Download App
5.16% ZOMBIE AREA

Chapter 14: Anjing yang Menginfeksi

Suasana sekitar panti jompo terasa segar karena jauh dari polusi udara dan selalu diselimuti embun terlebih menjelang pagi. Panti jompo, adalah bangunan bertingkat tiga, dicat warna putih dan ungu muda, memiliki kamar yang cukup banyak serta fasilitas olahraga yang memadai. Bangunan itu sengaja didirikan di perbukitan dan jauh dari keramaian, agar lebih nyaman untuk tempat tinggal para lansia.

Di sekeliling bangunan terdapat pagar setinggi dua meter untuk mencegah hewan liar. Adapun di dekat pagar terdapat pos keamanan, namun hari ini petugas keamanan sedang tidak di tempat. Di kawasan itu pula banyak keluarga serta para pendaki yang sering kali singgah untuk melakukan kegiatan sosial.

Di taman belakang, Soo Hwan membantu Reyn menguraikan kain-kain jemuran. Reyn dengan nama panjang Park Raa In, seorang gadis dari kampus swasta yang lebih lama satu bulan darinya di tempat itu. Dan usia mereka terpaut satu tahun.

Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba ada seorang nenek tua berambut diikat sedang lari kecil melewati mereka. Dia nenek Hana salah satu lansia yang sering berkelahi dengan nenek Nam. Keduanya menoleh pada nenek Hana. Wanita kurus itu terlihat sehat dan senang memberi makan hewan liar yang kerap kali singgah di depan pagar.

Nenek Hana berjongkok di depan seorang anjing kecil yang hendak memasuki pagar. Di tangannya telah terisi segenggam makanan anjing yang sengaja dibeli. Awalnya makanan anjing itu hendak di lemparnya melewati sela pagar, tapi rupanya sela itu terlalu kecil untuk meloloskan makanan anjing. Dengan sabar, satu persatu di keluarkannya melalui celah dan anjing kecil itu terlihat menjulurkan lidahnya, sesekali hendak masuk ke dalam.

Reyn yang memperhatikan usaha nenek Hana memberi makan anjing liar rupanya meruntuhkan sikap tegasnya.

''Nenek, jangan membawa anjing liar ke dalam, ya! Nenek Hanna boleh memberi makan di sana saja," ujar Reyn, jarinya mengarah ke belakang tembok. Yang mengartikan nenek Hana boleh membawa masuk anjing itu ke halaman dan memberi makan ke belakang bangunan.

Nenek Hana mengangguk. Ia berjalan riang kemudian disapanya anak anjing kotor itu di balik pagar.

''Walau sering berdebat dengan nenek Nam, nenek Hana ternyata orang yang berbeda dari kelihatannya,'' kagum Soo Hwan.

Reyn tersenyum, ''Kalau dimusuhi, nenek Hanna memang sangat menyeramkan. Dia sering mengajak ku bicara dan menceritakan perihal perdebatannya dengan nenek Nam. Kalau memandang maksud tiap curhatannya, nenek Hana merasa dia adalah korban. Ia merasa dihinakan kalau ada orang lain yang melawan dirinya. Sebab, dia sudah merasa terhina karena keluarganya sendiri yang menitipkannya di sini.''

''Ego seorang lansia, aku pernah belajar bagian itu. Mereka lebih senang didengarkan, karena mereka ingin diakui.'' timpal Soo Hwan yang merasa kasihan.

Begitu pagar dibuka, anjing kecil digiring nenek Hana ke belakang bangunan. Di sana ada sebuah kursi. Ia bermaksud ingin duduk sambil memberi makan sang anjing. Wajahnya ceria sekali dan melupakan keberadaan dua perawat yang menjemur selimut tadi.

Di tengah pembicaraan dua anak magang itu, mereka mendengar suara benturan bersamaan dengan suara anak anjing yang merengek-rengek.

''Nenek, apa anjingnya mengigitmu?'' tanya Soo Hwan. Ia melihat jam tangan lalu berkata pada Reyn, ''Sebentar lagi makan pagi, sebaiknya bawa nenek Hana ke dalam.''

''Kau masuk saja,'' jawab Reyn. ''Aku akan menyusul dengan nenek Hana.''

Keduanya berjalan secara terpisah. Reyn pergi menjenguk nenek Hana, sementara itu Soo Hwan menuju kantin.

"Nenek, apa anjingnya galak? Kau baik-baik saja?" tanya Reyn, khawatir.

Di arah barat bangunan terdapat ruang kantin sekaligus dengan ruang TV, dikelilingi oleh kaca Tempered tebal. Kaca yang menjadi sekat antara taman dan ruang kantin. Kacanya memiliki dua warna yakni gelap di bagian bawah dan terang di bagian atas. Desain bangunan menggunakan kaca tempered itu agar panti jompo jauh dari kesan yang membosankan.

Para lansia dapat menikmati pemandangan di luar meski sedang makan atau seadar bersantai di ruang kantin. Sekeliling kaca itu tergantung pernak-pernik dari manik dan mutiara, hasil karyasi para lansia.

Sambil menunggu matangnya sarapan mereka, ada beberapa kegiatan yang berlangsung di ruangan luas itu. Mulai dari kakek-kakek yang bermain Janggi (catur korea), membaca buku, dan ada yang menonton TV.

Sambil menonton TV, nenek Nam merajuk syal merah yang rencananya akan dia berikan pada saat ulang tahun Yeo Ning, satu bulan lagi.

