Ian Hidayat adalah pengusaha sukses yang memiliki perusahaan sendiri. Namun, di balik kesuksesan dan hidupnya yang sangat berkecukupan, Ian sepertinya memiliki suatu penyesalan di masa lalunya, yang bahkan tidak bisa dia ingat sendiri. 
Dan di puncak karirnya itu, dia tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil.
Semuanya gelap. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Apakah dia sudah mati? Apakah ini surga? Atau neraka?
Dan kemudian Ian terbangun oleh suara seseorang. Ketika dia membuka matanya, cahaya sinar matahari yang menyilaukan membuat kesadarannya kembali. Kepalanya terasa agak berat, tapi Ian bisa melihat bahwa yang membangunkannya adalah sahabatnya sendiri, Cahyo, yang entah kenapa terlihat jauh lebih muda dari yang dia ingat saat terakhir kali bertemu dengannya. 
Baru beberapa saat kemudian, Ian tersadar bahwa dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya di saat dia hampir lulus dari SMA. Mendapatkan kesempatan kedua mengulangi hidupnya, apakah yang akan Ian lakukan?

Ian Hidayat adalah pengusaha sukses yang memiliki perusahaan sendiri. Namun, di balik kesuksesan dan hidupnya yang sangat berkecukupan, Ian sepertinya memiliki suatu penyesalan di masa lalunya, yang bahkan tidak bisa dia ingat sendiri. 
Dan di puncak karirnya itu, dia tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil.
Semuanya gelap. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Apakah dia sudah mati? Apakah ini surga? Atau neraka?
Dan kemudian Ian terbangun oleh suara seseorang. Ketika dia membuka matanya, cahaya sinar matahari yang menyilaukan membuat kesadarannya kembali. Kepalanya terasa agak berat, tapi Ian bisa melihat bahwa yang membangunkannya adalah sahabatnya sendiri, Cahyo, yang entah kenapa terlihat jauh lebih muda dari yang dia ingat saat terakhir kali bertemu dengannya. 
Baru beberapa saat kemudian, Ian tersadar bahwa dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya di saat dia hampir lulus dari SMA. Mendapatkan kesempatan kedua mengulangi hidupnya, apakah yang akan Ian lakukan?

Febi mempercepat langkahnya. Gadis itu berjalan menyusuri gang kecil dan gelap itu karena itu satu-satunya jalan menuju ke kostnya. Didengarnya suara seperti langkah kaki tapi samar-samar dan terasa jauh. Ia menoleh ke belakang dengan gerakan yang tiba-tiba...tidak ada siapapun. Perasaan apa ini? Seperti perasaan cemas bercampur takut dan kuatir yang tidak pada tempatnya. Sudah kesekian kalinya Febi merasa ada yang mengikutinya di belakang sepulang ia dari kampus. Gadis itu memutuskan cepat-cepat berlari sampai ke kost dan segera masuk ke kamarnya. Gang kecil itu begitu sepi, jauh dari kamar kost Febi. Seorang pria bertubuh tinggi berpundak lebar sedang berdiri setengah tertutup tembok, sedang memperhatikan Febi yang setengah panik masuk ke kost.

Pengalaman menegangkan itu membawa kecurigaan Febi pada seorang psikopat yang berusaha menghancurkan hidupnya. Ian adalah seorang pria yang selalu tampil baik dan superior. Tapi Febi mengetahui dibalik penampilan primanya, Ian memiliki kejahatan-kejahatan yang terselubung. Hanya saja semakin Febi berusaha menghubungkan misteri-misteri yang dialaminya dengan Ian, semakin ia terjerembab dalam siasat dan tingkah laku Ian yang tidak normal.

Ian yang menjadi tersangka penguntitan Febi akhirnya menjadi tersangka sebuah kasus pembunuhan yang terjadi di kampus mereka. Semua misteri yang terjadi terhubung pada sindrom psikopatisnya. Benarkah Ian yang melakukan tindakan kriminal itu? 

The story of perfect love that was not destined to live.



CHAPTER 7 — THE END AND BEGINNING 

 
 

Dua pemuda tengah berseteru, kali ini mereka tidak lagi melibatkan kata-kata namun perilaku mereka sepertinya akan membuat polisi menurunkan tangannya. Yoongi yang sedang melayangkan bogem pada seorang pemuda yang diyakini adalah pembeli narkotika miliknya ini meringis, sesekali meneriaki pembelinya itu dengan kata-kata kasar. 

Lihat wajah malang si pembeli! Bagi Yoongi, lebam ungu menjadi aksesoris yang sangat tepat untuk seorang lelaki yang terang-terangan mengatakan, bahwa ia akan merebut kekasih Yoongi dan menidurinya. Oh, banyak sekali orang gila akhir-akhir ini, bukan? 

Sirene mobil polisi semakin dekat dengan keberadaan mereka. Keduanya semakin panik dan ketika cahaya lampu mobil menyorot dua pemuda itu, saat itu juga mereka memproduksi banyak peluh akibat rasa takut. Mereka ini menjual kematian pada orang-orang yang putus asa. Mereka takut akan fakta bahwa mereka tak memiliki pekerjaan lain selain yang mereka kerjakan sekarang. 

Kuat di luar, tak berdaya dan lemah di dalam. 

"Angkat tangan, berdiri segera! Ayo tangkap, tangkap!" 

Seorang polisi botak dengan perawakan penderita obesitas itu memerintahkan antek-antek polisinya untuk menangkan Yoongi dan pemuda itu. Borgol terpasang dan kini mereka siap untuk diadili. 

Kini mereka berada di dalam mobil polisi. Ada saat-saat mereka ditanya oleh polisi bagaimana mereka bisa berkelahi seperti ini. Yoongi hanya diam sedangkan pemuda pembeli narkotika ini terus saja menjawab bahwa ia dituduh menyelingkuhi kekasihnya. 

Yoongi mengeraskan rahangnya sembari menatap polisi yang duduk di antara Yoongi dan pemuda pembeli itu. "Oh, Tuhan. Pak, itu bohong. Yang bernama Jang Gaeun itu adalah kekasihku, bukan kekasihnya. Coba tengoklah wajah bajingan ini. Bayangkan seandainya lebam ini tidak ada, apakah wajah aslinya sangat mendukungnya untuk mengundang ketertarikan gadis-gadis?" 

"Apakah kau mengatakan bahwa aku jelek sekarang? Itu fitnah sekali!" 

"Kalian berdua itu bajingan! Sesama bajingan jangan saling menjatuhkan. Berdoa saja semoga pemeriksaan kalian di kantor polisi nanti tidak akan membawa kalian masuk ke bui. Sekarang diam dan pikirkan apa kesalahan kalian, anak muda." 

