selamat membaca 💜

Dengan kasih,

S I N T A


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login