Download App
4.42% ZOMBIE AREA

Chapter 12: Terperangkap

Benturan berkali-kali terjadi pada pintu ruang kelas, Yeo Han dan Hansol masih belum menyerah meski punggung-punggung lengan mereka terasa sakit. Kaca tebal itu bukan main kokohnya, sehingga bobot dua kali tubuh manusia belum mampu mematahkan besi kunci pada bagian atas pintu.

Mayat-mayat bangkit lalu berjalan tertatih, terseok, merangkak menuju tiga pemuda yang terpaksa mengorbankan badan untuk Yeo Han dan Hansol. Ravi mencari celah untuk lari. Bola matanya bergerak dengan liar. Di sebelah kiri tangga menuju lantai tiga telah dipenuhi Pemakan Manusia yang menuju ke lantai tiga. Di sebelah kanan, zombi-zombi yang merayap dari tangga telah menutup jalan menuju lorong kelas lain. Sedangkan di depan mereka, tangga itu sudah seperti sampah mayat.

Satu-satunya cara lolos hanya memasuki kelas di belakang mereka. Namun sayang, ada saja kesialan yang mengancam keselamatan. Si pengacau, Seo Jung, pria 24 tahun itu tanpa melihat situasi telah memblokade pintu kelas.

Seo Jung beserta teman-temannya terperangak melihat kekacauan di luar kelas. Mayat-mayat bangkit dengan kaki terkelupas, kepala hampir putus dan beberapa kelompok sedang pesta makanan, mencabik manusia. Lautan darah di ubin luar merenggut semua perhatiannya, hingga melupakan beberapa adik kelasnya yang bertaruh nyawa di luar sana.

Beberapa saat lalu, Seo Jung dan teman-teman yang terkenal pembuat onar itu tak mengetahui kejadian sebenarnya. Mereka tertidur di ruang kelas karena pengaruh alkohol yang dikonsumsi tadi malam. Segelintir mahasiswa lama ini sering mabuk-mabukan di sekitar kampus. Di ambang kenyataan dan halusinasi, sehingga mereka hanya melongo dengan wajah pucat pasi melihat aktivitas kanibalisme.

Sampai suatu ketika, ada seorang gadis bernama Jung Hye Mi, seorang teman dari Yeo Han. Ia dengan wajah nan marah menghampiri mereka. ''Apa yang kau lakukan, cepat buka pintu untuk mereka!'' perintahnya sambil membentak. Gadis-gadis dalam kelas seketika ikut membentak mereka.

Seo Jung yang tersadar, bergegas membuka kunci pintu dan membiarkan mereka masuk. Selepas Yeo Han dan Hansol masuk, Ravi, Jimi dan Joo Ni masuk sekaligus sehingga sempat membuat mereka berjejalan di ambang pintu. Beberapa teman Seo Jung membantu menarik lengan salah satu dari mereka hingga ketiganya tumbang di lantai. Sementara pintu secepat kilat ditutup lagi sebelum sempat zombi masuk ke kelas itu. Yeo Han, Han Sol, Joo Ni menahan pintu selagi Ravi yang paling tinggi menarik kunci pintu. Mereka menjauh dari pintu usai pintu berhasil diamankan.

Wajah kotor mayat-mayat itu amat mengerikan, mata hitam telah berubah ke abu-abuan, kulit menebal dan terkoyak. Di sana darah menetes-netes keluar entah kapan akan kering. Gigi-gigi mereka berontak ingin menggigit sehingga suaranya dapat terdengar dari dalam kelas. Zombi-zombi itu meronta-ronta ingin mengisi perut. Dari pintu hingga semua dinding ruang kelas dari kaca tebal, dipenuhi oleh mayat-mayat hidup.

Di mana-mana terdengar teriakan memilukan berpadu rentetan benda-benda keras dan suara zombi-zombi mengoyak korbannya. Mahasiswa yang berada di luar masih terlihat berlarian dikejar puluhan zombi lapar. Bahkan ada beberapa orang jatuh bersama beberapa mayat hidup dari lantai atas dan menghasilkan bunyi yang mengerikan. Sekitar lima belas orang di dalam kelas kini menjauh dari pintu. Mereka duduk di tengah-tengah ruang, ada yang menangis, ada yang mengutak-atik smartphone dengan wajah yang prutasi, ada pula yang berbicara dengan sangat ribut sekali. Mereka benar-benar kacau.