Yoongi diam, bukan karena ia memikirkan kesalahannya. Ia merasa bahwa pemuda ini sangat tidak sopan karena secara tidak langsung, ia melecehkan Gaeun. Tunggu, namun Yoongi juga pernah menidurinya, meniduri Jang Gaeun. Artinya, mereka berdua sama saja; melecehkan seorang wanita. Semakin Yoongi memikirkan itu, semakin kuat keinginan Yoongi untuk merasakan tembakau karena ia mulai sedikit gelisah. 

Apa yang kira-kira menjadi kegelisahan terbesarnya saat ini? Jang Gaeun? Bahwa bisnis narkotikanya akan terkuak karena pembeli ini bisa saja membalikkan fakta? 

Saat tiba di kantor polisi sudah tiba. Mereka turun dalam diam dan langsung dibawa kepada seorang dengan wajah yang terlihat galak dan tidak bersahaja. Yoongi dan pemuda itu duduk di depannya dan menghela napas. 

Polisi itu berkata dengan lirih. "Kau. Nama? Umur?" Arah tatapan matanya tertuju pada Yoongi. 

"Min Yoongi. Dua puluh tiga," ujar Yoongi malas. 

Lalu polisi bertanya pada pemuda di sebelah Yoongi. "Kau. Nama? Umur?" 

"Kim Mingyu. Dua puluh dua," ujar pemuda itu dengan sopan. 

Setelah polisi mencatat data-data anak muda ini, ia mendesah pelan dan mengusap wajahnya dengan kasar. Selanjutnya ia bertanya. "Hah ... jadi, salah satu anak buahku yang sedang berpatroli melihat kalian sedang berkelahi. Kenapa kalian lakukan itu?" 

"Pak, Mingyu bajingan ini mengatakan bahwa ia akan meniduri Jang Gaeun, kekasihku. Tentu saja saya tidak terima!" 

"Bohong, Pak! Jang Gaeun itu kekasih saya. Dia yang merebutnya dariku." 

"Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan ini. Penjarakan saja mereka dan panggil orangtua mereka. Segera!" 

Asisten polisi tersebut yang berada di sampingnya menanyakan nomor telepon rumah Yoongi. "Nomormu, cepat," ujarnya sembari menggenggam gagang telepon dan bersiap menekan tombol. Netranya memicing seolah menahan kantuk dan Yoongi tidak bereaksi apapun. 

Melihat ulah Yoongi, kepala polisi menggebrak meja dan membuat semua yang ada di kantor tersentak di tengah malam yang damai. Untung kepala polisi itu masih sabar dan hanya mengutarakan kekesalannya melalui gebrakan. 

Kepala polisi itu mulai berbicara perlahan. "Nomor rumahmu. Bekerja samalah, Nak. Ayo." Namun Yoongi masih diam dan melirik ke arah Mingyu dengan netra yang sayu. Polisi itu berbicara lagi. "Kenapa? Kau takut bahwa orangtuamu akan marah atas ulahmu ini?" 

"Tidak." 

"Lalu? Kenapa kau diam saat aku menanyakan nomor rumahmu?" 

Yoongi perlahan menatap polisi itu sembari mendesah pelan. Air mukanya sangat tidak menyenangkan, rasanya polisi itu ingin menonjok wajah pemuda itu. Akhirnya Yoongi menyerah dan memberitahu asisten polisi tersebut. Mereka tak berterima kasih. Mereka diam dan menunggu suara seseorang di ujung panggilan sembari menatap Yoongi. 

"Kenapa hanya aku yang ditanya? Bagaimana dengan Mingyu?" 

Tidak ada jawaban. 

"Yeoboseyo? Dengan ... ibu Min Yoongi?" 

Detik itu juga, Yoongi merasa bahwa ia takkan pernah bisa meminjam uang lagi pada ibunya. Kemudian sekonyong-konyong kedua pemuda itu mendengar ketukan yang berasal dari meja di depannya. Kepala polisi itu memanggil mereka dan meminta mereka untuk fokus pada pemeriksaan. 

"Konsentrasi. Sekarang, bagaimana kau bisa memukul Kim Mingyu?" 

"Kukatakan sekali saja karena aku tidak ingin terkesan terlalu membela diri." Ada jeda sejenak, kemudian Yoongi melanjutkan dengan tatapan sinis pada Mingyu dan juga sang kepala polisi. 

"Jang Gaeun, gadis cantik itu adalah kekasihku. Orang ini membohongi kalian. Ia berfantasi bahwa Gaeun adalah kekasihnya karena ia terlambat mengenalnya. Paham? Jadi wajar saja aku marah. Ayolah pasti kalian juga akan sangat marah jika istri kalian diaku-aku oleh kawan kalian sendiri." 

Kakinya dibuka sedikit lebar, seolah ia bersedia untuk membuka semua rahasia yang dimilikinya. Oh, tidak. Tidak mungkin. Rahasianya sangat gelap dan ia mendapat uang tambahan dari situ. Ia menjual narkoba. 

Kim Mingyu yang sedianya diam saja, kini tertawa karena Yoongi terdengar sangat menyedihkan; dipojokkan sehingga ia merasa bahwa ia berhasil membuat Yoongi marah. 

"Itu hanyalah candaan semata. Apakah kau tak tahu caranya bercanda, Yoongi?" 

"Itu bukanlah candaan jika itu menyinggung seseorang. Di mana otakmu?" tanya Yoongi. Mingyu hanya berseringai. 

"Tetap saja dia juga salah, Pak. Karena tersinggung dan merasa marah, ia memukulku. Bukankah ini kekerasan?" 

Di sisi lain, ada seorang wanita paruh baya yang datang ke kantor polisi tersebut. Ibu-ibu yang berada di usia sekitar lima puluhan tengah membawa jaket dan tas tangan kecil. Mungkin tas itu berisi uang tebusan karena anaknya melakukan tindakan yang tidak terpuji. 

"Min Yoongi?" 

Yang empunya nama menoleh ke belakang, mendapati seorang ibu yang wajahnya kusut. Di dahinya seolah tersirat bahwa ia mengkhawatirkan orang yang dipanggilnya: Yoongi. Ibunya telah datang. 

Perlahan tapi pasti wanita itu mendekat dan diam tepat di depan anaknya yang kini tengah berdiri. Mungkin dalam benak Yoongi, ia menyesali tingkahnya hingga harus melibatkan eksistensi sang ibu. Wajah beliau sendu, menangkup kedua pipi Yoongi dan menangis. 

"Kenapa kau selalu saja membuat masalah? Huh?" 

"Aku tidak membuat masalah, Ibu." Yoongi kemudian mencerling ke arah lelaki Kim itu. Ia diam dan turut mendengarkan drama antara ibu dan anak yang tengah berlangsung. 