Suasana di depan TV adalah tempat yang paling ribut, pasalnya selain suara TV, para nenek-nenek sibuk melontarkan komentarnya pada program TV yang sedang ditonton. Nenek Hiseok yang gendut dan duduk di paling dekat memindah siaran pada sebuah acara berita.

''Tindak anarkisme semakin menyebar dan tak dapat dihindari ...,'' Begitulah suara Tv yang sempat tertangkap oleh telinga nenek Nam. Namun, berita itu terputus sewaktu salah satu lansia memindah siaran TV.

Nenek Nam yang tertarik, meletakkan syal rajutannya dan mengambil remot TV dari mereka.

''Biarkan aku melihat berita itu sebentar,'' kata Nenek Nam.

Berita itu menayangkan video singkat cctv di lingkungan kota yang tengah porak-poranda dan cuplikan beberapa cctv di tempat-tempat yang berbeda. Teriakan masyarakat terekam dengan jelas di tengah-tengah kebakaran, tabrakan, dan letusan senjata oleh para petugas militer. Video singkat itu lebih seperti medan perang.

Usai tayangan singkat cctv di wilayah tertentu, tampillah seorang Reporter pria yang berjalan menuju pembatas rooptop setinggi perut dan di sekelilingnya pemandangan bangunan pencakar langit. Angin bertiup menggerakkan rambut dan bulu-bulu halus jaket Insulate orang itu.

Sambil memegang mikrofon kecil yang tersemat di kerah jaket, Reporter itu melaporkan, ''Wilayah kota dan sekitarnya tengah mengalami kelumpuhan. Orang-orang tiba-tiba bersikap kasar dan tak segan melukai. Hal ini masih belum diketahui penyebab pastinya, hingga saat ini aksi kekerasan telah menyebar ke berbagai provinsi di sekitar Gyeonggi. Untuk memperkecil kemungkinan, Pemerintah telah menutup perbatasan tiap kota-kota besar.''

Suara TV yang cukup nyaring menarik beberapa perawat untuk ikut menyimak berita tersebut. Mereka mencoba menelepon seseorang akan tetapi, tak pernah ada yang berhasil tersambung.

Televisi itu masih memberitakan hal yang sama. Reporter yang telah berdiri di tembok pembatas mengacungkan telunjuknya pada pemandangan di bawah bangunan. Pada jalan besar yang di padati mobil-mobil, di sekitar sana pula orang-orang saling kejar-mengejar dan penyerangan terjadi pula di mana-mana. Reporter itu meminta untuk menshot ke bagian bawah gedung stasiun berita yang ditempatinya. Sontak pemandangan yang diperlihatkan mengejutkan semua yang menonton. Puluhan orang dengan wajah bersimbah darah bergerumbul memenuhi halaman kantor berita.

Sang Reporter menjauhi pembatas dan berkata lagi, ''Pemerintah telah menyediakan bangunan isolasi bagi orang-orang yang berhasil selamat di kota Seongnam dan bagi masyarakat yang masih berada di rumah, untuk menunggu tim evakuasi datang. Saat ini ... semua jalan masuk menuju kota Seongnam telah dijaga ketat. Para pakar kesehatan dan penyakit berasumsi kuat bahwa kekerasan yang mempengaruhi sebagian besar penduduk, tak lain adalah virus yang menular dari gigitan salah seorang yang terinfeksi. Sampai saat ini belum ada kejelasan mengenai virus apa yang tengah menyebar di masyarakat. Oleh karena itu, diimbau kepada seluruh warga untuk tidak keluar rumah dan tetap menunggu tim isolasi menjemput!''

''Kerusuhan lagi? Kali ini mereka demo tentang apa?'' tanya seorang kakek gendut.

''Astaga! Penyakit apa yang membuat orang-orang menjadi mengigit satu sama lain?'' tanya nenek Olive. ''Aduh, bagaimana keadaan anakku di sana? Soo Hwan! Bantu aku menelepon anakku!'' nenek olive beranjak dari sofa, ia dibantu mahasiswa magang itu untuk menuju meja telepon.

Sementara itu, nenek Nam memindahkan siaran berikutnya. Mendadak TV menampilkan berita nasional di semua Channel. Seorang tentara berseragam hitam muncul di layar kaca dan mengatakan, ''Pemerintah menerjunkan sebanyak 10 unit helikopter bersama 80 tim penyelamat yang akan beroperasi sore ini. Diharapkan warga yang selamat untuk memberikan tanda agar tim penyelamat dapat dengan mudah menemukan keberdaan Anda. Dalam 10 hari penyelamatan, gerbang perbatasan kota akan ditutup dan kota akan diisolasi selama batas waktu yang belum ditentukan.''

''Mungkin saja aksi teroris, pengaruh narkoba!'' tebak nenek Woon.

Dari kejauhan terdengar pembicaraan nenek Olive bersama Soo Hwan.

''Nenek, teleponnya tak tersambung. Sepertinya jaringan teleponnya sedang bermasalah.''

''Oh Tuhan! Lalu bagaimana aku tahu kabar anakku? Cepat sambungkan lagi!'' balas si tua itu.

Nenek Nam yang mendengar pembicaraan mereka, lekas menelepon anak beserta cucunya satu persatu, tapi seperti yang sudah terjadi, telepon seluler bahkan telepon rumah tak berhasil dihubungi.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C14
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login