''Sekarang bagaimana? Apa yang harus dilakukan?'' Segelintir pertanyaan berulang terdengar sayup-sayup di antara mahasiswa.

''Siapa yang membuat mereka jadi seperti itu? Sampai berapa lama kita terperangkap di sini?'' tanya teman-teman Seo Jung yang panik.

''Pikirkan caranya, bodoh! Jangan hanya merengek saja!'' kata Seo Jung, ia yang panik semakin panik oleh pertanyaan itu.

''Halo? Ha-halo?'' Jimi yang sedang berusaha menyambungkan telepon, mendapatkan perhatian dari mahasiswa lain. Panggilan telepon dalam mode speaker itu sering kali berdesir.

Psss psss

''Halo—'' Suara seseorang akhirnya terdengar dari panggilan telepon itu. Tetapi hanya sebentar, kemudian hilang lagi.

Psss pss

''Jimi!'' Suara seorang wanita mengundang perhatian mereka untuk ikut menyimak pembicaraan Jimi. Setelah itu, Mereka beramai-ramai menghubungi kerabat masing-masing dan sebagian lagi mencari saluran berita melalui internet.

Jimi yang sempat menangkap suara ibunya, kembali menyambungkan telepon. Sesekali pemuda berwajah bulat itu mengangkat Smartphone ke udara, seraya memperhatikan Sinyal selulernya.

Selama mereka sibuk menghubungkan saluran telepon. Sang ketua kelas bernama Park Mi Dam duduk diam mengamati mayat-mayat hidup. Mayat-mayat hidup itu memandangi orang-orang di dalam kelas, air liur menetes bercampur darah hingga mengotori permukaan dinding kaca. Beberapa zombi memukulkan kepala di tembok kaca. Lalu mayat-mayat lain melakukan hal yang sama sehingga terbukalah celah pintu kaca bagian bawah yang lupa dikunci.

Lama-kelamaan Zombi-zombi sesak di depan pintu. Hal yang paling buruk, kaca bagian bawah akan pecah lebih dulu. Takut hal itu terjadi, Mi Dam mendorong pintu bagian bawah, meski tenaganya kalah jumlah. Melalui kaca mata tebalnya, tampak jelas permukaan kaca mengalami keretakan. Dan hanya tinggal menunggu waktu sampai semua elemennya retak. Suara raungan mayat-mayat itu terasa bergetar dipermukaan kaca.

Bantuan tanpa diundang datang menyokong. Dua lengan berukuran sedang milik Yeo Han, dan punggung besar Hansol ikut andil hingga pintu itu berhasil dikunci kedua kalinya. Napas akhirnya berembus dengan tenang, meski wajah mereka sempat pucat dan tubuh gemetaran saat bertatapan dalam jarak dekat dengan mayat-mayat itu. Rupanya ketegangan tak hanya dirasakan mereka melainkan juga semua penghuni kelas yang sempat lengah.

Setelah Yeo Han menghampiri Jimi, Jimi pun menoleh sebentar dan bertanya, ''Ada apa dengan pintunya? Apa tadi itu mau terbuka?''

Wajah bulat kawannya itu menampakkan ketakutan yang sangat.

''Ya, hampir! Sudah bisa menghubungi ibu mu?'' tanya Yeo Han mengubah topik pembicaraan. Dia tak mau menimbulkan ketakutan bagi orang-orang di sekitarnya. Meski dia sendiri tak ubahnya seperti mereka, jiwa remaja yang menuju masa dewasa terbilang masih rentan terhadap perubahan situasi. Semua rasa takut berkumpul dalam pikirannya dan menciptakan keresahan tersendiri yang tak mampu dibayangkan oleh orang lain. Walau kekhawatiran tak langsung dapat ditemukan pada ekpresi wajah Yeo Han.