"Ayo pulang. Sekali ini saja, patuh padaku. Tinggalkan Gaeun dan pikirkan keluargamu." 

Apa jawaban Yoongi?

Park Heesun harus menerima kepahitan di ulang tahun kakaknya setelah orangtuanya memutuskan untuk bercerai, dan ketika Heesun harus ikut ayahnya yang menikah lagi. Heesun masih juga memanggil mantan kakak laki-lakinya, Park Jimin, dengan sebutan 'Kak' dengan perasaan lebih. Dan Min Yoongi, adalah kakak baru Heesun yang sedingin es dan cuek, lama-kelamaan menyukainya dan ia merasa berkesempatan untuk memiliki Heesun.

"She's so pretty"

"Who is she?" 

"Is she single?" 

"Woah!!! Look at her body." 

                                   ~♥︎~

Choi Gaeun is a 25 years old woman. Though her looks were ethereal, she was getting sick and tired of people eyeing her. She cannot even count the amount of death-threats she would receive from girls because they were utterly envious of her looks. 

There were times where she wished she didn't receive attention or could stop time so she can thoroughly enjoy herself without worrying about others. 

"HᴇʟʟO!!! Earth to Gaeun are you ignoring me?!" Jung Areum, Gaeun's number one and only best friend said as she waved her right hand in front of Gaeun's face, breaking her habit of daydreaming. 

"Of course not, I was just thinking."

Areum tsked in reply. "Hurry up and order I'm hungry."

"I'll have a strawberry milkshake." Gaeun hurriedly told the waiter, afraid she would be gobbled up by Areum and her big appetite if she waited any longer. 

"So have you found a job yet?" Areum asks. 

"No, not yet." Gaeun sighed. 

"Well there's a job opening at Love Beauty today." 

"Love Beauty?"

"Yeah." Areum went closer to Gaeun as she whispered, "Since the company is so big I heard their looking for a secretary for the CEO."

"But what happened to the old secretary?"

"Apparently they fired her." Areum averted her attention from Gaeun to the big meal now in front of her.

"Thank You." Both Gaeun and Areum spoke in unison to the waiter.

"Well I guess I'll give it a go." Gaeun said as she took a sip of her milkshake. 

                                   ~♥︎~

Kim Eunseok is a 27 year old businessman. No one could deny that he was extremely handsome and on top of that he was very wealthy. Since he became a CEO at such a young age, he often came across as arrogant to some people.

"Mr.Kim is here." The workers murmured to one another as they bowed down to Eunseok. 

Eunseok walked to his office and sat on his desk. The office was big and modernized with fancy yet elegant furniture. He then grabbed the phone on top of his desk and called the front desk. 

"Let the applicants for secretary come in."

She was known to be beautifully appealing yet, she didn’t have time to be in love...not even one bit.  Choi Gaeun, is a 25 year old woman, trying to pursue a business career. Despite her poor background, she urged herself to find a well paying job. 

                              ____________________


He was visually stunning yet, he decided not to fall in love. Kim Eunseok is a 27 year old businessman, who is a CEO of a popular franchise, Love Beauty. Many knew him for his looks and wealth but they also knew him for being a homebody. You would rarely find him out unless if it was for work. Out of the 5 working days you would only see him in 2. He spent most of his time in his entire life at his house.
     
                            ____________________

When the paths of these two intertwine 
would love or hatred form?

Sarang tried very hard to convince her brother and father to let her to study in NLU. It's located in another city, to study there she has to leave her current city. Also she has to live in the college dorm.

Even though it's a very prestigious college, Sarang afraid that she will not make it with her current marks. She wants her father to pull some strings so that she can get into NLU. 

But her father was against her decision. He thought that Sarang wants to leave the city because she was heart broken.

How can she tell him that Sarang was so eager to meet her enemies of her past life. She wants to know how they're living in this past two years after killing her?

They both were in the city where NLU is located and her ex-best friend is currently studying in NLU. How can she miss the opportunity she got?

Finally Sarang assured them that two of her best friends will also be studying in the same university as her made them at ease.

When Sarang informed about Byeol and GaEun about her decision to study in NLU they also wanted to follow her. Actually they were more worried about her when they heard about her broken engagement in the news.

Sarang was dumbstruck when the news came out as 'Two influential family in the country broken off the engagement' as breaking news.

Rich people sure gets lot of attention from the media.

Sarang friends were sure that she loved Kang Hwan to the extinct that she wants to take her life. They just can't believe that Sarang was the one who initiated to break the engagement.

Sarang told them numerous of time that she doesn't love him anymore but they didn't believe her. 

Sarang even told them that Kang Hwan is not attractive as EXO members. Byeol looked at her so shocked, "When did you even interested in kpop idols? All you ever care about is Kang Hwan"

Sarang sheepishly smiled at her. How can she tell them in her previous life those kpop idols songs were the only thing which kept her barely alive.

Byeol and GaEun was worried about Sarang's strange behaviour. So they both decided to follow her to the NLU.

After a month preparations of paper work they finally arrived at NLU. Seok Chan made sure that three of them got to stay in the same dorm room.

GaEun was already interested in technology, so she applied for Computer Science as Sarang. Meanwhile Byeol doesn't give much thought about studies. She wants to stay with her friends so applied for Computer Science as well.

"Finally one of my dream came to true" Byeol circled around in the room.

"Your dream, what's that?" GaEun asked her as she unpacked her stuffs.

"The three of them to stay together in the same dorm and the next ones are flirting with boys, eating lots of food without any restrictions, going on trips"

"Then what about studies?" Sarang asked her.

"Who cares about that when my dad have lots of money. I will just get enough mark to graduate" Byeol rearranged the plushies she bought with her.

GaEun ignored her and turned to Sarang, "Are you really okay with studying here?"

GaEun was aware that Sarang wants to study Chemistry even though she gets low marks. But she chose Computer Science? GaEun even doubted changing her dreams must be related to Kang Hwan.

"I am sure of it. Now stop worrying about me let's enjoy our days in this university" Sarang patted GaEun's head.

"That's my girl. Now I want to find myself a boyfriend" Byeol hugged Sarang.

"Boyfriend? I thought you were chasing after a guy whom we met on the cafe" Sarang looked confused.

"Don't talk about him" Byeol pouted her lips. GaEun started to laugh, "He was already married with two kids"

"But he didn't looked like he was married with kids" Byeol whined.

"Okay, not stop sulking. Let's find a charming boyfriend for you" Sarang tried to lighten her mood.

"I know, you are the best" Byeol grinned.

"Sarang, you're spoiling her too much" GaEun shook her head.

"Come here, let me spoil you too" Sarang started to tickle GaEun. Soon Byeol started to tickle her as well. The three of them giggled as they lay on the floor.

'Let's hope my upcoming days to fulfill my actual dream' Sarang clenched her fist when she thought about her previous life.

"I will stay with you forever, trust me"

Those words made her to lose her life.

Ten year old JinAe was crying for losing her parents in the car accident at the same time. JinAe was the only survivor in that accident. It gave her a trauma for losing them at the young age. After the accident she started to live with her father's elder brother's house.

He had a daughter with the same age as her. Losing both the parents at the same time it's too hard for her to handle. JinAe locked herself in the room afraid to leave the room. The elders got worried about her for not eating or speaking with anyone. They tried to speak to her but they got no response from her.

After sometime JinAe heard a small 'bark' she turned towards the sound. She saw a small puppy which was holding by her cousin, Mina.

Mina, slowly walked towards JinAe as she sat next to her, "I bought him for you, do you want to play with him?"

JinAe nodded her head as she reached out her hands to hold the puppy but Mina moved away from her.

"If you keep on staying here I won't let you to play with him. First you should eat, then you can play with him" Mina said to JiinAe.

JinAe hesitated for a moment before her eyes met with puppy's eyes. She felt some bond towards that small creature who's looking at her tenderly.

JinAe wiped her tears, and went down to have dinner. As soon as she finished eating, JinAe rushed to play with puppy.

"Have you decided the name to call him?" Mina walked to her.

JinAe nodded her, "Choco"

Sarang heart hurts by thinking of Choco. He must have deveasted because of her death. He was everything to her. Whenever JinAe got frightened by the thunder Choco accompanied her. If he saw anyone bullies her, he will chase them away. 

Still she can't believe where everything went wrong. Is she at fault for not realising the hatred from Mina towards her?

Sarang got down from her bed slowly without making any sound not wanting to wake Byeol or GaEun. She went to the balcony and stared at the moon.

Sarang was wondering whether she can meet Choco in this life.

For that she has to meet Mina and proceed with her revenge.

"I am back to get what I have lost"


"Please, let me go"

I don't know why she wanted to kill me. I thought she was my best friend. 

She stabbed the knife into my chest, "He said only if you dead, he'll accept me"

I spatted the blood from my mouth, "H-He?" 

"Yes. When he confessed his love to you, do you remember how you rejected him?" 

"I d-did that because I k-knew you like -him"

"Oh stop your drama 'I am a good girl' show. I have lots of money, I have so many ways to get what I like. But he asked me you to be dead. so of course to get what i wanted I'll go to any extreme"

Again she stabbed me in the same place, "Be a good a girl and have a Eternal sleep. Don't worry, I'll lead a happy life with the one I love"

Before I closed my eyes, I saw her evil smile which pained me a lot. 

Why I have to die like this? 

It's unfair for me. I can't accept dying like this. It's really not fair.

After spending some time with her friends, Min young went to her office before she came back home, exhausted. 
She slowly went up to her room. Her husband and son are not back from work yet, so she was the only one at home. 

Min young sat on her massive arranged bed when her phone rang in her purse which startled her. Her forehead creased while she brought it out from her purse. 
Seeing the caller's ID, her face lit up. Its her second son, Minho. 
She quickly picked the call. 

"Adeul (son)"
"Eomma."
"I wasn't the one who punished you but you are ignoring me, really?"
"Sorry mother."
"How are you doing son?"
"Fine as usual. What about you?" He asked. 
"Missing you as always."
"Mother I need a favor from you."
"And what is it?"
"Can I get thirty thousand won from you. I need it immediately."
"You called after a long time just to ask for money?"
"Mom its important. Very important."
Min young sighed, "I will send it to you. But that amount is small so I will make it one hundred thousand won."
"I just need thirty thousand, so please mother do not increase it."
"If that is what you want then fine. I will send it to you now." She said and disconnected the call.

Min young gave a long sigh before she sent the money to him. She dropped her phone on the bed, stood up and went to seat down in front of her mirror. 
She bathed her lashes trying to fight back her tears, but couldn't. Tears ran down her cheeks. 
Its been three years now, three years since she last saw her son. 
What happened that day still remained fresh in her memory. 
She squeezed her eyes shut. He was accused of stealing and was banished from the house. She miss her son a lot. She miss her baby. 
When he finally called after three month, all he asked for was money. Could her friends be right? Did he really stole that money? 

Minho sighed seating on his bed. For three months he did not talk to his mother and when he called her, he asked for money. She must be sad now which he hates a lot. But his father warned him not to communicate with any of them or else that person will be banished too. He don't want his mother to leave the villa. 

Its been three year now since he left home and this have to do with a punishment. 
He was accused wrongly of stealing by his elder brother and his father banished him out of the villa. 
He's been staying with his uncle and cousins since then. He really miss home so much. But he can't go back. He will have to show his father that he can survive without his money and without him. 

He picked up his phone and transferred the money to Bong-Cha. All he wants is his friend to be happy. 


I went back to my room and Gaeun was there already preparing for bed. 
"Unnie, where did you went to?" 
"I went out for a while."
"I know you did, I just asked where?"
"To Minho's."
"What about the money? I need to pay it tomorrow." She said applying some lotion on her face. 
"I....." A message was sent to my phone. I brought it out and read it, Minho sent the money.
He is a saver. 
"I will give it to you tomorrow." I looked round the room. "Where is Eunhye?"
"She went to the laundry."
I looked at my wrist watch, "This late."
"She said she is leaving home early in the morning so she has to do it now." She said going to lie down on her single bed close to the window. My own bed is at the middle while Eunhye at the last end.

I fell on my bed with a heavy sigh.
Tomorrow is gonna be another day, I hope it will be better than today.


The next day..... 
When the fused warm light of dawn was now creeping down the summit. 
Gaeun dressed in her school uniform which was a black skirt with a blue button shirt and a black tie, came out of the room and went to the kitchen. 
Bong-Cha who was preparing breakfast looked at her. 
"Where are your glasses?" She asked with a raised brow. 
"Its here with me." Gaeun replied and wore it. 
"Have told you countless times, always put it on. We don't want you falling down your school stairs again."
Gaeun smiled and sat down. "Don't worry unnie." 
Eunhye came out of the room, she sat down close to Gaeun. "Unnie, aren't you going to work today?"
"I will but late."
"Don't have work to do?"
"You guess right." Bong-Cha replied. She dished out the food and brought it to them. "Eat fast or you will be late."
"Ya, you always tell us to eat slow cause we will get indigestion." Eunhye said. 
"But you are late." Bong-Cha said going to the room. 
"Unnie is a very confused lady." Gaeun said.