''Yeo Han!'' Hye Mi menghampiri pemuda itu dengan wajah khawatir. Mulut gadis itu langsung dibungkam Yeo Han. Semua orang terperangah mengamati mayat-mayat yang berada di luar. Hye Mi yang sadar akan perbuatannya, kini melirik pada pemandangan di luar kelas.

''Kurasa, mereka tertarik dengan suara,'' kata Yeo Han, ia berbisik yang terdengar oleh semua orang.

Atmosfer sekitar terasa semakin tegang, terlebih ketika Yeo Han mengatakan hal tadi. Kini tak ada yang mengutak-atik alat elektronik apapun. Mereka hanya diam seperti patung dan tak membuka mulut lebih dari berbisik. Suara-suara di balik dinding permukaan kaca itu semakin bertambah banyak dan menggema.

Ketegangan berlalu dalam dua puluh menit. Mereka dapat sedikit bernapas longgar usai semua peralatan belajar seperti buku, kursi, meja, hingga lemari ditumpuk hingga mencapai dua meter menutupi kaca. Hingga tak ada celah untuk melihat ke luar kelas. Meski tidak seberapa, setidaknya para zombi sudah mulai tenang dan benturan di permukaan kaca sudah berkurang.

Yeo Han duduk di tangga bagian atas, wajah lesunya menatap pada beberapa wanita yang duduk di lantai sambil menangis tersedu-sedu usai berhasil menghubungi keluarga. Suara tangis itu hampir tak tertangkap olehnya, tapi kesedihan mereka begitu terasa.

Lingkungan kampus benar-benar sepi, tak terdengar ada yang berlari hanya saja sejak tadi, langkah-langkah kecil masih membayangi area luar kelas mereka. Mata Yeo Han nan panas beralih melirik jam tangan yang telah menunjukkan pukul 11.30 siang. Aroma parfum kamumile yang semakin dekat darinya membuat lehernya bergerak ke samping. Jimi yang masih semangat mengacungkan smartphone untuk mencari sinyal seluler datang menghampiri.

''Kekuatan sinyal seluler makin lama makin tak stabil. Namun, berkat ini, aku sudah menemukan di mana keluargaku bersembunyi sekarang. Tinggal menghubungi bantuan untuk dapat menjemput mereka,'' papar Jimi, ia mendesah melihat baterai smartphone-nya yang tersisa tiga batang. Wajahnya nan lesu dan penuh minyak menoleh pada Yeo Han.

''Dari semua orang, kau yang paling pendiam. Sudah kau dapatkan informasi tentang keluarga mu?'' ia bertanya sembari melihat layar smartphone.

''Beberapa saat lalu, aku mendapatkan pesan dari ayahku, bahwa dia bersama ibuku pergi keluar negeri sesaat sebelum wabah ini menyebar. Pesawatnya lepas landas dan di sekitar bandara ramai orang-orang berlarian keluar dari sana. Ibuku mendengar ada himbauan untuk semua pesawat yang akan mendarat untuk sementara diteruskan ke beberapa bandara negara terdekat. Ia juga berpesan, agar aku dapat menemukan adikku,'' ungkap Yeo Han, lalu menghela napas.

''Jadi adik mu masih di sini. Lalu dia di mana?'' tanya Jimi lagi.

''Adikku dititipkan pada bibi sebelum mereka pergi. Dan baru saja aku mendaparkan kabar, kalau adikku berada di wilayah isolasi, daerah perbatasan, dua kota dari sini. Sebelum panggilan itu terputus, polisi yang bersama adikku berkata kalau beberapa wilayah yang ditandai sebagai tempat dengan tingkat keselamatan yang minim, kalau aku tidak salah dengar ... akan dimusnahkan. Aku belum sempat bertanya, apakah kota ini termasuk.''

Selepas menjelaskan semua itu, Yeo Han mendapati Jimi dan Joo Ni tengah panik kembali.

''Kenapa kau tidak bilang sejak tadi, bodoh!'' kata Joo Ni, sebelum akhirnya ia turun dari tangga dan mengabarkan hal itu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C12
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login