Gaeun sat in her classroom reading a novel when someone suddenly held her from behind startling her. 
"Oh my gosh, you startled me." She said dropping the book. 
"It never gets old." Her bestfriend, So-yoon said sitting close to her. 
"You are like a witch. I never expected you to be in school by this time. What happened to your lateness?"
"Decided to drop it today."
"Wow am impressed." Gaeun said. 
All the student in her class began to run outside, with the girls shouting. 
"That means one thing, yonggi is here." So-yoon said. 
"Let's go." Gaeun said standing up. She ran out of the class to see the guy who took the ladies heart. 
"Her crush for yonggi is damaging her brain." So-yoon said and stood up, "gaeun wait or me." She ran outside to meet her friend.

Bong Cha, a crazy but clumsy fashion designer, who dream have always been to be the best in South Korea so she can help her sisters and live a comfortable life. But unfortunately that dream will begin to fade away as her fashion designing shop will begin to crumble. She lost all hope. But then, a new neighbor will rent the next apartment close to hers. The first time bong Cha saw him, she knew he was the person to restore back that dream. Not only is he handsome but hot. 
The hottie, been weird will not agree so easily. 
But will he later accept her offer? 
And them coming together, will it led to love?

 
Find out more. 
Author of Aurora - the tale of sirenna.

Chanyeol menyusul Sehun pontang-panting, menyesal karena salah waktu mengajak Sehun bertengkar. Harusnya mereka bisa lebih santai bicara, membahas masalah kuliah dan sebagainya di jam dan tempat yang tepat. Mungkin suasana tegang dan panas itu bisa selesai di atas ranjang, atau malah di soffa di ruang tamu mereka, mungkin juga di conter dapur, sambil menyicip masakan istri tercintanya itu yang sumpah, rasanya tidak kalah enak dengan masakan Dokyung.
Kenapa justru mengajak perang dingin dan adu kesinisan yang malah membuat mood Sehun berantakan. Suami macam apa sih Chanyeol, kenapa type pria semacam dia sulit sekali memberi ketenangan dan rasa aman buat istrinya sendiri. Dia ini punya otak cerdas yang seharusnya bisa dia pakai untuk memberi solusi, juga punya dada yang luas yang seharusnya bisa menampung segala bentuk emosi, dan sekaligus bisa memberi landasan yang empuk bagi kepala Sehun untuk mendarat mulus dan bersandar di sana..
Di sini, maksudnya. Diurutnya dada sekali lagi---
"Sehun- sayangku...." lirihnya,
Sehun melirik sinis, ala-ala karakter yang sedang berdrama ria di sepanjang jalan, melihat sang suami menyusul dengan mobilnya. Masih juga tidak mau capek- kenapa harus menyusul pakai mobil, memangnya tidak bisa jalan kaki. Sudah tahu Sehun hanya bermodal betis, kenapa dia malah menggeber mobilnya seolah-olah Sehun ini tidak bisa di susul memakai dua kaki jerapahnya itu.
"Huh!" Menendang kerikil tak berdosa itu ke sebuah titik di balik semak, lalu mengomel tak jelas pada kekosongan. Biarkan dia tau,kalau Sehun marahnya serius. Memangnya tidak sakit hati dibilang latah-
Apa sih kurangnya Sehun kalau dipikir-pikir. Selama ini dia sudah mengorbankan banyak waktu untuk suaminya itu, untuk putri mereka, dan untuk keluarga besar Park, termasuk ibu mertuanya yang selalu kepo dengan hubungan mereka. Tidak ada lagi yang Sehun lakukan selain berkutat dengan masalah keluarga-dapur, dan juga pekerjaan rumah tangga, dari membuka mata, sampai menunggu sang suami itu tertidur.
TIIIIIIIIN...
Klakson itu-
Seolah-olah menunggu Sehun menoleh, tapi Sehun tak mengijinkan kepalanya untuk menoleh. Tidak! Tegasnya sambil mempercepat langkahnya- kemana pun itu kakinya melangkah.
"Ayolah, Hun! Jangan bertingkah seperti itu!" Gumam pria ini sembari menginjak gas setengah tenaga.
TIIIIIIN
Klakson lagi- panjang
Berusaha menarik perhatian Sehun tapi tetap si istrinya tak ingin terpancing, justru mengacungkan jari tengahnya dengan gagah untuk melepaskan kekesalan yang mengganjal di benaknya. Kalau perlu dia ingin sekali berkelahi dengan suaminya itu, saling pukul, tendang, jambak atau apapun itu, yang jelas dia harus bisa membuat Chanyeol menyesal dan menarik lagi omongannya yang sadis dan terlalu merendahkan dirinya.
"SAYAAAANG!" teriaknya, meloloskan setengah bagian tubuhnya keluar dari badan mobil.
Chanyeol gemas melihat istrinya mengacungkan jari tengah ramping itu ke arahnya. Apa dia pikir jari itu bisa membuat hati Chanyeol ciut- ehm, itu adalah jari terindah milik Sehun, yang justru ingin dia emut. Ah-
Mobil berjalan cepat, lalu berhenti tepat di samping Sehun, tapi pria tampan itu malah menggeber langkah, membiarkan Chanyeol kesal dan keluar dari mobil, kemudian berlari mengejarmya.
"Sayang!" Sebutnya lagi-merayu.
Mendadak Sehun mengerem langkahnya - membuat Chanyeol kebablasan dan berbalik dengan nafas ngos-ngosan. Sial-staminanya mulai loyo, baru lari sepuluh meter saja, dia sudah berkeringat.
"Sejak kapan kau memanggilku begitu?"
"Apa?"
"Sayang." sengit istrinya.
Chanyeol tak menjawab, malah menarik lengan Sehun yang tetap bersikeras menolak. Mengibas, dan memberontak, tapi tetap Chanyeol yang menang, hingga kemudian-
"Aku minta maaf, Hun Sayang! Aku keceplosan-tadi ek-hem!"
"Keceplosan yang fatal Hyung."
"Iya...iya, aku minta maaf!" mengusapi lengan istrinya, dan berusaha menariknya ke mobil, tapi Sehun masih belum bisa menenangkan badai emosi di dalam hatinya. Perasaan di remehkan itu benar-benar membuat harga dirinya seakan dibanting habis.
"Ayolah, Hun Kita bicarakan ini di rumah, ya!" Ajaknya
"Aku sedang malas pulang! Suntuk!" Jawab Sehun dingin kemudian melanjutkan langkah
"Baiklah, kau ingin kita ke mana?". 
"Aku ingin sendiri!" Liriknya dingin, lalu mempercepat langkah.
Chanyeol gugup menghadapi emosi itu-tidak seperti biasanya.
Setiap hari Sehun kerap mengomel, layaknya para istri kebanyakan, tapi jenis dan kriteria omelan itu justru membuat suasana rumah menjadi meriah. Terkadang jika dia sedang marah, Seyeol dan Chanyeol pun tak luput dari amukan, jadi bila suasana mulai memanas, Chanyeol segera membawa Seyeol pergi keluar rumah, sebelum Sehun memakannya habis.
Diembusnya nafas kasar lalu membiarkan Sehun kian menjauh dari pandangan. Perasaannya begitu kalut, tapi tak bisa meraih Sehun dengan emosi yang setinggi itu.
Dia kembali pada mobilnya dan ketika dia mencoba untuk menyusul Sehun, istrinya itu sudah tak terlihat lagi. Apakah dia harus membiarkan Sehun sendirian malam ini.
Rasanya, ini menjadi terlalu serious...
Apa memang keinginannya Sehun untuk kuliah itu benar-benar serious, atau hanya mencari sensasi belaka. Sehun masih 19 tahun, wajar jika emosinya masih labil, terlebih dengan semua peristiwa yang sudah mereka lalui hingga detik ini...
Ya, mungkin Chanyeol akan membiarkan Sehun sendirian dulu untuk malam ini.
.
.
.
Mendadak langkah Sehun berhenti tak sengaja di depan sebuah rumah-
Rumah yang seharusnya tak asing baginya, karena beberapa waktu lalu dia melakukan pertempuran sengit dengan Cho Chang Sun di tempat itu, dan berakhir dengan semua tragedy yang melenyapkan dua wanita keluarga Cho itu menghilang. Cho Irene dan putri mereka Cho Gaeun. Tentu saja peristiwa itu belum bisa dilupakan dengan mudah, mengingat semua itu masih menjadi tanda tanya bagi Sehun sendiri.
Kekuatan hitam itu
Mungkinkah berada di dalam rumah itu?
Dan bagaimana keadaan Gaeun.
Mendadak sebuah lampu menyorot ke arahnya,
Jeep bewarna pekat berhenti tepat di depan pagar. Tak terlihat siapa pengendaranya- tersembunyi di balik kaa jendela yang tak bisa ditembus dari luar, atau memang ini terlalu gelap, hingga Sehun sulit mendeteksi siapa orang itu.
Pintunya terbuka, lalu sepasang kaki turun di sisi pintunya-
"Kau siapa, jangan menghalangi jalan!" Gertaknya, seorang pria perawakan tinggi, dengan wajah rupawan, menebar aura dingin. Sorot matanya tajam namun tetap tak mengurangi kesan tampan itu bertahta pada garis kemisteriusannya
"Maaf!". Sehun menyingkir, memberi jalan mobil itu untuk memasuki pagar yang dibuka secara otomatis. Mengacuhkan Sehun, dan terus memasuki halaman tanpa menoleh lagi padanya.
Jadi pria itu tinggal di rumah itu-lalu bagaimana nasib dua wanita yang kini tak pernah diketahui lagi keberadaannya itu.
Kenapa malam ini terasa janggal, terlebih ketika Sehun melihat pada langit malam yang membentang sempurna dalam kesan mistis. Mungkin memang kekuatan itu telah lenyap dari tubuhnya, tapi insting dan kecermatan Sehun masih kuat untuk mendeteksi aura aneh yang bertebaran di sekitar berdirinya.
Pagar itu tertutup-sekilas sempat dia menyimak bayangan tubuh pria itu memasuki rumah yang dibiarkannya tetap gelap, tanpa pencahayaan.
Aneh-
Siapa dia?
Dan apa hubungannya dengan keluarga Cho.
.
.
.
"Kau di mana?"
Setelah panggilan itu diterima- ada suara berisik yang dia dengar. Dengusan nafas atau apalah, tak terlalu jelas, lalu batuk kecil melegakan tenggorokan.
Rasa cemas membalut batinnya berlapis-lapis. Pria ini masih menunggu Sehun bicara-
Sehun tidak mempunyai kekuatan itu lagi, sehingga Chanyeol takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya menimpa sang istri.
"Hm." Deheman singkat itu lagi, dan sukses menyimpulkan kedua alis Chanyeol.
"Kau di Mana?" 
"Aku tidak tau."
"Kenapa bisa tidak tau?Apa kau mabuk?"
"Tidak."
"Ya, kau mabuk. Katakan kau dimana, Aku akan menjemputmu!"
"Hhhh, tidak usah menjemputku, Aku baik-baik saja, Hyung!" 
"Kau bersama dengan pria lain?" Menyudutkan type pertanyaan ke arah yang lebih spesifik. Darahya sudah mendidih padahal dia belum tentu yakin Sehun bersama dengan orang lain, pria lain, atau mungkin juga wanita- menyadari kalau Sehun pun masih menyukai wanita.
"A..aku..."
"Sayang, maafkan aku!"
"Hh, kenapa kau minta maaf Hyung?"
"Karena ....argh, katakan saja kau di Mana, aku akan menjemputmu!"
"Apa kau yakin?"
"Ya Sayang!" suaranya lembut membelai telinga Sehun, hingga pria ini menggigit bibir bawahnya-kenapa suaminya itu bisa mengucapkan gombalan tak berguna itu.
"Aku di kamarku." Jawabnya diiringi cengiran kejang Chanyeol yang seketika beranjak dari ranjang dan keluar kamar. Kalau hanya di kamar sebelah, kenapa sampai sedramatis itu menjawabnya-
"Sehun!" membuka pintu kamar yang dulu digunakan istrinya itu dan mendapati Sehun tengah duduk di pinggir jendela dengan sebotol beer di tangannya.
Dia tidak mabuk sama sekali, hanya saja wajahnya muram.
"Kapan kau pulang?"
"Belum lama." Menunduk, mengamati botol beernya
"Kenapa aku tidak tau?" 
"Kau tidur."
"Tidak mungkin!" Menyangkal, tapi entahlah...Chanyeol pun tidak yakin, tapi mungkin saja dia tertidur.
Dipandanginya wajah Sehun dengan batin lega, lalu memeluknya erat.
"Aku minta maaf karena menyinggung perasaanmu dengan kata-kataku." Bisiknya, mengusak telinga istrinya dengan puncak hidungnya. Sehun menggeliat geli, menahan senyum- "Maafkan aku, Sayang!"
"Hentikan Hyung, kau membuatku jijik dengan memanggilku Sayang."
"Biarkan saja, aku senang menyebutmu Sayang, Hm..." semakin intens memberi sentuhan.
"Hentikan Hyung!" lalu berpindah tempat. Dia maklum dengan kebiasaan Chanyeol yang begitu indah memperlakukannya,
"Kau dari mana saja?"
"Tidak dari mana-mana, hanya berjalan kaki menenangkan diri."
"Apa kau sudah makan?"
Sehun menggeleng- "Seyeol kau tinggal di sana?"
"Ya, karena kupikir kita harus menyelesaikan masalah kita dulu."
"Hhh, aku tidak punya masalah, kau yang keras kepala Hyung."
Ucapan itu membuatnya sedikit terusik,
dalam batinnya, dia berusaha untuk menelan kalimat Sehun dengan hati-hati. Tak mau mendapati Sehun meninggalkannya lagi, hingga Chanyeol kini lebih menguasai emosi. Hatinya hancur melihat Sehun berlalu seperti tadi,
di sentuhnya wajah itu- "Oke, akulah yang keras kepala. Aku yang paranoid. Tapi kalau kau tau alasan sebenarnya-"
"Alasan apa?" potong Sehun
"Hm, Sehun...." sembari tangan itu menyibak helai rambut yang menutupi kening istrinya-"Kau tau, aku benar-benar takut kau melupakan aku, mengabaikanku...."
"Hyung...apa kau tidak salah bicara seperti itu?"
"Tidak- dengarkan aku dulu, Sayang!" mengikis jarak hingga wajahnya begitu dekat dan desah nafas mereka berbenturan. Sehun menunduk, meningkahi gaya romantis sang suami yang selalu membuatnya gemetar, saking gugupnya, tangan Sehun telah berada pada dada Chanyeol menahan pria ini semakin mendekat-
"Aku terlalu posesif padamu,..." mengambil tangan Sehun dan mengecupnya, "Aku posesif padamu hingga semua pikiran buruk mengenai masa depan kita itu tergambar dengan jelas, Sayang."
"Masa depan apa?" menyeringai saat kecupan itu kembali menyentuh ujung jemarinya.
"Masa depan rumah tangga kita, Hun. Semua itu akan berakhir."
"Kenapa bisa begitu...eummng....kena...pa kau bisa berpikir sejauh itu...ssh!" 
"Kau adalah istriku yang tampan, kau disukai banyak gadis dan pria. Bagaimana mungkin aku bisa tahan jika melihatmu berdekatan dengan mereka, Hun." sapuan lembut bibirnya pada keranuman Sehun yang beramoma alkohol, menengahi pembicaraan, dan membuat Sehun terpejam untuk sesaat. Sikap lembut suaminya ini benar-benar tak terkalahkan- sanggup membuat jantungnya berdebar ganas, meronta dan panas. dirangkulnya tubuh Chanyeol erat-
"Nggh..Hyung..." bibirnya terasa dihisap dengan penuh hasrat, memagut, menggeram dan merasakan lidah itu masuk dan menjilati setiap bagian lembab di dalam mulutnya. "Hmnnng" .... lalu tangan itu menarik leher Sehun hingga tekanan ke dalam mulutnya semakin dalam dan liar. Sentuhan Chanyeol mulai merayap, menyesatkan hasrat dalam diri istrinya yang mengembara pada garis batas. Bibir Sehun terbuka, menjulur lidah yang diterima Chanyeol dengan hisapan, lalu saling memakan dan mengulum-
"Sayang..." lirih suara itu sudah menjadi kode bagi Sehun untuk melanjutkan permainan pada tahap yang lebih liar.
"Jangan di kamar Seyeol, Hyung!" 
"Dia tidak ada." mendorong istrinya itu ke ranjang
"Tapi dia akan tau." Sehun bangkit dan menghindar terjangan tubuh suaminya
"Park Sehun..."
Tapi Sehun berjalan cepat meninggalkan Chanyeol yang memburu dengan dengan geraman- langkahnya mengejar istrinya hingga kemudian menariknya terjaruh ke soffa. Tubuh mereka tumpang tindih-
Sehun yang masih berusaha memberontak, harus terima jika suaminya kini mempunyai tenaga yang lebih besar darinya, hingga dia harus tunduk dalam pelukannya lagi.
"Mumpung tidak ada Seyeol, kita melakukannya di sini!"
"Kita sudah pernah Hyung." memutar bola matanya
"Ya, waktu itu tepat bulan purnama, dan kita benar-benar merasakan klimaks yang luar biasa ngh!" menggigit leher istrinya yang kemudian menggeliar erotis.
"Sstt..."
"Apa?"
"Aku ingin mengatakan hal penting dulu, Hyung. Sebentar...hhmmh!" mendorong halus dada Chanyeol, dan mengambil jarak satu lengan untuk bisa menikmati rona tampan suaminya yang mesum ini. "Aku tadi melewati rumah keluarga Cho, Hyung!"
"Cho...?" keningnya berkerut
"Ya, dan siapa yang aku temui di sana?"
"Tidak mungkin Paman Cho bukan." tebaknya
Sehun menggeleng-
"Gaeun?"
"Bukan."
"Irene- istri simpanannya itu?"
"Hhhh, bukan." menjatuhkan bahu,
"Lalu siapa?" sambil tangannya melepaskan butiran kancing kemeja Sehun-
"Aku bertemu dengan laki-laki." seketika itu tangan suaminya itu mendorong dada Sehun.
"Kau bertemu laki-laki?" tanduk di kepala Chanyeol tumbuh satu senti.
"Ya, laki-laki dan dia sangat tampan. Posturnya tinggi tegap, mempunyai tatapan tajam dan aura yang kuat. Aku bisa merasakannya, dan jantungku seketika berdetak hebat."
Dan Chanyeol berdiri-"Kau bertemu laki-laki lalu memujinya setinggi langit di hadapanku! Apa kau benar-benar ingin mencari masalah dengan suamimu ini, Park Sehun!"
"Ya, kurasa dia memang tampan, Hyung." 
Sehun sebenarnya tak ingin membuat suaminya ini di invasi oleh rasa cemburu yang buta, tapi entah kenapa rasanya sedikit greget memandangi tingkah absurd itu. "Kami sempat saling menyapa-"
"Hentikan!" bentak Chanyeol-"Jangan harap aku akan memberikan ijin padamu kalau kau terus bertingkah binal seperti itu, Park Sehun."
Hm- jadi kemana larinya kesan romantis tadi?
Sehun berdiri tepat di hadapan Chanyeol, menikmati letupan-letupan emosi cemburu itu di sorot matanya, lalu mulai melepaskan satu persatu pakaian yang dia kenakan,
Di bawah tatapan itu, Chanyeol menyadari jika Sehun memang hanya sekedar mencandainya atau apapun itu tapi yang jelas sanggup membuar darahnya memanas dan membakarnya lebih membara. Degup jantungnya menghentak setiap ruas rusuknya hingga kemudian tubuh itu benar-benar polos di hadapannya.
"Burns me Hyung!" lirihnya bersama lidahnya yang terjulur manis di depan bibir suaminya-
.
.
.
Bethambung eaaaa!!

Kang SeoMin - 
Wife: Kyo SeolJu 
Parents: Kang InBok, Kang A-Yeong, (in-law) Shekinah McQueen, (in-law) Robert McQueen, (in-law) Kang MalChin
Sibling: Kang SoJa, (in-law) Kyo Ryuji, (in-law) Kyo Ryujin, (in-law) Daniel, (in-law) James, (in-law) Joy, (in-law) Grace, (in-law) Fath, (in-law) Gabriel, (in-law) Kim HaYoon, (in-law) Kyo BongSeon

Kang SoJa - 
Parents: Kang InBok, Kang A-Yeong 
Sibling: Kang SeoMin, (in-law) Kyo SeolJu

Kyo SeolJu Marie - 
Husband: Kang SeoMin 
Parents: Shekinah McQueen, (adoptive father) Robert McQueen, (biological father) Kyo MalChin, (in-law) Kang InBok, (in-law) Kang A-Yeong 
Grandparents: Jim McQueen, Kyo ChangGyun, Mrs. Ann HeiRan
Godparents: Kang InBok, Kang A-Yeong
Aunt/Uncle: Kyo GaEun, Roman Reyes
Cousin: Reyes TaeMeng
Siblings: (half brother) Kyo Ryuji, (half brother) Kyo Ryujin, ( In-law) Kang SoJa (half-brother) Daniel, (half brother) James, (half-sister) Joy, (half-sister) Grace, (half-sister) Fath, (half brother) Gabriel, (half-sister) Kim HaYoon, (half-sister) Kyo BongSeon

Kyo Ryujin - 
Parents: Kyo MalChin
Grandparent: Kyo ChangGyun, (great) Mrs. Ann HeiRan
Siblings: (half-sister) Kyo SeolJu, (in-law) Kang SeoMin, (half brother) Kyo Ryuji, (half-sister) Kim HaYoon, (half-sister) Kyo BongSeon

Kyo Ryuji - 
Parents: Kyo MalChin
Grandparent: Kyo ChangGyun, (great) Mrs. AnnHeiRan
Siblings: (half-sister) Kyo SeolJu, (in-law) Kang SeoMin, (half brother) Kyo Ryuji, (half-sister) Kim HaYoon, (half-sister) Kyo BongSeon

Kyo ChangGyun - 
Parent: Mrs. Ann HeiRan
Child: Kyo MalChin, Kyo GaEun, (in-law) Roman Reyes 
Grandchild: Kyo SeolJu, (in-law) Kang SeoMin, Kyo Ryuji, Kyo Ryujin, Reyes TaeMeng, Kim HaYoon, Kyo BongSeon

Kang WonShik - 
Wife: Kang AeRa 
Child: Kang InBok, (in-law) Kang A-Yeong
Grandchild: Kang SeoMin, (in-law) Kyo SeolJu, Kang SoJa

Kang AeRa -
Husband: Kang WonShik 
Child: Kang InBok, (in-law) Kang A-Yeong
Grandchild: Kang SeoMin, (in-law) Kyo SeolJu, Kang SoJa

Kang InBok -
Wife: Kang A-Yeong
Parent: Kang AeRa, Kang WonShik
Child: Kang SeoMin, (in-law) Kyo SeolJu, Kang SoJa
Godchild: Kyo SeolJu

Kang A-Yeong - 
Husband: Kang InBok
Parent: (in-law) Kang AeRa, (in-law) Kang WokShik
Child: Kang SeoMin, (in-law) Kyo SeolJu, Kang SoJa
Godchild: Kyo SeolJu

Kyo GaEun -
Husband: Roman Reyes
Parent: Kang ChangGyun 
Child: Roman TaeMeng
Niece: Kyo SeolJu, Kim HaYoon, Kyo BongSeon
Nephew: Kyo RyuJi, Kyo RyuJin, (in-law) Kang SeoMin 

Roman Reyes - 
Wife: Kyo GaEun
Parent: (in-law) Kang ChangGyun 
Child: Roman TaeMeng
Niece: (in-law) Kyo SeolJu, (in-law) Kim HaYoon, (in-law) Kyo BongSeon
Nephew: (in-law) Kyo RyuJi, (in-law) Kyo RyuJin

Roman Tae Meng -  
Parents: Kyo GaEun, Roman Reyes
Grandparent: Kyo ChangGyun
Uncle: Kyo MalChin
Cousin: Kyo RyuJi, Kyo RyuJin, (in-law) Kang SeoMin, Kyo SeolJu, Kim HaYoon, Kyo BongSeon

Expert:
"You better move your hand kitty."
Kyo SeolJu's soft voice moved like a feather over his heart. Sliding his hand further up her smooth stomach, Kang SeoMin nuzzled his face into the crook of her neck,
"But milady is too tempting. How can I stop? After all, one has to savor something sweet." 
His canines bit into her supple milky skin and left a satisfying mark. 
"If kitty wants to sleep in the rain tonight that's fine with me. I can have my brothers replace you as my pillow for tonight. I am sure the four of them will keep me warm."
Kyo SeolJu's sly, innocent smile made his heart skip a beat, but her words made him freeze. 
"Milady, I haven't seen you in a few days, I only wanted to make sure I remembered you the same way."
Slipping his hand out of her shirt, Kang SeoMin laid down on her lap and pressed himself against her as tightly as he could. His velvety tail wound itself around her leg, and his ears were laid back.  
"Kitty it was only a few hours! I thought you were a big boy and could be without me for a little while! I guess you are still a kitten!"
She giggled as he nibbled and tickled her stomach.
"Mmm, I am your kitten. I need to be with you always, or else I will be sad and will not eat." 
Kang SeoMin's voice was filled with pouting and possessiveness as he started to play with her fingers. With her other hand, she gently ran her fingers through his hair and rubbed his soft ears. She smiled knowing that she was the one to tame this possessive kitten. 

Kyo SeolJu is constantly running, and Kang SeoMin is always waiting with open arms. Dealing with a hand in the dark, Kyo SeolJu runs from her past and faces an uncertain future while trying to open her heart to a cold CEO and part-time idol who seems warmer than she thought. Her crazy yet wonderful life was flipped upside down when a tragedy takes away one of the things she loves most. And when things take a turn for the worst secrets are the only things she can turn to. As both an idol, and CEO the couple faces crazy fans, business deals, death threats, and school. Through it all, they both have to realize how much they mean to each other and how far they would go to keep each other safe. 
Did Kyo SeolJu just gain another pet, or will Kang SeoMin prove to be more than a pretty face? 
......................................
>WARNING NO rape!! No major misunderstanding.

gaeun dan ian Novel

Bayang-Bayang Penyesalan Masa Lalu

Pengakuan Psikopat

Pengakuan Psikopat

Ian & Kelly

Some Kind of

Mr. HOMEBODY has a LOVER?!

Reborn To Revenge

Mr. Hottie Who lives Next Door.

FOREVER

Wait! I think my husband can turn into a cat!

People search gaeun dan ian also like: